Tag:
dai
Suaraislam.id
Profesi Terhebat
Insinyur listrik mungkin merasa dirinya paling hebat, karena dialah yang membangun listrik yang manfaatnya banyak untuk manusia. Presiden merasa paling hebat, karena dia merasa dialah yang dapat menyejahterakan rakyatnya. Dan banyak orang dengan profesinya merasa yang paling hebat.Siapakah sebenarnya yang profesinya paling hebat? Al-Qur’an memberikan jawabannya. Bukan presiden, gubernur atau insinyur profesi yang paling hebat, tapi dakwah. Dakwah adalah profesi yang terhebat menurut Allah SWT.“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim?” (QS. Fushilat 33)Profesi terbaik adalah mereka yang menyeru kepada jalan Allah. Mereka yang mengajak ke surga. Mereka yang mengajak kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.Makanya dalam Sirah, meski Rasulullah ditawari harta yang berlimpah, kekuasaan yang tinggi dan istri yang tercantik, tapi harus harus menghentikan dakwah, Rasul menolak. Terkenal ucapan Rasulullah, “Wahai Paman, Demi Allah, kalaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini (penyampaian risalah) sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa, pastilah tidak akan aku meninggalkannya.”Untuk apa jadi presiden, bila sehari harinya yang diseru adalah kezaliman? Untuk apa jadi menteri bila yang diserunya adalah kebatilan? Untuk apa jadi pengusaha bila yang diserunya adalah ketidakjujuran?Rasulullah kehidupannya adalah kehidupan dakwah. Sepanjang hidupnya Rasul menyeru dakwah, agar umat manusia selamat kehidupannya di dunia dan akhirat.Kita adalah dai, sebelum segala sesuatu, kata seorang ulama. Hidupku dakwahku, kata organisasi Islam Hasmi. Dulu kita berdakwah dengan politik, kini kita berpolitik dengan dakwah, kata Buya Mohammad Natsir.Apapun profesi kita jadilah dai. Jadilah guru yang mengajak kepada kebaikan. Dengan menjadi dai maka kita akan terus belajar. Kita akan terus memperbaiki diri, sambil memperbaiki masyarakat.Berkecimpung dalam dakwah, memang tidak selamanya manis. Ada kalanya dau dipenjara, disiksa bahkan dibunuh. Di masa Rasulullah, hal itu banyak terjadi.Di negeri kita kini lebih beruntung. Dakwah tidak diancam pidana. Dakwah bebas selama tidak menyalahi undang undang. Meski dalam kenyataan ada dai yang diincar pemerintah dikerangkeng tanpa jelas kesalahannya.Makanya dalam dakwah jangan mengharap amplop. Apalagi mematok harga amplop. Ikhlaslah dalam dakwah. Diberi amplop alhamdulilah, tidak diberi juga alhamdulilah. Kenapa? Karena diberi kesempatan menyampaikan risalah itu sudah merupakan kenikmatan tersendiri.1 2Laman berikutnya
Hidayatullah.com
Dr. Zakiah Daradjat: Pentingnya Psikologi Dakwah untuk Para Dai
Dr. Zakiah Daradjat dengan tegas menyatakan bahwa pemahaman psikologi dakwah sangat penting bagi para da’i
Hidayatullah.com | Dr. ZAKIAH Daradjat (1929-2013), seorang tokoh muslimah penting Indonesia dalam bidang psikologi Islam menekankan betapa pentingnya memahami psikologi dalam konteks dakwah.
Dalam majalah Suara Masjid No. 93 (Juni, 1982: 62-67), Dr. Zakiah menulis artikel menarik berjudul “Psikologi Dakwah”. Dalam catatan beliau belum ada cabang khusus dari ilmu jiwa yang secara spesifik disebut “Psikologi Dakwah”.
Hanya saja, pertimbangan-pertimbangan psikologis dapat sangat membantu para da’i dalam menyampaikan pesan mereka. Dari sinilah, akan terasa sangat pentingnya dari mengerti psikologi untuk kepentingan dakwahnya.
Dalam pandangan beliau, pemahaman mendalam tentang kondisi kejiwaan sasaran dakwah, teknik menarik perhatian, serta penguasaan materi adalah kunci keberhasilan dakwah.
Memahami Sasaran Dakwah
Menurut Dr. Zakiah Daradjat, setiap da’i harus mengetahui dengan pasti siapa yang menjadi sasaran dakwahnya. Sasaran dakwah bisa sangat beragam, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga orang lanjut usia.
Setiap kelompok umur memiliki ciri kejiwaan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Misalnya, anak-anak usia 7-12 tahun belum mampu berpikir logis dan lebih banyak berfantasi serta bermain, sehingga pendekatan dakwah kepada mereka harus berbeda dibandingkan dengan orang dewasa.
Remaja, yang berada dalam tahap perkembangan jasmani dan kejiwaan yang cepat, memerlukan pendekatan yang memberikan bimbingan dan dukungan untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut.
Demikian pula, orang dewasa muda memiliki tantangan dan kebutuhan yang berbeda dibandingkan dengan orang tua. Oleh karena itu, para da’i harus mampu menyesuaikan pesan dan metode dakwah mereka sesuai dengan tahap perkembangan jiwa sasaran.
Oleh karena itu, beliau menandaskan, “Setiap tahap umur, mempunyai ciri, sifat, keperluan jiwa masing-masing, oleh sebab itu tidak dapat dihadapi dengan satu cara saja. Maka para da’i hendaknya secara sederhana dapat memahami perkembangan jiwa serta keperluan tiap- tiap tahap umur manusia itu, pengetahuan sederhana tentang ilmu jiwa perkembangan juga sangat diperlukan.”
Pertimbangan untuk Dai
Bagi Dr. Zakiah Daradjat, penceramah harus memiliki penampilan dan gaya yang meyakinkan serta menyenangkan. Di samping itu, penting bagi penceramah untuk menguasai materi yang akan disampaikan, tampil percaya diri, dan mengucapkan kata-kata dengan tepat dan jelas.
Keikhlasan dalam menjalankan tugas dakwah juga sangat diperlukan. Tuturnya, “Seharusnya penceramah menguasai bahan yang akan disampaikannya, tampak mantap, dan mengucapkan kata-kata secara tepat dan benar. Dan yang sangat perlu pula adalah keikhlasan hati dalam menunaikan tugas dakwah itu.”
Keperluan Pokok Manusia
Dr. Zakiah Daradjat juga menekankan pentingnya memahami keperluan pokok manusia dalam berdakwah. Keperluan ini dibagi menjadi dua, yaitu keperluan jasmaniah dan rohaniah.
Keperluan jasmaniah mencakup kebutuhan biologis seperti makan, minum, dan istirahat. Sementara keperluan rohaniah mencakup kebutuhan psikologis dan sosial seperti kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa bebas, dan rasa sukses.
Semua orang, dari berbagai usia dan latar belakang, akan tertarik pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan keperluan pokok mereka. Dengan demikian, para da’i perlu menyampaikan pesan dakwah yang relevan dengan keperluan-keperluan ini agar dapat lebih mudah diterima oleh jamaah.
Karena itulah, jika dai sedang berhadapan dengan audiens yang berlatar belakang berbeda baik usia, pendidikan, background, pengalaman dan karakter berbeda, maka beliau mengingatkan;
“Maka disini seorang da’i harus berusaha mencari faktor apa yang terdapat pada semua orang dari segala umur dan semua tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi itu? Jika tidak, maka usahanya dalam dakwah tidak akan berhasil dengan baik. Maka faktor atau unsur-unsur yang terdapat pada semua mereka adalah “Keperluan pokok manusia, yang dapat dibagi kepada dua macam: yaitu keperluan jasmaniah yang bersifat biologis, seperti: makan, minum, buang air, seks dan sebagainya. Dan keperluan rohaniah kejiwaan dan sosial, yang antara lain kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa bebas, rasa sukses, rasa kekeluargaan dan rasa tahu.”
Menarik Perhatian Jamaah
Menarik perhatian jamaah dalam dakwah adalah tantangan tersendiri. Dr. Zakiah Daradjat menggarisbawahi bahwa dalam ceramah, khotbah, atau pidato, tidak mudah untuk membuat semua jamaah tetap fokus. Banyak faktor eksternal seperti suara bising atau gangguan lainnya yang bisa mengalihkan perhatian mereka.
Para da’i perlu mengetahui cara-cara untuk memusatkan perhatian jamaah. Tempat ceramah, misalnya, harus nyaman dan sesuai dengan jumlah jamaah.
Udara yang sejuk dan pencahayaan yang baik juga sangat penting. Selain itu, penceramah harus tampil meyakinkan, menguasai materi, dan menyampaikan pesan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.
Pemusatan Perhatian
Proses pemusatan perhatian jamaah, menurut Dr. Zakiah Daradjat, terjadi melalui beberapa tahap. Pada tahap pendahuluan, perhatian jamaah masih terpencar-pencar. Pada tahap selanjutnya, perhatian mulai terfokus sebagian pada penceramah.
Akhirnya, pada tahap polarisasi penuh, perhatian jamaah sepenuhnya tertuju pada penceramah.
Namun, perhatian ini tidak bertahan lama dan bisa mudah terganggu. Oleh karena itu, penceramah harus terus berusaha menjaga perhatian jamaah dengan menggunakan teknik-teknik tertentu seperti menggunakan kalimat-kalimat pendek dan tidak bergantung pada teks tertulis.
Tandas beliau, “Semakin lama perhatian jamaah pendengar bertalian terhadap penceramah, maka semakin kuatlah dan hebatlah polarisasi. Kadar perhatian terpengaruh oleh derajat keserasian jamaah, cara penyampaian si penceramah dan oleh materi yang disampaikan. Maka jamaah yang tidak seimbang tidak dapat bertahan dalam polarisasi untuk waktu yang lama. Boleh jadi kalimat-kalimat pendek dapat membantu untuk memusatkan perhatian, karena pendeknya itu sejalan dengan sempitnya lingkup perhatian. Penceramah yang menggunakan kalimat-kalimat panjang, dihadapkan kepada kegagalan.”
Melalui tulisannya tersebut, Dr. Zakiah Daradjat dengan tegas menyatakan bahwa pemahaman psikologi dakwah sangat penting bagi para da’i. Dengan memahami kondisi kejiwaan sasaran dakwah, teknik menarik perhatian, serta penguasaan materi, para da’i dapat menyampaikan pesan mereka dengan lebih efektif.*/Mahmud Budi Setiawan
Hidayatullah.com
Sikapi Polemik Musik, Ini Pesan Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah pada Penutut Ilmu dan Dai
Hidayatullah.com—Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah KH. Fathurrahman Kamal mengingatkan para pembelajar tidak larut dalam perdebatan masalah khilafiyah (perbedaan pendapat).
Pernyataan ini dia sampaikan kepada para pembelajar dan pada dai yang tengah menggunakan media sosial, di tengah polemik hukum musik, yang sampai hari ini tidak selesai, bahkan sudah tidak sehat dan mudah ditunggangi kelompok lain.
“Berhati-hatilah para pembelajar agama di jagat virtual, termasuk para da’i dan asatidz. Jangan terjebak lingkaran setan “proxy war” dan larut dalam halusinasi menegakkan hukum syariat, padahal sejatinya sedang menikmati peran sebagai pion bagi kepentingan pihak lain. Tidak ada hubungannya dengan martabat dan kejayaan Islam itu sendiri. Waspadalah!,” demikian tulisnya di akun Instagramnya @fathurrahmankamalofficia.
Sebelumnya, di akun yang sama, ia menjelaskan telah berdiskusi dan mendengarkan penjelasan Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustaz Adi Hidayat (UAH) terkait masalah hukum music yang menjadi polemik di masyarakat.
Dalam Pengajian Ramadlan 1445 H yang diselenggatakan PP Muhammadiyah di UMJ, ia mengaku mendengar langsung penjelasan Adi Hidayat dan dinamika dakwah Gen Z di jagad maya.
Secara detail UAH menjelaskan latar belakang sejarah kebudayaan Pra-Islam, terkhusus tradisi para penyair masa jahiliyah yang senantiasa mencari inspirasi di lembah-lembah lalu menuangkannya dalam bentuk syair yang syarat dengan nuansa sensual dan paganisme.
“Saya memahami substansi yang disampaikan UAH tak lebih dari sekedar menjelaskan aspek kesejarahan dan himpitan makna serta praksis dari para penyair & pemusik; termasuk relasi antara syair & music,”ujarnya.
“UAH memaparkan betapa indahnya Islam berinteraksi dengan kebudayaan lain. Selain kritis, tapi juga menawarkan “Islamisasi” kebudayaan berdasarkan Wahyu, bukan opini, apalagi penalaran dangkal-emosional. UAH samasekali tidak bermaksud menamai Surat Asy-Syu’arā’ sebagai surat “para pemusik”. Bahkan beliau sampaikan hal tersebut dengan nada bergurau,” tambah dia.
Menurut alumni Universitas Islam Madinah (UIM) ini, terkait hukum musik, apa yang disampaikannya UAH bukanlah sesuatu yang baru dalam konteks pandangan para ulama. Baik ulam aklasik maupun ulama kontemporer hal ini adalah taraf khilafiyah.
“Tidak berbeda dengan fatwa hukum musik dalam perspektif Tarjih Muhammadiyah. Intinya persoalan musik bukanlah sesuatu yang bersifat absolut (qath’iyah), namun lebih dalam domain khilafiyah (ijtihādiyah),” ujarnya.
“Mengkategorikannya sebagai ijmak-pun mendapatkan sanggahan dari sebagian ulama otoritatif lainnya. Bahkan pandangan jumhur ulama terhadap suatu persoalan agama tidak otomatis dikatakan sebagai ijmak,” tambahnya.
Menurut Alumnus KMI PP Modern Darussalam Gontor tahun 1993 ini, dirinya telah melihat diskusi hokum musim di media sosial sudah tidak lagi sehat dan jauh dari ukhuwah islamiyah.
Karenanya PP Muhammadiyah telah menyampaikan pesan kepada Adi Hidayat agar tidak perlu merespon apa yang sedang viral di dunia maya tersebut.
“Sebab, nuansa & aksentuasinya bukan lagi kritik ilmiah yang konstruktif dalam ikatan ukhuwah & dakwah, tetapi umumnya merupakan ungkapan-ungkapan emosional- agitatif. Bahkan cenderung mengarah kepada pembunuhan karakter & upaya menghentikan reputasi,” tambahnya.
Ia bahkan mencermati banyaknya narasi dan ungkapan verbal yang bernada stigmatisasi semacam kata-kata; “penebar syubhat”, “pembela bid’ah”, “ghuluw”, “qadariyah”, dan seterusnya.
“Terakhir, ada yang gegabah menyatakan pengkafiran (takfīr), ini lebih bodoh lagi. Serampangan mengkafirkan kaum muslim dalam persoalan khilafiyah/ijtihādiyah merupakan perbuatan durjana dan kriminal akidah yang sangat serius dalam penjelasan Nabi ‘alaihissalam,” ujarnya.
Perlu menjaga hati
Karena itu ia mengingatkan para pembelajar agar selalu memperluas wawasan dan menjaga hati dalam menuntut ilmu.
Ia juga menyarankan pada pembelajar dan para dai sering duduk bersama sambil ngopi dan memperluaskan cakrawala.
“Bagi para pembelajar, dan kaum muslimin monggo sucikan qalbu dan niat dalam menuntut ilmu, perluas wawasan dalam samudera ilmu pengetahuan yang tak bertepi yang menjadi khazanah agama Islam, sering-seringlah ngopi bareng untuk saling meluaskan cakrawala agar tak tertipu dengan jebakan maut dunia maya artifisial,” ujarnya.*
Arrahmah.id
Viral! Ulama Saudi Minta Umat Islam Doakan Kehancuran Hamas
RIYADH (Arrahmah.id) — Viral sebuah video yang memperlihatkan seorang ulama dari Arab Saudi yang meminta umat Islam untuk berdoa bagi kehancuran kelompok perlawanan Palestina Hamas di Gaza. Dilansir WatanSerb (29/3/2024), permintaan doa dari seorang ulama bernama Hussein Al Awlaki itu kemudian memicu kemarahan dan ketidaksetujuan yang meluas. Kekacauan ini semakin memperburuk citra kerajaan Arab Saudi […]
Hidayatullah.com
MUI Mengajak Dai Bersih-Bersih Dampak ‘Perpecahan” Usai Pemilu 2024
Hidayatullah.com—Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah Ukhuwah Dr Cholil Nafis mengajak para dai dan penceramah untuk membersihkan residu-residu perpecahan selepas Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 lewat mimbar-mimbar keagamaan mau pun media sosial.
“Tugas kita konsentrasi untuk menyatukan umat,” kata Cholil dilansir Antara pada Senin (19/2/2024).
Kiai Cholil memandang pelaksanaan Pemilu 2024 berjalan dengan baik dan lancar. Namun, ia menyayangkan narasi-narasi negatif yang muncul sebelum pencoblosan masih terasa hingga saat ini.
Maka dari itu kepada penceramah dan dai, ia mendorong agar bersama-sama dengan MUI menghilangkan residu-residu yang dapat memecah belah bangsa.
Menurutnya, persatuan umat dan bangsa harus menjadi agenda utama setelah pemilu ini. Sementara, aspek politik yang saat ini tengah berjalan, biarkan diproses oleh mereka yang terlibat dalam kontestasi.
“Tugas kita yang penting masyarakat damai tetap bersatu, bisa bekerja dengan baik tanpa terganggu apapun,” jelasnya.
Ia juga mendorong kepada dai/penceramah untuk menjadikan politik sebagai sarana memasukkan ide-ide baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan mencapai kekuasaan.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/“Tujuan kita di dalam berdakwah itu adalah politik keadaban, membangun bangsa yang baik, bangsa yang adil, bangsa yang hukum, yang sejahtera,” kata Cholil Nafis.*
Hidayatullah.com
Kementerian Agama membuka pendaftaran program 500 Dai atau penceramah untuk berdakwah di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) selama Ramadhan 1445 Hijriah/2024 Masehi.
Hidayatullah.com—Kementerian Agama membuka pendaftaran program 500 Dai atau penceramah untuk berdakwah di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) selama Ramadhan 1445 Hijriah/2024 Masehi.
“Kami membuka kesempatan kepada 500 penceramah untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan di wilayah 3T pada Ramadhan 1445 Hijriah,” kata Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (3/1/2024).
Zayadi mengatakan pengiriman dai bertujuan memberi pelayanan keagamaan yang merata di kawasan 3T. Dalam dua tahun terakhir, kata dia, Kemenag rutin mengirim dai ke wilayah 3T, utamanya saat Ramadhan.
Selain berceramah, mereka juga mengajarkan masyarakat agar tidak buta aksara Al Quran.
“Selama dua tahun terakhir, kita rutin mengirim dai ke wilayah 3T yang manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat, termasuk pemberantasan buta aksara Al Quran dan pemahaman aspek akidah dan syariat. Karenanya, ini bagian dari upaya Kemenag untuk menyapa masyarakat di wilayah 3T,” ujarnya.
Perekrutan dibuka mulai 10 hingga 31 Januari 2024. Ada dua tahap seleksi, yaitu pengumpulan berkas dan wawancara. Untuk mendaftar, calon dai 3T dapat mengisi formulir melalui http://bit.ly/FormDaiWilayah3T2024.
Para dai yang terpilih dan dikirim ke wilayah 3T selama Ramadhan. Mereka akan mendapatkan insentif, transportasi, akomodasi, dan sertifikat.
“Penugasan direncanakan berlangsung pada 1 sampai 31 Maret 2024. Kami berharap, para dai dapat meningkatkan kualitas kehidupan beragama di wilayah yang membutuhkan,” katanya.
Adapun kriteria yang harus dimiliki calon dai 3T yakni pria dengan usia 25-40 tahun, mampu membaca Al Quran dengan baik dan hafal minimal dua Juz, memahami kitab Turats/Kitab Kuning.
Kemudian, bersedia ditempatkan di daerah pilihan, memiliki sertifikat Bimtek Penceramah Agama Islam yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama, atau sertifikat Standardisasi Dai MUI dan Ormas Islam lainnya.*
Hidayatullah.com
Kementerian Agama Luncurkan Program 500 Dai Pedalaman
Hidayatullah.com—Kementerian Agama membuka pendaftaran program 500 Dai atau penceramah untuk berdakwah di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) selama Ramadhan 1445 Hijriah/2024 Masehi.
“Kami membuka kesempatan kepada 500 penceramah untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan di wilayah 3T pada Ramadhan 1445 Hijriah,” kata Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (3/1/2024).
Zayadi mengatakan pengiriman dai bertujuan memberi pelayanan keagamaan yang merata di kawasan 3T. Dalam dua tahun terakhir, kata dia, Kemenag rutin mengirim dai ke wilayah 3T, utamanya saat Ramadhan.
Selain berceramah, mereka juga mengajarkan masyarakat agar tidak buta aksara Al Quran.
“Selama dua tahun terakhir, kita rutin mengirim dai ke wilayah 3T yang manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat, termasuk pemberantasan buta aksara Al Quran dan pemahaman aspek akidah dan syariat. Karenanya, ini bagian dari upaya Kemenag untuk menyapa masyarakat di wilayah 3T,” ujarnya.
Perekrutan dibuka mulai 10 hingga 31 Januari 2024. Ada dua tahap seleksi, yaitu pengumpulan berkas dan wawancara. Untuk mendaftar, calon dai 3T dapat mengisi formulir melalui http://bit.ly/FormDaiWilayah3T2024.
Para dai yang terpilih dan dikirim ke wilayah 3T selama Ramadhan. Mereka akan mendapatkan insentif, transportasi, akomodasi, dan sertifikat.
“Penugasan direncanakan berlangsung pada 1 sampai 31 Maret 2024. Kami berharap, para dai dapat meningkatkan kualitas kehidupan beragama di wilayah yang membutuhkan,” katanya.
Adapun kriteria yang harus dimiliki calon dai 3T yakni pria dengan usia 25-40 tahun, mampu membaca Al Quran dengan baik dan hafal minimal dua Juz, memahami kitab Turats/Kitab Kuning.
Kemudian, bersedia ditempatkan di daerah pilihan, memiliki sertifikat Bimtek Penceramah Agama Islam yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama, atau sertifikat Standardisasi Dai MUI dan Ormas Islam lainnya.*
Hidayatullah.com
Hidayatullah Jatim Berangkatkan 15 Dai Berprestasi Berangkat Umroh
Hidayatullah.com—Sebagai wujud apresiasi kepada para dai yang bertugas di beberapa daerah di Jawa Timur, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Hidayatullah melalui Departemen Sosial dan Kesehatan (DEPSOSKES) memberangkatkan umroh 15 dai.
Acara seremonial dilaksanakan di Aula Pesantren Hidayatullah Sumenep, Madura hari Ahad, 31 Desember 2023 saat rangkaian acara Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) DPW Hidayatullah Jatim 2024.
Menurut Ketua DWP Hidayatullah Jatim, Amun Rowie, para peserta umrah ini adalah para dai yang berhasil meraih “Program Dai Award”. Ada 3 kategori penilaian award tahun ini yaitu; Kategori Murabbi Unggul, DPD Berprestasi dan Program Dai Tangguh.
“Ini tahun kedua DPW Hidayatullah Jatim menginisiasi Program Dai Award, semangatnya harus terus tumbuh dan lebih baik, “ ujar Ustadz Amun Rowie.
Ustadz Ibnu Mas’ud, salah satu dai penerima hadiah menyampaikan rasa syukurnya atas hadiah istimewa ini. “Allahukarrimm, semua ini adalah hadiah dan bonus dari Allah,” ungkap dai yang bertugas di Kabupaten Pasuruan, Jatim ini.
Semoga dengan adanya hadiah ini semakin meningkatkan semangat dan produktifitas para dai dalam berjuang di daerah masing-masing.*