Tag:

Firaun

Perjalanan Bayi Musa Hingga Tiba di Istana Fir’aun

ALLAH SWT  memberikan banyak anugerah kepada Nabi Musa. Salah satu anugerah yang Allah berikan adalah sebagaimana yang tercantum dalam Surah Thaha (20) ayat 38-39: اِذْ اَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّكَ مَا يُوْحٰىٓ ۙ (38) اَنِ اقْذِفِيْهِ فِى التَّابُوْتِ فَاقْذِفِيْهِ فِى الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِّيْ وَعَدُوٌّ لَّهٗ ۗوَاَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّيْ ەۚ وَلِتُصْنَعَ عَلٰى عَيْنِيْ ۘ (39) Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, yaitu: “Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil) maka pasti sungai itu membawanya ke tepi supaya diambil oleh (Fir’aun) musuhku dan musuhnya. Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. Seakan Allah mengatakan, “Wahai Musa, sebagaimana Aku telah mengabulkan semua permintaanmu saat ini, Aku juga sebelumnya telah memberikan banyak kenikmatan kepadamu, tanpa kamu memintanya terlebih dahulu. Demikianlah besar perhatianku kepadamu, wahai Musa. Maka, janganlah engkau mengkhawatirkan apa yang akan Fir’aun lakukan padamu karena Aku-lah yang akan menjagamu”. BACA JUGA:  Hilangnya Kemukjizatan Tongkat Nabi Musa Subhanallah! Betapa indahnya momen ini. Saudaraku pembaca, perlu diketahui bahwa Fir’aun dan bala tentaranya memperbudak dan menindas Bani Israil dengan berbagai macam siksaan dan penghinaan. Salah satu bentuk penganiayaan tersebut adalah ia memerintahkan para petugasnya untuk menangkapi anak laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil, lalu membunuh mereka. Perintah ini didasari ramalan para dukun Fir’aun yang mengatakan bahwa kelak akan lahir dari Bani Israil seorang penakluk yang akan menggulingkan Fir’aun dari singgasananya. Dikisahkan bahwa pemburuan bayi laki-laki ini sangatlah gencar. Bahkan, mereka menunggui persalinan setiap wanita Bani Israil yang hendak melahirkan untuk memastikan jenis kelamin bayinya, lalu langsung membunuhnya jika ia seorang bayi laki-laki, dan membiarkannya hidup jika ia seorang bayi perempuan. Foto: Pinterest Allah menakdirkan bahwa Nabi Musa akan terlahir setelah perburuan ini mulai digencarkan, sementara saudara kandungnya, Harun, telah dilahirkan sebelum adanya perburuan ini. Allah pun mengilhamkan kepada ibu Nabi Musa bagaimana seharusnya ia bersikap untuk menyelamatkan bayi Musa ketika itu, yakni dengan memasukkannya ke dalam peti lalu menghanyutkannya di sungai Nil. Dalam ayat yang lain disebutkan bahwa Allah memerintahkan sang ibu untuk menyusui Musa kecil terlebih dahulu sebelum memasukkannya ke dalam peti. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Surah Al-Qashash (28) ayat 7: وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ Dan kami ilhamkan kepada Ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan Janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” Sang Ibu pun melaksanakan semua perintah tersebut. Ini semua mengajarkan kepada kita agar kita selalu berbaik sangka kepada Allah. Jika Allah telah memberikan kita banyak kenikmatan dari dulu, seperti memberikan kita hidayah, memudahkan kita menuntut ilmu, dan juga memberikan kemudahan-kemudahan lainnya, maka tidak mungkin tiba-tiba Allah membiarkan kita begitu saja tanpa perhatian-Nya. BACA JUGA:  Nabi Musa dan Seseorang yang Beliau Tak Sabar Terhadapnya Mungkin terkadang Allah menegur kita dengan musibah, tetapi yakinlah bahwa itu merupakan salah satu bentuk perhatian dan kasih sayang Allah kepada kita, dan bahwa Allah tidak akan pernah menelantarkan kita begitu saja. Yakinlah bahwasanya Allah menginginkan kebaikan bagi kita. Kemudian, Allah menyebut bahwa Musa kecil akan diambil oleh seseorang yang merupakan musuh-Nya dan juga musuh Musa dan dia adalah Fir’aun. Disebutkan dalam ayat yang lain, yakni dalam Surah Al-Qashash (28) ayat 8: فَالْتَقَطَهٗٓ اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَّحَزَنًاۗ اِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خٰطِـِٕيْنَ Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Keranjang yang berisi bayi Musa pun terus hanyut di Sungai Nil, lolos dari pencarian ketat para petugas kerajaan, hingga melewati Istana Fir’aun. Asiah, istri Fir’aun yang salehah, yang ketika itu berada di sekitar sungai Nil, melihat keranjang yang dihuni oleh Musa kecil. Seketika Allah tumbuhkan pada hati wanita salehah ini rasa cinta yang amat sangat kepada bayi di keranjang tersebut. Ia pun bersegera memerintahkan agar keranjang tersebut diambil dari sungai, lalu ia pun membawa Musa kecil kepada sang suami, Fir’aun. Sampailah masa kecil di hadapan Fir’aun. Setelah memerhatikan bayi tersebut, Fir’aun langsung mengetahui bahwa ia adalah bayi Bani Israil. Fir’aun pun bertekad untuk mengeksekusi Musa kecil. Mengetahui hal itu, sang istri pun memohon kepada Fir’aun agar ia tidak mengeksekusi bayi tersebut. Hal ini sebagaimana tercantum dalam firman Allah dalam Surah Al-Qashash (28) ayat 9: وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ Dan berkatalah istri Fir’aun, “Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan kelak ia akan bermanfaat bagi kita atau kita dapat mengangkatnya sebagai anak,” sedangkan mereka tidak menyadari. Foto: Unsplash Asiah adalah wanita yang mandul sehingga Fir’aun memaklumi besarnya keinginan istri tercintanya tersebut untuk memiliki anak. Fir’aun yang angkuh nan sombong pun luluh dengan rayuan Asiah dan akhirnya mengizinkan Musa kecil untuk tetap hidup di istana sebagai putranya sendiri. Subhanallah, singa yang ia buru setiap hari, yang akan meruntuhkan singgasana keangkuhannya, akhirnya ia yang tanpa sadar mengasuhnya di rumahnya sendiri. BACA JUGA: Kisah Nabi Musa Mendapatkan Istri Kejadian luar biasa ini adalah salah satu bukti dari firman Allah di atas yakni: وَاَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّيْ Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku. Kecintaan yang dimaksud adalah kecintaan yang besar, baik itu kecintaan Allah sendiri kepada Nabi Musa maupun apa yang Allah tanamkan pada setiap orang yang melihat Musa berupa rasa cinta kepadanya. Demikianlah yang terjadi pada Asiah ketika pandangan matanya jatuh untuk pertama kalinya pada Musa kecil, ia pun langsung mencintai seakan Musa adalah putranya sendiri. Kemudian, Allah menegaskan bahwa seluruh kejadian ini, yaitu berakhirnya bayi Musa di bawah pengasuhan keluarga Fir’aun, adalah sepenuhnya rencana-Nya dan berada di bawah pengawasan-Nya. Dan demikian pula sepanjang perjalanan hidupnya, Allah senantiasa menjaga Nabi Musa.[] SUMBER: PUSAT STUDI QURAN

Sombongnya Firaun

SEBAGAIMANA telah diketahui, Firaun ingin membunuh Nabi Musa dengan tidak memperhitungkan Tuhan sama sekali serta tidak takut dan tidak menghormatinya. Ini dapat dibuktikan melalui salah satu perkataannya, yaitu “Suruh dia memohon kepada Tuhannya”. Perkataan Fir’aun ini menunjukkan arogansi dan kebejatannya. Dia kufur terhadap Rabb (Tuhan) Nabi Musa dan meremehkan-Nya. Permohonan Nabi Musa kepada Tuhan tidaklah membuat Firaun takut dan menghentikan niat untuk membunuhnya.Sesungguhnya, tiadanya rasa takut Firaun kepada Allah merupakan penyebab kenekatan dan keberanian thaghut mana pun untuk memerangi, menyiksa, dan membunuh para penyeru kebenaran.Seandainya thaghut ini beriman kepada Allah dan menghormati-Nya, niscaya dia tidak akan menyakiti wali-wali (penolong dan pengikut) Allah.BACA JUGA: Agen Rahasia Nabi Musa di Lingkaran Kekuasaan FiraunUngkapan Fir’aun tersebut diikuti oleh para thaghut ketika memerangi tentara-tentara Allah yang diucapkan oleh sebagian mereka dengan lisan mereka dandilakukan melalui sikap sebagian mereka.Ketika para thaghut menyakiti para dai, menjebloskan mereka ke dalam penjara, dan menyiksa mereka, salah seorang dai bermunajat dan memohon pertolongan kepada Allah, “Duhai, Allah”, thaghut yang bengis itu hanya mengatakan, “Seandainya Tuhanmu datang, niscaya aku akan memasukkannya juga bersamamu ke dalam sel penjara.” Ketika mengatakan itu, thaghut tersebut lebih bejat, lebih arogan, dan lebih bengis daripada Firaun.Foto: PinterestSelanjutnya, sebagai upaya pembenaran terhadap usahanya dalam membunuh Nabi Musa, Firaun mengajukan alasan kepada kaumnya dengan berkata, “Sesungguhnya aku khawatir (bahwa) dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di bumi”. Setidaknya, ada dua alasan mengapa Firaun menyampaikan hal tersebut, yakni:Pertama, untuk memelihara agama. Nabi Musa adalah musuh agama, sedangkan Firaun adalah pemelihara agama.Kedua, untuk memelihara stabilitas keamanan. Nabi Musa adalah musuh dan pengacau keamanan, sedangkan Firaun adalah penjaga stabilitas keamanan.Firaun yang kufur—yang mengatakan kepada kaumnya, “Aku adalah Tuhanmu yang Mahatinggi,” dan juga mengatakan, “Aku tidak mengetahui adanya Tuhan bagimu sekalian, selain aku,” tersebut—mendadak menjadi orang yang “sangat mencintai” dan “penuh ghirah” terhadap agama.Dia terlihat bersikeras menjaganya dari perubahan dan penyelewengan yang dilakukan Nabi Musa. Si perusak dengan segala pelanggaran dan kekufurannya serta si penghancur dengan segala kecongkakan dan kesombongannya itu, tiba-tiba menjelma menjadi seorang “penyeru” kebaikan, keamanan, dan kesejahteraan.Dalih jargon politik Firaun inilah yang digunakan oleh setiap rezim dalam memerangi kebenaran dan para pengikutnya.Seorang diktator menampilkan dirinya di hadapan rakyat seolah-olah dia beriman dan beragama, peduli terhadap keimanan, sangat menginginkan nilai-nilai luhur, bersemangat menegakkan akhlak, serta mencintai pembangunan, kemajuan, keamanan, dan kemakmuran.Foto: FreepikDi sisi lain, rezim thaghut tersebut membuat citra para dai sebagai oknum pembuat kerusakan dan kebenaran, orang yang sesat dan menyesatkan, seteru Allah, pengkhianat bangsa dan negara, antek setan, dan biang kekacauan serta penghasut dan penyebar kesesatan sehingga harus ditumpas sebelum mencapai tujuan.BACA JUGA: Kisah Nabi Musa dan FiraunSayyid Quthb, dalam Fi Zhilal Al-Quran, memberi pendapat atas dalil Firaun untuk membunuh Nabi Musa dan para thaghut lainnya yang menggunakan dalil tersebut untuk memusuhi para nabi, “Apakah ada yang lebih ironis lagi dari perkataan Firaun yang sesat dan paganis (penyekutu Allah) tentang rasul-Nya, Nabi Musa, yaitu ‘sesungguhnya, aku khawatir (bahwa) dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di bumi’? Bukankah perkataan ini merupakan pernyataan klise dari setiap penguasa atau thaghut durjana untuk menghujat semua dai dan tokoh pembaharuan (perbaikan)?“Bukankah perkataan ini merupakan kalimat batil yang menyesatkan dalam menghadapi kebenaran (haq) yang indah? Bukankah perkataan ini merupakan pernyataan yang menipu dan jahat untuk membuat provokasi dalam rangka menghadapi gerakan iman yang tenang? Ia merupakan satu logika yang akan berulang setiap kali berhadapan antara haq dan batil, keimanan dan kekufuran, kesalehan dan kejujuran, sepanjang masa dan di semua tempat. Kisah tersebut adalah kisah klasik klise yang ditampilkan dari masa ke masa.[]SUMBER: KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN | PUSAT STUDI QURAN

Al-Qur’an Jelaskan Bagaimana Fir’aun Membangun Piramida

BAGAIMANA Fir’aun membangun piramida?Setelah penelitian bertahun-tahun, akhirnya ilmuan menemukan fakta bahwa bangunan makam para Raja Mesir ini dibuat dengan menggunkan tanah liat yang kemudian dipanaskan. Dibalik penemuan baru tersebut, ternyata Al-Qur’an sudah mengungkapkannya sejak 1400 tahun yang lalu.Tepatnya pada tahun 2006, harian Amerika Times edisi 1 Januari 2006 memberitakan hasil penelitian yang mengatakan bahwa Piramida dibuat dengan menggunakan tanah liat yang dipanaskan. Kajian dari Amerika-Perancis tersebut menerbitkan bahwa ketika tanah liat dipanaskan maka akan terbentuk batuan keras yang membuatnya tidak bisa dibedakan dengan batuan alam.Para ilmuan mengatakan, Firaun merupakan penguasa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Ia mahir dalam bidang ilmu kimia untuk memproses tanah liat berubah menjadi batu normal. Memang, jika dilihat dari spesifikasi batu yang digunakan, Piramida dibangun dengan teknik yang penuh misteri.BACA JUGA:  Kisah Nabi Musa dan FiraunSebelumnya Profesor Gilles Hug. dan Dr. Michel Barsoum juga menegaskan bahwa Piramida dibangun dengan menggunakan batuan asli dan batu-batu yang dibuat dari tanah liat.Foto: PinterestFakta yang sama juga diterbitkan oleh majalah “Journal of the American Ceramic Society” yang menuliskan bahwa Firaun menggunakan tanah jenis slurry untuk membina monumen yang tinggi, termasuk Piramid. Pasalnya tidak mungkin manusia bisa mengangkat batu-batu besar tersebut sampai ke puncak dengan berat hingga ribuan kilogram.Selain itu, ilmua asal Perancis, Profesor Davidovits juga melakukan penelitian serupa dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut untuk dapat melihat bagian terkecil dari unsur batu. Hasilnya, Davidovits menegaskan bahwa batu itu dibuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu untuk membedakan antara batu alam dengan batu buatan manusia.Sang profesor mengatakan bahwa lumpur tersebut merupakan olahan dari lumpur kapur yang diberi garam dan kemudian dipanaskan. Bahan inilah yang menghasilkan terbentuknya campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan ke dalam tempat yang disediakan di dinding Piramid. Ringkasnya lumpur yang sudah diaduk menurut ukuran yang dikehendaki tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding Piramid.Ilmuan lain yang juga mengungkapkan hal serupa adalah ilmuan asal Belgium, Guy Demortier. Ia sudah bertahun-tahun mendedikasikan dirinya untuk meneliti Piramida. Setelah melakukan penelitian bertahun-tahun, akhirnya ia menemukan bahwa Piramid yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.Fakta yang telah dihimpiun oleh para ilmuan selama bertahun-tahun ini memang merujuk pada pembangunan Piramida yang menggunakan tanah liat sebagai bahan utamanya. Namun fakta ini sudah terungkap secara gamblang dalam Al-Qur’an sejak ribuan tahun yang lalu. Allah SWT berfirman dalam Al-Qashash’ 28:38 tentng bagaimana bangsa Mesir membangun Piramida.Foto: FreepikBACA JUGA:  Firaun Naik ke Langit“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia dari orang-orang pendusta.” (QS. Al-Qashash’ 28:38)Firman ini jelas mengatakan bahwa Firaun menyuruh umatnya untuk membuat bangunan tinggi dari tanah liat. Ini sejalan dengan hasil penelitian para ilmuan yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Padahal Allah SWT sudah lebih dahulu menuliskan fakta tersebut dalam kitab Umat Muslim ini. Al-Qur’an adalah kitab pertama yang menjelaskan rahasia bangunan Piramid, bukan para Ilmuwan Amerika ataupun Perancis. []