Tag:
dakwah
Mediaislam.id
Perwakilan DDII Ikuti Forum Dakwah Asia Pacifik di Phnom Penh
Jakarta (MediaIslam.id) – Perdana Menteri Kerajaan Kamboja, Samdech Moha Borvor Thipadei Hun Manet, membuka Sidang Umum ke-20 Regional Islamic Da’wah Council for Southeast Asia and the Pacific (RISEAP) di Hotel Sokha Phnom Penh, Kamboja, (07/12/2024) pekan lalu.
Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 1.000 peserta yang merupakan anggota badan legislatif dan eksekutif Kamboja, delegasi dari 20 negara anggota RISEAP, pemimpin komunitas Muslim Kamboja, dan tamu kehormatan nasional dan internasional.
Dari Indonesia antara lain hadir pimpinan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII ), Wanita Islam, HMI serta Pelajar Islam Indonesia (PII).
Dalam pidato sambutannya, PM Hun Manet menegaskan kembali perhatian Pemerintah Kerajaan Kamboja untuk terus memastikan kebebasan berkeyakinan dan kerukunan beragama di negara tersebut.
Delegasi Indonesia dalam Sidang Umum RISEAP ke-20 di Kamboja.
“Kami serius meningkatkan kesejahteraan komunitas Muslim Kamboja, mempromosikan kehadiran Muslim Kamboja di berbagai tingkatan, di badan legislatif dan eksekutif, serta di pemerintahan nasional dan sub-nasional,” ujarnya.
Perdana Menteri menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada komunitas Muslim Kamboja atas dukungan mereka terhadap Kerajaan dan atas kontribusi aktif mereka dalam menjaga perdamaian dan stabilitas politik Kerajaan, serta meningkatkan pembangunan sosial-ekonomi.
Acara RISEAP General Assembly ke-20 ini juga mendapatkan dukungan penuh dari HE. Van Math, penasihat Senat dan juga pemimpin komunitas muslim di Kamboja.
Sementara itu, Pimpinan DDII yang hadir, Dr. Salamun, mengisahkan keterlibatan Dewan Dakwah sejak awal dalam RISEAP. Sebut saja Brother Ridzwan Wu dari Singapura yang saat ini menjadi Vice President RISEAP, beliau menuturkan sejak remaja sudah mengikuti berbagai training yang diberikan oleh Allahyarham Dr. Deliar Noer.
“Kami mengharapkan perhatian kepada negara-negara muslim minoritas dapat ditingkatkan,antara lain dengan pertukaran pengalaman khususnya bidang dakwah pendidikan serta pengembangan masyarakat,” ungkap Dr. Salamun.
More pages: 1 2
Suaraislam.id
Muslimah, Begini Cara Menanggulangi Rasa Insecure
Sahabat Muslimah yang dirahmati Allah SWT, semakin berkembangnya zaman, generasi muda terutama Gen-Z semakin mudah mengakses segala sesuatu yang ingin mereka ketahui karena adanya media sosial. Contohnya, komunikasi, informasi, peluang bisnis, silaturahmi bahkan hiburan.Namun dengan kemudahan yang didapat ada dampak buruk untuk Gen Z ini yaitu rasa insecure (rasa tidak percaya diri, cemas dan ragu yang membuat seseorang merasa tidak nyaman) yang melanda, pasalnya dengan gampang dan gamblang setiap orang bisa tahu aktivitas dan kegiatan yang dilakukan setiap saat. Inilah salah satu penyebab insecure karena saat seseorang merasa orang lain bisa lebih dari dirinya di situlah timbul rasa itu.Dalam kehidupan sehari-hari kita sering merasa insecure ketika melihat orang lain memiliki kelebihan dibanding dengan diri kita. Kelebihan itu bisa yang sifatnya fisik seperti bentuk tubuh, kecantikan, kepandaian, atau bersifat materi seperti kekayaan, kedudukan, keturunan. Sementara kelebihan seseorang menjadi standar kebaikan atau kebahagiaan saat ini.Bisa kita lihat fakta saat ini, sebagian besar masyarakat yang terbawa arus kapitalis sekuler akan berpikir, kemuliaan seseorang itu saat sudah memiliki kekayaan, kedudukan, bahkan kecantikan. Inilah yang membuat Gen-Z berlomba-lomba untuk bisa dalam posisi yang mereka anggap itu kebahagiaan.Tak bisa dipungkiri kondisi ini juga membuat mereka melakukan segala sesuatu demi mendapatkan yang mereka inginkan, seperti open BO demi cepat mendapatkan uang dan bisa membeli barang-barang mewah hanya untuk terlihat mereka adalah orang berada. Tidak kalah mencengangkan, sekarang banyak wanita yang terbawa tren melakukan oplas demi kecantikan.Hal semacam ini menjadi lumrah di kalangan Gen Z, mereka tak lagi memikirkan halal dan haram dalam setiap tindakan yang sejatinya akan ada pertanggungjawaban kelak di akhirat.Karena itu sahabat Muslimah, penting bagi kita memiliki standar yang benar tentang kebaikan, kebanggaan, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga bisa menempatkan rasa minder pada porsinya tentunya dengan sudut pandang yang positif. Artinya kita bisa hilangkan rasa minder itu jika telah ada kebaikan kemuliaan dan kebahagiaan pada diri kita sesuai dengan standar Islam.Sahabat Muslimah, Islam memandang kemuliaan seseorang tidak dari yang bersifat fisik atau materi, melainkan dari sisi ketakwaan seseorang. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits, dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian akan tetapi dia meliat dari hati dan perbuatan kalian” (HR Muslim).Harus kita sadari, menjadi seorang Muslim adalah sebuah kenikmatan. Karena hanya cukup dengan keislamaan dan ketakwaan, bisa membuat kedudukan kita mulia di sisi Allah SWT. Apalagi Allah menetapkan Islam sebagai satu-satunya agama yang di ridhainya.Marilah berpikir, perkara yang tidak dihisab oleh Allah bukanlah fisik atau kekayaan duniawi. Oleh karenanya janganlah minder atau rendah diri dengan semua yang berbau duniawi karena yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.Fokuslah pada upaya peningkatan ketakwaan dan memperbaiki diri, karena itulah yang akan membawa kepada kemuliaan yang sejati di dunia dan akhirat. Lantas apa yang membuat kita menjadi insecure, padahal kemuliaan itu sudah disematkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman?Seharusnya kita minder saat hukum-hukum Allah dicampakkan, lantas kita berdiam diri sementara ada pejuang-pejuang agama Allah yang merelakan waktu, pikiran dan tenaganya demi kemulian Islam dan kaum muslimin. Seharusnya kita minder saat harta yang kita miliki ditumpuk-tumpuk atau kita tahan, sementara ada Muslim yang dengan tangannya mengeluarkan harta untuk perjuangannya di jalan Allah tanpa berpikir Panjang. Seharusnya kita minder saat amal saleh kita tidak lebih banyak dari orang lain padahal kita semua diberi kesempatan dan waktu yang sama oleh Allah di dunia ini.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Muslimah, Begini Cara Mengatasi Rasa Insecure
Sahabat Muslimah yang dirahmati Allah SWT, semakin berkembangnya zaman, generasi muda terutama Gen-Z semakin mudah mengakses segala sesuatu yang ingin mereka ketahui karena adanya media sosial. Contohnya, komunikasi, informasi, peluang bisnis, silaturahmi bahkan hiburan.Namun dengan kemudahan yang didapat ada dampak buruk untuk Gen Z ini yaitu rasa insecure (rasa tidak percaya diri, cemas dan ragu yang membuat seseorang merasa tidak nyaman) yang melanda, pasalnya dengan gampang dan gamblang setiap orang bisa tahu aktivitas dan kegiatan yang dilakukan setiap saat. Inilah salah satu penyebab insecure karena saat seseorang merasa orang lain bisa lebih dari dirinya di situlah timbul rasa itu.Dalam kehidupan sehari-hari kita sering merasa insecure ketika melihat orang lain memiliki kelebihan dibanding dengan diri kita. Kelebihan itu bisa yang sifatnya fisik seperti bentuk tubuh, kecantikan, kepandaian, atau bersifat materi seperti kekayaan, kedudukan, keturunan. Sementara kelebihan seseorang menjadi standar kebaikan atau kebahagiaan saat ini.Bisa kita lihat fakta saat ini, sebagian besar masyarakat yang terbawa arus kapitalis sekuler akan berpikir, kemuliaan seseorang itu saat sudah memiliki kekayaan, kedudukan, bahkan kecantikan. Inilah yang membuat Gen-Z berlomba-lomba untuk bisa dalam posisi yang mereka anggap itu kebahagiaan.Tak bisa dipungkiri kondisi ini juga membuat mereka melakukan segala sesuatu demi mendapatkan yang mereka inginkan, seperti open BO demi cepat mendapatkan uang dan bisa membeli barang-barang mewah hanya untuk terlihat mereka adalah orang berada. Tidak kalah mencengangkan, sekarang banyak wanita yang terbawa tren melakukan oplas demi kecantikan.Hal semacam ini menjadi lumrah di kalangan Gen Z, mereka tak lagi memikirkan halal dan haram dalam setiap tindakan yang sejatinya akan ada pertanggungjawaban kelak di akhirat.Karena itu sahabat Muslimah, penting bagi kita memiliki standar yang benar tentang kebaikan, kebanggaan, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga bisa menempatkan rasa minder pada porsinya tentunya dengan sudut pandang yang positif. Artinya kita bisa hilangkan rasa minder itu jika telah ada kebaikan kemuliaan dan kebahagiaan pada diri kita sesuai dengan standar Islam.Sahabat Muslimah, Islam memandang kemuliaan seseorang tidak dari yang bersifat fisik atau materi, melainkan dari sisi ketakwaan seseorang. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits, dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian akan tetapi dia meliat dari hati dan perbuatan kalian” (HR Muslim).Harus kita sadari, menjadi seorang Muslim adalah sebuah kenikmatan. Karena hanya cukup dengan keislamaan dan ketakwaan, bisa membuat kedudukan kita mulia di sisi Allah SWT. Apalagi Allah menetapkan Islam sebagai satu-satunya agama yang di ridhainya.Marilah berpikir, perkara yang tidak dihisab oleh Allah bukanlah fisik atau kekayaan duniawi. Oleh karenanya janganlah minder atau rendah diri dengan semua yang berbau duniawi karena yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.Fokuslah pada upaya peningkatan ketakwaan dan memperbaiki diri, karena itulah yang akan membawa kepada kemuliaan yang sejati di dunia dan akhirat. Lantas apa yang membuat kita menjadi insecure, padahal kemuliaan itu sudah disematkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman?Seharusnya kita minder saat hukum-hukum Allah dicampakkan, lantas kita berdiam diri sementara ada pejuang-pejuang agama Allah yang merelakan waktu, pikiran dan tenaganya demi kemulian Islam dan kaum muslimin. Seharusnya kita minder saat harta yang kita miliki ditumpuk-tumpuk atau kita tahan, sementara ada Muslim yang dengan tangannya mengeluarkan harta untuk perjuangannya di jalan Allah tanpa berpikir Panjang. Seharusnya kita minder saat amal saleh kita tidak lebih banyak dari orang lain padahal kita semua diberi kesempatan dan waktu yang sama oleh Allah di dunia ini.1 2Laman berikutnya
Mediaislam.id
Jadi Dai Dompet Dhuafa, Murniati Dakwah di AS dan Kanada
Washington (Mediaislam.id) – Pendiri Sakinah Finance Murniati Mukhlisin menjalankan tugas dakwah dengan mengisi kajian keuangan syariah di Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Program tersebut berjalan atas kerjasama antara Dompet Dhuafa USA dan Sakinah Finance yang didukung oleh Cordofa-Dompet Dhuafa Pusat, serta para pengurus Masjid At-Thohir, Pengajian Las Vegas, MIIT, Konjen RI di Toronto, Pengajian Michigan, IMAAM Center, Comfasion, MIC, IMFO, Pengajian Virginia, dan Harvard University.
“Selama 17 hari ini, kami mengadakan beberapa kajian yaitu dua kajian di Masjid At-Thohir di Los Angeles, dua kajian di Las Vegas, dua kajian di Toronto, satu kajian di Michigan, tiga kajian di Washington DC, dan satu kajian di Virginia, dengan total peserta sebanyak 450 orang” ujar Murniati yang selama perjalanan didampingi oleh Nina Marliani, seorang pakar perbankan syariah dan juga Alumni Sakinah Finance.
Wanita yang akrab disapa Madam Ani ini juga mengadakan beberapa kunjungan strategis yaitu menjumpai pakar IT asal Indonesia yang bekerja di Silicon Valley, California, Konjen RI di Toronto, Imam Besar Masjid Sayeda Khadija Centre di Toronto, manajemen perusahaan investasi syariah Sterling Management di Virginia, manajemen International International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Virginia, manajemen Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) di Maryland, dan Direktur Eksekutif WorldBank di Washington DC.
Mewakili Institut Tazkia, Madam Ani menjadi pembicara di Islamic Finance Conference at Harvard University dengan membawakan topik “Circular Economies and Its Impact on ESG; from Islamic Perspective, Indonesian Case”, yang dihadiri oleh 200 peserta. Selain itu, Madam Ani mengisi Podcast Salam Indonesia di Toronto tentang prinsip-prinsip syariah dalam keuangan keluarga.
Selama perjalanan, Madam Ani menangani 39 sesi konsultasi Zakat, Waris, Utang, Wakaf, via WA dan tatap muka. Hal ini bukti bahwa masyarakat Muslim di Amerika dan Kanada sangat antusias ingin mempraktikkan syariah dalam kehidupan mereka. Salah satu sesi ekslusif adalah acara pengucapan syahadah Keluarga Buttner yang dituntun oleh Madam Ani. Keluarga tersebut terdiri dari istri asal Indonesia, suami asal Kanada, dan putrinya, warga negara Kanada.
“Selanjutnya, Madam berharap bisa membantu Konjen RI untuk expo halal Indonesia di Toronto, membantu IMAAM Center untuk mengadakan The First International Islamic Economics and Finance Conference for Development (IIEFC4D) 2025, juga membantu membentuk IMAAM Endowment Fund (Wakaf) di Amerika” kata Murniati. [ ]
Mediaislam.id
Komisi Dakwah MUI: Esensi Dakwah adalah Mengajak Umat Manusia pada Kebenaran
Jakarta (MediaIslam.id) – Esensi dakwah adalah mengajak umat manusia pada kebenaran. Berdakwah tidak bisa dimaknai hanya untuk konversi agama semata. Dakwah atau dialog keagamaan juga perlu memperhatikan aspek kerukunan antarumat beragama.
“Bila bicara dalam bingkai negara Indonesia, dakwah harus dilakukan secara beretika, mengingat masyarakat Indonesia sudah meyakini agamanya masing-masing,” ungkap Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Ahmad Zubaidi di Jakarta, Selasa (08/10/2024) seperti dilansir ANTARA.
Zubaidi menyarankan agar para dai sebaiknya tidak mendakwahkan agamanya kepada orang-orang yang sudah memeluk agama lain, khususnya dalam konteks diskusi keagamaan yang terbuka.
Zubaidi juga menekankan pentingnya makna dakwah melalui contoh atau perbuatan yang baik (dakwah bil hal).
Menurut dia, hal yang wajar apabila ada orang yang ingin memeluk Islam karena melihat perilaku umat Muslim yang santun, penuh kasih sayang, disiplin, lemah lembut, toleran, dan menjunjung tinggi rasa solidaritas.
“Yang tidak boleh adalah mendakwahkan agama kepada orang yang sudah beragama secara terbuka, apalagi secara paksa. Hal ini karena konsensus bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk,” tuturnya
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini berpandangan, bagi masing-masing diri seorang Muslim sebenarnya sudah punya kewajiban berdakwah, yaitu dengan mempraktikkan Islam dengan sebenar-benarnya, yang rahmatan lil alamin.
Zubaidi juga menyoroti adanya diskusi keagamaan namun dengan agenda intoleransi, radikalisme, bahkan terorisme yang terselubung.
Menurut dia, hal ini justru mencederai konsensus kebangsaan dan bahkan mengkhianati hak kebebasan beragama dan berserikat yang dijamin oleh negara Indonesia.
“NKRI dan Pancasila sudah disepakati demi kemaslahatan bersama serta demi kedamaian Indonesia, kini dan yang akan datang. Kita tidak ber-khilafah atau ber-daulah islamiyah, bukan berarti kita tidak mengamalkan ajaran Islam, karena secara formal, substansial dan esensial, ajaran Islam itu dapat diamalkan di negara Indonesia, bahkan walaupun negara kita bukan negara Islam,” kata Pengurus Badan Wakaf Indonesia (BWI) itu.
More pages: 1 2
Suaraislam.id
Keteguhan Dakwah Nabi Nuh AS
Islam bisa sampai kepada kita karena ada yang berdakwah. Tanpa usaha, perjuangan dan pengorbanan untuk mendakwahkan Islam di Tanah Air, bisa jadi kita masih belum mengenal Allah dan menyembahnya.Inilah urgensinya dalam berdakwah, yaitu melanjutkan risalah dakwah yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Meski begitu, kita perlu memetik ibrah dari kisahnya para nabi beserta kaumnya. Karena, pada kisah-kisah tersebut terdapat pengajaran bagi yang sangat berharga.Perumpamaan dakwah para nabi ibarat sebuah bangunan. Rasulullah Saw bersabda, “Perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi terdahulu ibarat seseorang membangun rumah lalu menyempurnakan dan memperindahnya. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mengaguminya, seraya berkata: “Kita tidak pernah melihat bangunan yang lebih indah dari bangunan ini sebelumnya, hanya saja ada satu batu bata (yang belum diletakkan)”, satu bata tersebut adalah aku.” (HR Muslim).Di antara kisah dakwah yang perlu diteladani adalah keteguhan dakwah Nabi Nuh AS, berdakwah malam dan siang dalam masa yang panjang. Disebutkan selama 950 tahun, Nabi Nuh menyeru kaumnya untuk menyembah Allah dan mentaatinya, namun kaumnya malah lari.Kisah tersebut digambarkan dalam Al-Qur’an surah Nuh ayat 5-7. Aneka cara dilakukan, dakwah secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, hingga mengkombinasikan keduanya agar kaumnya menyembah Allah namun tetap hanya sedikit yang beriman.Dalam Tafsir Qurthubi disebutkan, Nabi Nuh AS sampai mendatangi rumah kaumnya satu persatu. Namun para pimpinan mereka melakukan provokasi agar tidak menghiraukan Nabi Nuh AS dan orang yang beriman bersamanya. Mereka melakukan tipu daya dan segala sesuatu yang sangat buruk untuk menghalangi dakwah Nabi Nuh AS.Tidak hanya sampai itu, justru mereka malah membuat dakwah tandingan agar menolak dakwah Nabi Nuh AS dan tetap menyembah berhala. Ini mengisyaratkan bahwa dakwah yang hak dan dakwah yang bathil akan terus ada di tengah masyarakat.Keteguhan Nabi Nuh AS bukan hanya karena beliau Rasul yang diutus Allah. Tetapi memang Nabi Nuh sayang kepada kaumnya, tidak ingin mereka terkena siksa. Kata ‘Ya Qaumi’ yang berarti wahai kaumku, mengisyaratkan bahwa Nabi Nuh AS merasa bagian dari kaumnya.Karena itu, dalam dakwah mesti ada rasa simpati, empati dan rasa memiliki. Kemudian, wahai kaumku sebagaimana ungkapan wahai anakku dan wahai keluargaku, mengindikasikan bentuk sapaan untuk mendekatkan hati, adanya kasih sayang dan cinta. Ini pelajaran bagi siapa pun yang berdakwah mesti didasari kasih sayang dan penuh kecintaan.Dalam berdakwah jangan ungkapkan sesuatu yang bisa menjauhkan seorang dai dengan orang yang didakwahi. Apalagi ungkapan yang menyiratkan kebencian dan permusuhan. Nabi Nuh AS mengajak kaumnya menyembah Allah dan mengakui keesaan-Nya, bertaqwa kepada-Nya dan mentaati Nabi Nuh AS. Inilah inti ajaran Islam yang diajarkan para rasul, dakwah tauhid dan menjadikan seluruh aktivitas karena Allah SWT.Berdakwah, salah satunya untuk mengingatkan manusia agar terhindar dari siksa yang dapat diperolehnya baik di dunia maupun di akhirat. Dengan dakwah manusia tidak terjebak dalam kubangan materialistik, hedonistik dan sekularistik.Ketulusan inilah yang membuat Nabi Nuh AS teguh berdakwah beratus tahun lamanya. Ketulusan dan keteguhan hati ini menjadi pelajaran bagi para dai setelahnya. Jangan berdakwah dengan mengharapkan pujian, komentar baik, tepuk tangan atau apresiasi secara material, karena balasan kebaikan yang hakiki dari Allah SWT.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Masjid Langgar Agung, Jejak Dakwah Pangeran Diponegoro di Magelang
Sebuah Masjid di Magelang disebut memiliki kaitan dengan sejarah dakwah Pangeran Diponegoro. Masjid itu bernama Masjid Langgar Agung yang letaknya di Dusun Kamal, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.Masjid dengan menara setinggi 25 meter dan didominasi dengan warna hijau itu dahulu dibangun dari bekas bangunan musala kecil. Musala itu diyakini sebagai tempat dakwah Pangeran Diponegoro sekaligus tempat ia bermujahadah atau berkhalwat (menyendiri).“Titik tempat pertapaan tersebut sekarang menjadi pengimaman di dalam masjid,” kata pengelola Masjid Langgar Agung, KH Ahmad Nur Shodiq, seperti dilansir detikcom.ADS: Anda ingin mengenal organisasi profesi dalam bidang farmasi di Magelang, Jawa Tengah? Anda bisa mengunjungi pafimagelang.org. PAFI turut mengembangkan profesi kefarmasian di daerah, serta melatih dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya obat-obatan yang aman.Informasi sejarah lainnya, di lokasi sekitar masjid dulunya merupakan hutan belantara. Saat itu Pangeran Diponegoro akan berangkat berunding dengan pihak Belanda di Magelang.Ketika pasukan Diponegoro hendak melaksanakan salat, dibuatlah tatanan batu untuk alas salat, atau langgar. Hal itu menjadi awal mula bangunan tersebut berdiri dan menjadi bagian dari sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro.Ahmad menjelaskan, setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, lokasi musala Pangeran Diponegoro sempat rata dengan tanah karena diobrak abrik oleh tentara penjajah.Pemerintah Kabupaten Magelang sempat mendatangi lokasi tersebut dalam rangka pendataan tempat-tempat bersejarah. Pemerintah juga berencana membangun batu tulis atau prasasti karena tempat itu merupakan salah satu petilasan atau peninggalan Pangeran Diponegoro.“Tapi masyarakat menolak dan meminta dikembalikan seperti fungsi sebelumnya, yakni dibangun tempat ibadah berupa masjid,” ungkap Ahmad.Akhirnya, tahun 1946 masjid dibangun oleh tentara Indonesia, bersama dengan masyarakat sekitar. “Tapi (pembangunannya) sempat berhenti lagi karena ada pemberontakan PKI,” imbuhnya.Pembangunan dilanjutkan kembali setelah pemberontakan mereda, sampai sekitar tahun 1972. Sempat terjadi kebingungan dalam penamaan tempat ibadah tersebut. Sebab berjarak sekitar 100 meter juga telah ada Masjid Agung.“Akhirnya, takmir pertama, yakni H Fathoni yang juga orangtua saya mengusulkan agar diberi nama Langgar Agung, karena sudah ada masjid. Tapi sebetulnya ini adalah masjid,” ungkap Ahmad.1 2Laman berikutnya
Suaraislam.id
Menjadi Pejuang Dakwah
Dakwah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Kesadaran menjalankan kewajiban dakwah ini hendaknya mulai ditanamkan dari lingkungan keluarga. Karenanya setiap anggota dalam keluarga dakwah hendaknya memahami hal-hal yang berkaitan dengan urgensi dakwah sehingga siap menjadi pejuang dakwah.Pertama, memahami bahwa dakwah itu bukan pilihan, namun kewajiban. Dakwah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Tidak ada alasan untuk tidak menunaikan kewajiban dakwah. Hal ini tampak dari perintah menyampaikan (dakwah) meskipun satu ayat. Rasanya, tidak ada seorang muslim pun yang tidak menerima atau memahami satu ayat. (HR. Bukhari).Kedua, memahamkan pentingnya dakwah. Pemahaman ini akan menjadi motivasi untuk terlibat dalam dakwah. Keluarga harus paham bahwa dakwah bukan hanya dibutuhkan oleh pelaku dakwah, namun juga diperlukan untuk kelanjutan kehidupan manusia. Tanpanya, manusia akan jauh dari kebenaran, dan tersesat di jalan yang menjerumuskan pada kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat kelak. (QS. Ali Imran [3]: 85).Ketiga, memahamkan keluarga tentang janji Allah bagi pejuang dakwah. Berbagai kebaikan akan didapatkan sebagai buah di aktivitas dakwah. Pengemban dakwah digelari sebagai orang dengan sebaik-baiknya perkataan. (QS. Fushshilat [41]: 33)Keempat, melibatkan keluarga dalam aktifitas dakwah. Dengan memahami pentingnya dan kewajiban dakwah bagi setiap muslim, anggota keluarga bisa dilibatkan untuk mengikuti berbagai aktifitas dakwah di masyarakat sebagai sarana untuk pematangan diri agar siap memikul tanggung jawab dakwah. Misalnya, dilibatkan dalam kepanitiaan peringatan hari-hari besar Islam.Kelima, membuka pintu langit dengan doa. Manusia wajib berusaha, namun jangan lupa manusia punya keterbatasan. Maka, perbanyak doa agar Allah SWT melimpahkan kesabaran dan keistikamahan kita dalam mengajak keluarga ke jalan dakwah, melancarkan lisan kita dari kekakuan dalam berbicara, melembutkan hati dan membuka pikiran keluarga untuk siap menerima tanggung jawab dakwah.Semoga Allah membimbing keluarga kita kaum muslimin agar dapat memerankan dakwah dalam keluarga sehingga bisa melahirkan kader dakwah, berkontribusi untuk umat, dan dapat reuni di surga-Nya. Amin.[]Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat.