Tag:

ddii

Iduladha 1445 H, DDII Tebar 1.232 Hewan Kurban ke Pelosok Negeri hingga Mancanegara

Jakarta (SI Online) – Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) mendistribusikan 1.232 hewan kurban dalam perayaan Iduladha 1445 Hijriyah atau 2024 M.Jumlah tersebut terdiri atas 376 sapi dan 856 kambing/domba, yang tersebar di 25 provinsi mulai dari Aceh di wilayah Barat hingga Papua Barat di timur Indonesia.Tak hanya di dalam negeri, 120 sapi dan 40 kambing/domba kurban juga dibagikan ke 8 negara yakni Suriah, Palestina, Sudan, Chad, Somalia, Yaman, Myanmar, dan beberapa daerah di wilayah Afrika.“Kurban ini merupakan hasil pengelolaan LAZNAS Dewan Dakwah dan para pengurus Dewan Dakwah di daerah,” ujar Ketua Umum DDII, Dr. Adian Husaini, dalam keterangannya, Kamis (20/06/2024).Tahun ini, lanjut Adian, DDII melakukan konsolidasi kerja dan data dalam kegiatan kurban di seluruh wilayah. Dengan data yang terintegrasi, Dewan Dakwah dapat memantau lebih baik kinerja dan kebutuhan kurban di daerah-daerah kerja mereka.Pencapaian ini merupakan kerja keras LAZNAS Dewan Dakwah berikut seluruh pengurus Dewan Dakwah baik di tingkat pusat maupun di daerah-daerah.“Dewan Dakwah berterima kasih dan mengapresiasi para pekurban (mudhohi) yang telah memilih menitipkan kurbannya kepada Dewan Dakwah,” tegas Adian.Ia juga memuji kinerja Laznas Dewan Dakwah dan seluruh pengurus di daerah sehingga memungkinkan kurban ini tersedia dan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, bukan saja di penjuru Nusantara melainkan juga di negara-negara lain.[]

DDII Pusat Kunjungi Persiapan ADI Kota Bogor

Bogor (SI Online) – Pengurus Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat melakukan kunjungan ke kantor Dewan Da’wah Kota Bogor di Komplek Vila Citra Bantarjati (VCB), Kota Bogor, Senin (3/6/2024).Kunjungan tersebut dalam rangka melihat persiapan Dewan Da’wah Kota Bogor yang akan membuka program Akademi Da’wah Indonesia (ADI).Pengurus DDII Pusat yang hadir yaitu Wakil Ketua Umum DDII, Dr. Muhammad Nur MA, Ketua Biro Pendidikan DDII Dr. Ujang Habibi M.Pd, Rektor STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji dan lainnya.Mereka diterima oleh Ketua Dewan Da’wah Kota Bogor Ustaz Abdul Halim, Pengurus DDII Jawa Barat Masrial, Bendahara Dewan Da’wah Kota Bogor Mizardi Amir, Sekretaris Dewan Da’wah Kota Bogor Gumelar Adiwijaya dan lainnya. Hadir juga Dr. Riyanto Umar dan Ustaz Syarif dari DKM At Taqwa selaku fasilitator tempat dalam pembentukan ADI Kota Bogor.Ketua Biro Pendidikan Dewan Da’wah Dr. Ujang Habibi M.Pd menjelaskan bahwa ADI merupakan program pendidikan dakwah bagi calon dai dalam sebuah program yang khas.“Kita melakukan kaderisasi dai untuk meluaskan syiar dakwah sekaligus sebagai generasi penerus untuk melanjutkan estafet amal-amal dakwah yang telah dibuat orang tua kita, Allahyarham Bapak Muhammad Natsir dan yang lainnya,” jelasnya.Sementara itu, Ketua Dewan Da’wah Kota Bogor Ustaz Abdul Halim merasa optimis bahwa ADI bisa berjalan dengan baik. “Kami optimis dan siap berjuang bersama-sama untuk mengembangkan pendidikan kader dai di Kota Bogor. Sebagai langkah awal, kami berharap dari setiap kecamatan di Kota Bogor bisa ada wakil anak muda yang bergabung di ADI,” harapnya.Menurutnya, di Kota Bogor banyak pihak yang berkaitan dengan Dewan Da’wah yang insyaallah bisa bersinergi dalam program ADI. Pihak tersebut antara lain BKsPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia), Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor dan lainnya.Rencananya, setelah kunjungan tersebut pihak DDII Pusat akan menyiapkan surat keputusan (SK) sebagai syarat administarasi pembentukan ADI di Kota Bogor yang merupakan cabang ke-32 dari seluruh ADI di Indonesia.red: adhila

Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir Ajak DDII Rancang Agenda Strategis Bersama

Jakarta (MediaIslam.id) – Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menghadiri acara Silaturrahim Idulfitri 1445 Hijriah yang digelar Pimpinan Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Aula Masjid Al Furqan Dewan Dakwah, Jalan Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (27/04). Dalam tausiyahnya, Haedar Nashir mengajak Dewan Dakwah dan umat Islam merancang agenda strategis bersama untuk masa depan. “Salah satu, misalnya, bisakah kita punya satu kalendar Islam global Hijriyah,” ujarnya. Haedar mengajak Dewan Dakwah dan seluruh elemen umat lainnya memulai dialog untuk mendiskusikan ini. Agenda strategis lainnya, lanjut Haedar Nashir, adalah ikhtiar kesatuan politik. “Bukan soal wadahnya, tetapi membuka dialog tentang perlunya negosiasi, adaptasi, akomodasi, dan moderasi dalam politik,” kata guru besar ilmu sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu. Lebih jauh sosok yang memimpin Muhammadiyah periode 2022 – 2027 tersebut menyerukan perlunya agenda bidang ekonomi, mengingat umat memerlukan kekuatan baru. Umat perlu diberi orientasi, menghargai orang yang berhasil atau sukses, karena Haedar menilai masih ada di kalangan umat yang mempersepsikan para aghniya (orang kaya) melulu secara negatif. Padahal, ujarnya, banyak sosok individu muslim yang memiliki kekayaan lewat cara halalan thayiban. Terlebih lagi, tantangan umat yang ada saat ini jauh lebih besar dari kekuatan yang kita miliki. “Jika ekonomi lemah, kita tidak bisa membangun peradaban,” tukas Haedar. Membangun ukhuwah, sebagaimana tema silaturrahim, menjadi dasar untuk membangun kekuatan. Di awal acara yang diikuti lebih dari 350 peserta tersebut, Haedar Nashir menegaskan keinginannya menyambung silaturrahim antara Muhammadiyah dan Dewan Dakwah. Ia mengungkapkan adanya irisan serta keterkaitan langsung antara Muhammadiyah dan Dewan Dakwah dalam rumpun umat Islam yang melahirkan Masyumi. Bahkan, lanjut Haedar, salah satu tokoh Muhammadiyah yang pernah menjadi Ketua Pengurus Pusat, KH Mas Mansyur, ikut mendirikan Masyumi. More pages: 1 2

Haedar Nashir Ajak DDII Rancang Agenda Strategis Bersama

Jakarta (SI Online) – Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menghadiri acara Silaturrahim Idulfitri 1445 Hijriah yang digelar Pimpinan Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Aula Masjid Al Furqan Dewan Dakwah, Jalan Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (27/04).Dalam tausiyahnya, Haedar Nashir mengajak Dewan Dakwah dan umat Islam merancang agenda strategis bersama untuk masa depan.“Salah satu, misalnya, bisakah kita punya satu kalendar Islam global Hijriyah,” ujarnya. Haedar mengajak Dewan Dakwah dan seluruh elemen umat lainnya memulai dialog untuk mendiskusikan ini.Agenda strategis lainnya, lanjut Haedar Nashir, adalah ikhtiar kesatuan politik.“Bukan soal wadahnya, tetapi membuka dialog tentang perlunya negosiasi, adaptasi, akomodasi, dan moderasi dalam politik,” kata guru besar ilmu sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.Lebih jauh sosok yang memimpin Muhammadiyah periode 2022 – 2027 tersebut menyerukan perlunya agenda bidang ekonomi, mengingat umat memerlukan kekuatan baru. Umat perlu diberi orientasi, menghargai orang yang berhasil atau sukses, karena Haedar menilai masih ada di kalangan umat yang mempersepsikan para aghniya (orang kaya) melulu secara negatif. Padahal, ujarnya, banyak sosok individu muslim yang memiliki kekayaan lewat cara halalan thayiban.Terlebih lagi, tantangan umat yang ada saat ini jauh lebih besar dari kekuatan yang kita miliki.“Jika ekonomi lemah, kita tidak bisa membangun peradaban,” tukas Haedar. Membangun ukhuwah, sebagaimana tema silaturrahim, menjadi dasar untuk membangun kekuatan.Di awal acara yang diikuti lebih dari 350 peserta tersebut, Haedar Nashir menegaskan keinginannya menyambung silaturrahim antara Muhammadiyah dan Dewan Dakwah.Ia mengungkapkan adanya irisan serta keterkaitan langsung antara Muhammadiyah dan Dewan Dakwah dalam rumpun umat Islam yang melahirkan Masyumi. Bahkan, lanjut Haedar, salah satu tokoh Muhammadiyah yang pernah menjadi Ketua Pengurus Pusat, KH Mas Mansyur, ikut mendirikan Masyumi.1 2Laman berikutnya

Hadiri Silaturahim Idulfitri DDII, Ketum Muhammadiyah: Kita Ada Irisan

Jakarta (SI Online)-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Haedar Nashir, menghadiri Silaturahim Idulfitri 1445 H Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Aula Masjid Al Furqan, Jl Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat, pada Sabtu pagi, 27 April 2024.Sebagai pembicara utama, Haedar menyampaikan pikiran-pikirannya mengenai dakwah Islam dan Ormas Islam di Indonesia. Terutama keterkaitan antara Muhammadiyah dengan DDII.DDII didirikan oleh Allahyarham Mohammad Natsir yang merupakan Ketua Umum Partai Masyumi periode 1949-1958 dan Perdana Menteri RI pada 1950-1951.Masyumi, kata Haedar, adalah wadah titik temu dan merajut kekuatan umat Islam di awal-awal negara Republik Indonesia berdiri. Termasuk di dalamnya para tokoh Muhammadiyah.“Kita ada irisan, keterkaitan langsung dalam rumpun umat Islam. Lalu ada Masyumi yang merupakan ikhtiar menyatukan kekuatan politik umat Islam,” kata Haedar.Sebagai informasi, banyak tokoh dan petinggi Muhammadiyah yang aktif sebagai pengurus atau pimpinan Partai Masyumi. Di antaranya Ki Bagus Hadikusumo, KH Abdul Kahar Muzakkir, KH Faqih Usman, Mr. Kasman Singodimedjo, Buya Hamka, dan H.A. Malik Ahmad.“Kita ada banyak titik temu,” kata Haedar yang merupakan Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.Meski demikian, Haedar juga mengingatkan bahwa dinamika yang terjadi di internal Masyumi saat itu juga tidak semudah yang dibayangkan. Terutama saat beberapa elemen seperti NU dan PSII keluar.“Perlu kita selami kenapa itu terjadi. Ke depan kita harus belajar dari sejarah,” kata dia.Karena itu, Haedar mengajak untuk terus meningkatkan silaturahmi. “Silah itu mempertautkan, rahmi persaudaraan. Ada pula yang menyebut rahim, karena kita pernah satu rahim, keluar dari rahim yang sama,” jelasnya.Haedar menegaskan, silaturahmi bukan hanya mepertautkan hubungan yang telah tersambung, tetapi juga mempertautkan hubungan yang terputus. Baik di lingkungan keluarga, masyarakat, antarbangsa, golongan umat, dan lainnya.“Tapi nggak gampang. Karena mempertautkan yang terputus itu ada faktor psikososial. Ini yang tidak mudah,” jelasnya.1 2Laman berikutnya

Pendeta Gilbert Diduga Lakukan Penistaan Agama, DDII Siap Kaji dan Kawal Proses Hukumnya

Jakarta (SI Online) – Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) siap mengkaji dan mengawal proses hukum kasus Gilbert Lumoindong, seorang pendeta Kristen yang khotbahnya dinilai menistakan dan menghina peribadatan umat Islam.“Tim Bidang Politik, Hukum, dan HAM Dewan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Pusat akan mengkaji secara saksama dan komprehensif serta mengawal proses hukum kasus Gilbert yang diduga sebagai penistaan agama tersebut,” jelas Ketua Umum Dewan Dakwah, Dr. Adian Husaini, di Kantor Pusat Dewan Dakwah di Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, dalam keterangannya, Kamis (18/04).Keputusan ini, ujar Adian, disepakati dalam rapat pengurus pusat Dewan Dakwah setelah menerima beberapa masukan dan permintaan dari pengurus Dewan Dakwah daerah.Selain tim Hukum, Dewan Dakwah juga akan mendengarkan masukan dari Majelis Fatwa, Bidang Kerukunan Umat Beragama (KUB), serta Bidang Kajian dan Ghazwul Fikri Dewan Dakwah.Langkah ini Dewan Dakwah ambil menyusul viralnya khotbah Gilbert Lumoindong sejak Senin (15/4) lalu yang membandingkan ibadah salat dan zakat 2,5 persen yang dilakukan umat Islam dengan ibadah ‘sedekah’ Kristen yang mencapai 10 persen.Adian Husaini, yang memperoleh gelar doktor di bidang pemikiran dan peradaban Islam dari Institut Pemikiran Islam dan Peradaban-Universitas Islam Internasional Malaysia (ISTAC-IIUM), mengimbau agar para pemuka agama dapat menampilkan statemen yang konstruktif dan tidak menyakiti perasaan umat agama lainnya.Ia juga menyerukan kepada seluruh komponen dai serta jajaran pegiat Dewan Dakwah di seluruh Indonesia untuk tetap tenang dan mempercayakan kasus tersebut pada pihak yang berwenang.Akibat khotbah Gilbert Lumoindong tersebut, Polda Metro Jaya mengkonfirmasi telah menerima laporan dari komponen masyarakat yang mengadukan Gilbert dengan dugaan penistaan agama pada Rabu (17/4).“Kasus dugaan penistaan agama itu kini ditangani oleh Subdit Kamneg Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi kepada media massa. []

Ketum Dewan Da’wah Ajak Media Ubah Cara Berpikir Masyarakat yang Salah Kaprah

Jakarta (SI Online)-Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Dr. Adian Husaini mengatakan, tantangan media massa saat ini adalah membangun persepsi publik untuk mengubah sekulerisme dalam dunia pendidikan. Jika tidak bisa mengubah sepenuhnya, kata Adian, paling tidak bisa mengurangi (kadarnya).Adian mengatakan hal itu kepada sejumlah jurnalis muslim yang menghadiri undangan DDII dalam acara Media Gathering dan Buka Bersama di Gedung Menara Dakwah, Jl Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat, pada Rabu sore (27/03/2024).“Pendidikan kita saat ini orientasinya materi. Tolok ukur keberhasilannya jika lulusan bisa masuk perguruan tinggi favorit lalu bisa bekerja di tempat yang bagus,” kata dia.Adian mencontohkan, salah satu hasil dari pendidikan yang materialistis itu dapat dilihat dari perilaku masyarakat dalam pemilihan presiden 14 Februari lalu. Sebagian besar masyarakat yang berpendidikan rendah, kata Adian, takut dengan istilah perubahan.“Mereka takut berubah karena yang mereka pahami kalau perubahan berarti bansosnya dicabut, sembakonya dicabut,” ungkapnya.Hal yang sama, kata Adian, juga terjadi pada kelas menengah. Sebab mereka juga menjadikan materi sebagai standar perubahan.Pengasuh Pesantren At-Taqwa Depok ini mencontohkan, seorang kiai disebut sukses manakala santrinya mencapai ribuan dengan cabang pondok yang banyak. Begitu pula dengan ormas, disebut sukses bila memiliki sekolah, kampus dan jumlah peserta didik yang besar.Adian menyebut, jika standar yang dipakai untuk menilai keberhasilan pendidikan dengan tolok ukur materi seperti itu maka tak ubahnya seperti standar pabrik. Maka tugas media adalah mengubah cara berpikir yang salah kaprah ini.“Sekali lagi tugas kita adalah mengubah cara berpikir masyarakat yang sudah salah kaprah ini,” tegasnya.Padahal, kata Adian, menurut pendiri Dewan Da’wah Allahyarham Mohammad Natsir, pendidikan disebut berhasil jika peserta didik menjadi cinta ilmu, cinta dakwah dan berakhlak mulia. []red: shodiq ramadhan

Ketum DDII Ajak Media Ubah Cara Berpikir Masyarakat yang Salah Kaprah

Jakarta (SI Online)-Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Dr. Adian Husaini mengatakan, tantangan media massa saat ini adalah membangun persepsi publik untuk mengubah sekulerisme dalam dunia pendidikan. Jika tidak bisa mengubah sepenuhnya, kata Adian, paling tidak bisa mengurangi (kadarnya).Adian mengatakan hal itu kepada sejumlah jurnalis muslim yang menghadiri undangan DDII dalam acara Media Gathering dan Buka Bersama di Gedung Menara Dakwah, Jl Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat, pada Rabu sore (27/03/2024).“Pendidikan kita saat ini orientasinya materi. Tolok ukur keberhasilannya jika lulusan bisa masuk perguruan tinggi favorit lalu bisa bekerja di tempat yang bagus,” kata dia.Adian mencontohkan, salah satu hasil dari pendidikan yang materialistis itu dapat dilihat dari perilaku masyarakat dalam pemilihan presiden 14 Februari lalu. Sebagian besar masyarakat yang berpendidikan rendah, kata Adian, takut dengan istilah perubahan.“Mereka takut berubah karena yang mereka pahami kalau perubahan berarti bansosnya dicabut, sembakonya dicabut,” ungkapnya.Hal yang sama, kata Adian, juga terjadi pada kelas menengah. Sebab mereka juga menjadikan materi sebagai standar perubahan.Pengasuh Pesantren At-Taqwa Depok ini mencontohkan, seorang kiai disebut sukses manakala santrinya mencapai ribuan dengan cabang pondok yang banyak. Begitu pula dengan ormas, disebut sukses bila memiliki sekolah, kampus dan jumlah peserta didik yang besar.Adian menyebut, jika standar yang dipakai untuk menilai keberhasilan pendidikan dengan tolok ukur materi seperti itu maka tak ubahnya seperti standar pabrik. Maka tugas media adalah mengubah cara berpikir yang salah kaprah ini.“Sekali lagi tugas kita adalah mengubah cara berpikir masyarakat yang sudah salah kaprah ini,” tegasnya.Padahal, kata Adian, menurut pendiri DDII Allahyarham Mohammad Natsir, pendidikan disebut berhasil jika peserta didik menjadi cinta ilmu, cinta dakwah dan berakhlak mulia. []red: shodiq ramadhan