Tag:

Etika

Etika Kerja Islami

Rasulullah Saw dan para sahabat sebagai suri tauladan mencari nafkah sebagai seorang profesional. Mereka memberikan contoh bagaimana berprofesi secara Islami.يٰۤـاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوۡا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعۡمَلُوْا صَالِحًـا ؕ اِنِّىۡ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ عَلِيۡمٌ ؕ‏“Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mu’minun : 51).Jujur, merupakan salah satu etika kerja yang harus dimiliki, yaitu tidak berbohong, tidak mengingkari janji, tidak menipu, serta mengakui kesalahan merupakan dasar pegangan dalam berbuat jujur.Dalam surat Al-Ahzab ayat 70, Allah berfirman:يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِيۡدًا ۙ‏“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab : 70).Amanah menurut bahasa adalah janji atau titipan dan sesuatu yang dipercayakan seseorang.Amanah secara etimologis berasal dari bahasa Arab amina – ya`manu – amanatan yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan menurut istilah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajibannya.Implementasi amanah bagi seorang pekerja diantaranya adalah menunaikan waktu yang telah ditentukan. Hendaknya seorang pekerja memenuhi akad perjanjian kerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan dan menggunakan jam kerjanya untuk kepentingan perusahaan.Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya memerintahkan seorang penerima amanah menunaikan amanahnya dengan sebaik mungkin sebagaimana Ffrman Allah Ta’ala dalam surat An Nisa Ayat 58:اِنَّ اللّٰهَ يَاۡمُرُكُمۡ اَنۡ تُؤَدُّوا الۡاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهۡلِهَا ۙ“Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk menunaikan amanat kepada yang berhak.” (QS. An Nisa: 58)

Muhammadiyah Ingatkan Capres dan Pendukungnya Tidak Curang  dan Beretika

Hidayatullah.com–Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak seluruh pihak untuk menjadikan Pemilihan Umum 2024 sebagai suatu proses demokrasi yang lebih bermakna. Pada masa tenang setelah hiruk-pikuk kampanye, Haedar juga mengajak seluruh pihak perlu berefleksi atau merenungkan kembali guna menjadikan pemilu tidak sekadar proses politik untuk memenangkan kontestasi. “Semoga pelaksanaan pemilu berjalan baik, aman, damai, bersih, dan sejalan dengan peraturan yang berlaku,” kata Haedar dalam keterangan tertulis hari Senin (12/2/2024). Tokoh yang akrab disapa Buya Haedar itu mengatakan para calon presiden, calon wakil presiden maupun calon anggota legislatif harus menghayati diktum-diktum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Haedar menambahkan bahwa pemilu bukan sekadar perjuangan kekuasaan tentang siapa menang dan siapa kalah. Apalagi, jangan sampai kontestan pemilu menggunakan segala cara yang bertentangan dengan etika bernegara dan juga bertentangan dengan agama. Selain itu, pemilu tidak dijadikan pasar politik yang sarat dengan transaksi berorientasi sekadar memilih berdasarkan kepentingan sesaat dan secara pragmatis. “Proses pemilu harus mengikuti prinsip demokrasi, dari, oleh, dan untuk rakyat, secara bebas tanpa tekanan dan rintangan,” katanya. Haedar mengatakan rakyat berhak menjalani pemilu dengan gembira, merdeka, dan lapang dada. Proses dan hasilnya harus benar-benar membawa kemaslahatan terbesar bagi hajat hidup rakyat dan masa depan Indonesia. “Sebagaimana cita-cita para para pendiri bangsa,” tambahnya dikutip Antara. Etika Luhur dan Tidak Curang Haedar Nashir juga mengemukakan agar para calon presiden, calon wakil presiden dan seluruh pendukungnya harus memiliki etika yang luhur serta siap kalah pada Pilpres 2024. Haedar mengatakan para kandidat tersebut perlu berkontestasi secara demokratis dengan lapang hati dan apabila menang, hal tersebut harus diraih secara sportif. “Pemilu yang bersih, beretika dan nirkecurangan mesti menjadi komitmen seluruh pihak yang berkontestasi,” kata Haedar dalam rilisnya. Siapa pun yang nantinya menang dan memperoleh mandat rakyat pada Pilpres 2024, katanya, tidak boleh takabur karena seluruh kandidat harus memiliki jiwa kenegarawanan yang tinggi. Haedar mengatakan menjadi pemimpin negara bukan suatu hal yang ringan karena harus mengurusi sangat banyak hal. Apalagi, Indonesia saat ini memiliki beban yang berat, mulai dari masalah korupsi, utang negara, kesenjangan sosial, hingga sumber daya alam yang terkuras.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Maka dari itu, menurut Haedar, memimpin Indonesia memerlukan kualitas tertinggi dari para elite terpilih yang harus memiliki integritas, komitmen, pengetahuan, dan visi kenegaraan yang melintas batas. Untuk itu, tambah Haedar, para penyelenggara pemilu mulai dari KPU hingga Bawaslu harus bertanggung jawab dengan bersikap adil dan profesional karena tanggung jawab itu bukan hanya dipikul di dunia, tetapi di akhirat kelak. “Para pejabat dan aparat, TNI, Polri, dan seluruh pihak penyelenggara pemerintahan dari pusat sampai daerah diharapkan memiliki jiwa patriotisme, profesionalitas,” katanya.*

Pilihlah Presiden yang Beretika dan Punya Rasa Malu

Sila kedua Pancasila menyebutkan: Kemanusiaan yang adil dan beradab.Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Allah yang manusiawi.Pertanyaannya apakah selama ini manusiawikah gaji dan upah di negara kita? Manusiawikah infrastruktur jalan, listrik, air, trasnportasi di negara kita? Manusiawikah pelayanan kesehatan kita? Manusiawikah tanggungjawab negara terhadap orang miskin, orang tua, terhadap disabilitas dan sebagainya.Etika, moral, adab dan akhlak sedikit berbeda defenisi tetapi memiliki maksud dan tujuan yang sama.Malu adalah sebahagian dari iman sedangkang pemimpin yang tidak beretika adalah pemimpin yang tidak memiliki rasa malu.Malu memiliki ijazah palsu, malu mempreteli konstitusi dan undang-undang, malu berlagak pintar, malu berbohong data dan fakta, malu berjanji palsu, malu salah guna kuasa.Malu mencuri duit rakyat melalui korupsi seperti membeli peralatan dari uang negara dengan harga yang jauh di atas harga biasa.Malu berhutang untuk negara untuk tujuan sesuatu yang tidak membawa manfaat pada negara dan justru mewariskan hutang yang menyusahkan masa depan anak cucu kita.Malu melakukan perbuatan jahat, tidak beretika dan yang paling jahat adalah pemimpin yang tidak malu berlaku zalim sewaktu menjadi pemimpin.Etika menurut Kamus DBP adalah prinsip moral atau nilai-nilai akhlak yang menjadi pegangan individu.Menurut Socrates Etika adalah memahami dan melaksanakan konsep serta prinsip moral yang berkaitan dengan benar atau salahnya sesuatu.Menurut Aristotle dalam bahasa mudahnya adalah seorang yang sesuai kata dengan perbuatannya.Menurut Thomas Aquinas etika adalah sebuah kebiasaan yang tidak dibuat-buat, pencitraan atau bahasa pasarnya, memang dari sononya dia baik.1 2Laman berikutnya

Gibran Recehbooming Receh

Debat cawapres Ahad malam (21/01/2024) dibikin receh oleh Gibran. Ini penilaian cawapres 02 Mahfud MD. Pak Menko menunjukkan kejengkelan terhadap pertanyaan Gibran. Pertanyaan itu tentang “greenflation”.Per definisi, “greenflation” adalah inflasi yang dipicu antara lain oleh kenaikan besar biaya teknologi tanpa karbon (carbon-free technologies). Ini terjadi karena banyak negara di dunia yang berusaha memenuhi komitmen lingkungan.Intinya, semakin banyak program untuk menciptakan teknologi hijau, semakin besar biaya yang diperlukan. Diperkirakan inflasi yang disebabkan lonjakan biaya teknologi bebas karbon akan berlangsung lama.Ketika Pak Mahfud diberi kesempatan untuk menjawab Gibran, Pak Menko pun menumpahkan kejengkelan. Dia mengatakan langsung kepada Gibran bahwa pertanyaan cawapres 02 itu recehan.Pertanyaan debat cawapres kok recehan, kata Mahfud. Karena itu, kata Mahfud, dia tidak perlu menjawab pertanyaan recehan itu. “Tidak perlu dijawab,” ujar Mahfud.Ini terjadi di segmen tanya antarcawapres. Dan di segmen ini pula Gibran disemprot oleh Muhaimin Iskandar (Gus Imin). Gibran kembali menguji Gus Imin dengan singkatan LFP.Gibran kemudian menjelaskan bahwa LFP adalah “lithium ferro phosphat”. Yaitu, alternatif untuk nikel yang menjadi bahan baku batare kendaraan listrik.Gus Imin kali ini tenang melayani tebak singkatan dari Gibran itu. Imin langsung mendamprat. Kata Imin kepada Gibran, kita ini berdebat untuk level kebijakan. Bukan untuk tebak-tebakan singkatan.Menohok sekali. Gibran ditelanjangi oleh Gus Imin perihal level intelektualitasnya. Tapi, dasar tak punya malu, Gibran pun berusaha memoles agar pertanyaan dia itu terlihat berkelas dengan mengatakan bahwa Tom Lembong —anggota timnas AMIN— sering menyebut-nyebut LFP.Gibran menyatakan keheranannya mengapa Gus Imin tidak tahu apa itu LFP yang sering diulang-ulang Tom Lembong. “Masa Tom Lembong tidak kasih tahu cawapresnya,” lebih kurang begitu kata Gibran.Jadi, debat malam ini (21/01/2024) membuat Mahfud dan Gus Imin tak punya pilihan lain. Mereka terpaksa blak-blakan bahwa Gibran tidak menunjukkan level cawapres.Tampaknya, watak Gibran yang masih senang memojokkan lawan debat dengan singkatan, tidak berubah. Pola debat cawapres pertama dia teruskan. Ini dipicu oleh keterbatasan literasi tentang materi debat.1 2Laman berikutnya

Tokoh Pendidikan: Etika adalah Landasan Paling Dasar untuk Ambil Keputusan

Banten (SI Online) – Pemilih pada Pemilu 2024 mendatang mayoritas adalah generasi milenial (Gen Y) dan generasi Z. Oleh karenanya perlu upaya pendidikan agar mereka melek politik.Demikian disampaikan Suratno Muchoeri dalam diskusi di Pondok Pesantren Manahijussadat, Lebak, Banten, Selasa (09/02/2023).Menurut Ketua The Lead Institute Universitas Paramadina ini, pelaku pelanggaran fatsun juga kadang muncul dari kalangan pelajar dan mahasiswa, disebabkan karena tidak tahu atau sengaja ikut menyebarkan hoaks.“Misalnya pemilu 2019 ada keterbelahan di masyarakat. Kita harap generasi muda sekarang tidak terlibat akan tetapi bisa berkontribusi secara positif untuk menghindari pelanggaran itu. Di sinilah kita ingin melihat bagaimana peran pendidikan, ada ruang pendidikan yang bisa diisi untuk menjadi bagian dari upaya literasi politik,” kata dia.Ketua Program Magister Studi Islam Universitas Paramadina, M Subhi Ibrahim mengatakan, jika kita ingin tahu masa depan bangsa bisa dengan melihat kelas-kelas yang ada di sekolah, sebagai wajah dari masa depan Indonesia.“Karena itu maka kita perlu kembali pada satu filosofi dasar terutama dalam Islam yaitu untuk membangun generasi iqra’, generasi yang sadar literasi atas segala hal, bukan hanya agama tapi kepekaan kita terhadap masalah yang dihadapi masyarakat dan bangsa kita,” ungkap dia.Pengurus Keluarga Besar Taman Siswa Ki Darmaningtyas menyatakan, fatsun dalam membangun karakter bangsa itu menjadi sangat penting, etika sebenarnya merupakan proses dari pembangunan bangsa itu sendiri.“Menurut Tan Malaka tujuan pendidikan adalah untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, dan memperhalus perasaan. Sedangkan Bung Karno mengatakan bahwa membangun suatu negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya, membangun jiwa bangsa,” tegasnya.Darmaningtyas mengutip Ki Hajar Dewantara yang mengatakan, pendidikan bukan hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan praktis, melainkan juga dengan nilai dan keyakinan sebagai modal sosial dan moral dalam menyiapkan mereka menjadi warga negara dan warga dunia yang baik.“Karena itu keluarga menjadi basis untuk pendidikan karakter. Mereka yang punya etika baik pada umumnya lahir dari keluarga yang baik, sekolah memperkaya dan lingkungan memberikan tantangan,” ucapnya.“Kalau karakter personal, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kita tumbuhkan pada diri masing-masing maka bangunan etika politik bisa kita bangun dalam diri masing-masing. Pemilihan Capres misalnya kita bisa melihat mana sosok yang bisa menjawab atau mendukung terbangunnya ketiga karakter tersebut,” tambah dia.Darmaningtyas juga menggarisbawahi bahwa etika adalah yang paling dasar menjadi landasan seseorang untuk mengambil keputusan.1 2Laman berikutnya

Berkarakter Bak Singa Raja Hutan, Bonbin atau Sirkuskah?

Dalam kehidupan dunia binatang, tentu sedikitnya kita telah mengenal julukan dan karakter Singa. Paling tidak, ada tiga julukan dan karakter Singa.Pertama, Singa Si Raja Hutan. Julukan dan karakter Singa ini layak disematkan dalam dirinya karena memiliki prinsip yang kuat dan teguh dalam mempertahankan eksistensinya sebagai Raja Hutan.Kedua, Singa Bonbin (Kebon Binatang). Singa ini yang semula mendapat julukan Si Raja Hutan setelah dimasukan ke Bonbin berubah karakternya. Ia hidup dalam kerangkeng yang terbatas, hidupnya hanya menunggu waktu-waktu tertentu mendapatkan jatah makanan yang diberikan Sang Pawang.Singa Bonbin ini akhirnya hanya sebagai tontonan para turis lokal atau mancanegara. Di dalam kerangkeng Bonbin, Singa ini hanya berlenggak-lenggok berjalan sambil menunggu lemparan-lemparan makanan dari para turis yang sudah diizinkan melemparkan makanan untuknya.Ketiga, Singa Sirkus. Karakter Singa jenis ini lebih parah lagi dibandingkan dengan Singa Bonbin. Singa Sirkus ini bukan hanya sebagai tontonan layaknya Singa Bonbin, tapi lebih dari itu Singa ini dijadikan pertunjukkan atraksi sirkus.Singa Sirkus ini akan menuruti saja apa yang menjadi instruksi pawangnya. Manakala Si Pawang menginstruksi dengan lisan dan bahasa tubuhnya untuk Singa menjulurkan lidah, duduk atau melompat, maka Singa ini pun akan segera menjulurkan lidah, duduk atau melompat.Demikian pula, jika Si Pawang dengan bahasa tubuhnya menyibak-nyibak kedua tangannya untuk berdiri dan bersorak, maka Singa Sirkus ini akan menuruti saja perintah Pawangnya bersorak-sorai.Dari analogi ketiga jenis karakter Singa di atas yang terkait dengan kehidupan, semoga kita tidak termasuk dalam katagori yang berkarakter bak Singa Bonbin atau Sirkus.Selain pentingnya berkarakter bak Singa Si Raja Hutan, menjadi sebuah keniscayaan bahwa manusia yang pertama dan utama harus menjunjung tinggi akhlak (etika) dalam kehidupan.Hal ini selaras dengan hadits: “Dari Abu Harairah radhiyallahu anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad dan Al-Hakim.[]Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Khutbah Jumat: Pentingnya Etika dalam Kehidupan

Tak ada suatu pemberian seorang ayah pada anaknya lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik dan etika dalam kehidupan, inilah petikan khutbah Jumat kali ini Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil Hidayatullah.com | TIDAK peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab. Adab baikmu mencukupimu dari nasab, begitu kata Ali Bin Abi Thalib Radhiallahuanhu. Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini; Khutbah Jumat Pertama إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah menulis sebuah buku berjudul Adabul Alim Wal Muta’allim. Pada mukadimah buku ada sebuah kisah tentang Imam Syafi’i yang ditanya mengenai etika. “Bagaimana keseriusan anda dalam mempelajari etika?” Imam Syafi’i menjawab, “Ketika aku mendengar satu hal tentang etika, maka seluruh anggota badanku merasakan nikmat atas hal itu.” Beliau ditanya kembali, “Bagaimana pencarian anda terhadap etika?” Imam Syafi’i mengatakan, “Aku mencari ilmu etika seperti seorang ibu yang mencari anak semata wayangnya yang hilang.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam bahasa Arab etika sering diistilahkan dengan adab. Mengingat pentingnya kedudukan adab dalam kehidupan setiap insan, banyak para ulama menulis mengenai adab-adab dalam aktifitas seorang muslim. Mulai bangun tidur sampai kembali tidur, tidak ada yang luput dari ajaran adab yang diajarkan oleh Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ. Bagi umat Islam, sumber adab ada dalam dua hal : Al-Quran dan Sunah Nabawiyah. Ada banyak ayat Al-Quran yang mengajarkan adab, di antaranya firman Allah SWT : اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl : 90) Allah SWT juga berfirman : لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab : 21) Ibrahim al-Harbi berkata, “Sepatutnya bagi setiap orang yang jika mendengar salah satu dari adab ajaran Nabi Muhammad ﷺ, hendaknya ia berpegang teguh dengannya.” Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT Mengingat pentingnya adab sehingga Rasulullah ﷺ menjadikannya sebagai kado terindah bagi seorang anak dari orang tuanya. Beliau bersabda : مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik.” (HR. Tirmizi) Keutamaan adab bisa kita temukan dari keterangan-keterangan yang ditulis oleh Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Pertama, Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa diri beliau dididik dengan penekanan adab, langsung oleh Allah SWT : أَدَّبَنِى رَبِّى فَأَحْسَنَ تَأْدِيْـبِى “Tuhanku telah mendidikku, maka ia menjadikan pendidikanku menjadi baik.” (HR. Ibnu Hibban) Sehubungan dengan adab, Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata : كن ابن من شئت واكتسب أدباً، يُغْنِيكَ مَحْمُودُهُ عَنِ النَّسَبِ إِنَّ الفتى من يقول ها أنا ذا، ليسَ الفَتَى مَنْ يقولُ كان أبي “Tidak peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab. Adab baikmu mencukupimu dari nasab. Pemuda sejati akan berkata, “Inilah aku!” Bukan pemuda yang berbangga dengan nasab dan berkata, “Inilah ayahku…” Kedua, meremehkan adab atau etika dalam bertindak dan bertutur kata menyebabkan seseorang jatuh dalam perbuatan tercela. Abdullah bin Mubarak mengatakan : من تهاون بالأدب عوقب بحرمان السنن، ومن تهاون بالسنن عوقب بحرمان الفرائض، ومن تهاون بالفرائض عوقب بحرمان المعرفة “Siapa yang meremehkan adab, akan dihukum dengan terhalang dari melakukan kesunahan. Siapa yang meremehkan sunah, akan dihukum dengan terhalangi dari melakukan yang wajib. Siapa yang meremehkan yang wajib, akan dihukum dengan terhalangi dari mengenal Allah SWT.” Ma’asyiral Muslimin Jaaah Shalat Jumat Hafidzakumullah Ketiga, mendahulukan adab lebih diutamakan sebelum mempelajari suatu ilmu. Ilmu tanpa adab mengakibatkan hilangkan berkah darinya. Dikisahkan oleh Imam Syafi’i bahwa beliau pernah dinasehati oleh gurunya Imam Malik, “Wahai Muhammad, jadikanlah ilmumu seperti garam dan adabmu seperti tepung.” Tentang keutamaan adab juga, dikisahkan oleh Abdurrahman bin Qasim, “Aku berkhidmat kepada Imam Malik selama dua puluh tahun. Dua tahun aku mempelajari ilmu, sedangkan delapan belas tahun aku mempelajari adab. ungguh aku menyesal, andai saja semua waktu itu aku jadikan untuk mempelajari adab.” Dari uraian di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kehidupan umat Islam tidak boleh lepas dari tuntunan adab agar bisa menjadi manusia yang beradab. Adab harus kita hadirkan dalam perilaku kita sebagai apa pun. Sebagai pejabat, masyarakat biasa, pengusaha, guru, calon pemimpin dan lain sebagainya. Semoga dengan adab yang baik, akan lahir generasi berakhlak mulia yang untuk satu hal ini, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad ﷺ. Jangan abaikan dan remehkan adab. Mari beradab dalam segala situasi dan kondisi. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah Jumat Kedua اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ   أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ   اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang

Ndasmu Etik!

Karena etika ini jadi perhatian serius belakang dengan umpatan diatas, dengan jadi pertanyaan di Debat Capres 1 dan jadi keputusan geger MKMK soal “pelanggaran etika berat” berujung pemberhentian jabatan Ketua MK maka seorang sahabat bertanya: apa pandangan Islam soal etika?Jawabannya sangat bernuansa tapi jelas bahwa secara keseluruhan memakai definisi yang manapun maka etika adalah sesuatu yang serius dalam agama. Biar saya jelaskan.1. Jika memakai definisi Etika Islam, maka cakupannya sangat luas yakni : melibatkan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip moral yang telah ditetapkan oleh ajaran agama Islam. Ada beberapa prinsip utama yang terkandung dalam etika Islam, antara lain:a. Tauhid: Prinsip ini menekankan keyakinan akan keesaan Tuhan dan ketaatan kepada-Nya. Tauhid berkaitan erat dengan etika, karena meyakini keesaan Tuhan mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan sesama makhluk ciptaan-Nya.b. Ihsan: Merupakan konsep membuat kebaikan dalam segala aspek kehidupan, baik secara materi maupun non-materi. Penanaman pahala serta melakukan segala tindakan dengan keikhlasan dan kebaikan hati termasuk dalam prinsip ini.c. Adil: Etika Islam menitikberatkan pada prinsip keadilan dalam hubungan antar sesama manusia. Menjalankan keadilan artinya memberikan hak-hak yang seimbang dan adil kepada semua orang, tanpa memandang ras, suku, atau agama.d. Amar ma’ruf nahi munkar: Prinsip ini mengajarkan kita untuk mendorong tindakan-tindakan baik dan mencegah tindakan buruk di dalam masyarakat. Ini berarti kita sebagai muslim diberi tanggung jawab moral untuk menghargai nilai-nilai positif dalam masyarakat dan menentang segala bentuk kejahatan atau kerusakan yang dapat mengganggu ketentraman sosial.e. Akhlak terpuji: Etika Islam mencakup pentingnya mengembangkan akhlak terpuji dalam diri kita, seperti kesabaran, kejujuran, keadilan, ketulusan, dan tolong-menolong.”.2. Jika memilih pertengahan dalam arti definisi yang luas maka padanannya adalah akhlak atau bisa disebut budi pekerti. Akhlak adalah satu dari tiga unsur pokok agama yakni Aqidah, Syariah dan Akhlak. Ini merupakan padanan dari Iman, Islam dan Ihsan. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.Islam memiliki tiga pilar utama, yaitu aqidah, syariah, dan akhlaq. Aqidah adalah keyakinan dan kepercayaan yang mendasari sikap dan perilaku seorang muslim. Syariah adalah hukum dan aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam. Akhlaq adalah nilai-nilai moral dan etika yang menjadikan manusia berakhlak mulia. Akhlaq merupakan salah satu pilar penting dalam Islam, karena akhlaq adalah buah dari aqidah dan syariah. Baginda Rasulullah ﷺ adalah manusia teragung. Beliau memiliki akhlak terbaik, berkepribadian termulia.Allah SWT sendiri yang menyatakan demikian:وَإِنّكَ لَعَلَىَ خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم: 4)‘Sungguh engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang sangat agung.’ (QS: al-Qalam: 4).Sesuai dengan hadist : Kata Nabi pada Hadits Riwayat Al-Baihaqi dikatakan “Innama Buistu Liutammima Makarimal Akhlak” yang artinya Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlaq adalah cerminan dari iman dan amal saleh seorang muslim. Akhlaq juga merupakan tujuan dari syariah, yaitu untuk membentuk manusia yang beradab dan bermartabat. Akhlaq adalah kriteria utama yang akan menentukan keselamatan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.1 2Laman berikutnya