Tag:

Bashar al-Assad

100.000 Korban Pembunuhan Diduga Ditanam di Kuburan massal Suriah

Hidayatullah.com—Kepala organisasi advokasi Suriah yang berbasis di Amerika Serikat (AS) Mouaz Moustafa pada Senin (16/12/2024) mengatakan sebuah kuburan massal di luar Damaskus ditemukan berisi sedikitnya 100.000 jenazah yang dibunuh oleh rezim keji Bashar al-Assad.Ketika diwawancarai melalui telepon pada tanggal 16 Desember, Mouaz Moustafa mengklaim bahwa kuburan di al Qutayfah, 40 kilometer sebelah utara ibukota Suriah, adalah satu dari lima kuburan serupa.“Seratus ribu adalah perkiraan paling konservatif” dari jumlah jenazah yang dikuburkan di lokasi tersebut, kata Moustafa, ketua Komite Tanggap Darurat Suriah.Dia yakin jumlah kuburan massal tersebut lebih banyak dibandingkan lima kuburan massal yang telah teridentifikasi.Menurutnya, selain warga Suriah, korban yang dikuburkan di kuburan tersebut antara lain warga Amerika, Inggris, dan warga negara asing lainnya.Reuters tidak dapat mengkonfirmasi klaim Moustafa.Ratusan ribu warga Suriah telah terbunuh sejak tahun 2011, ketika tindakan keras rezim keji al-Assad terhadap protes terhadap pemerintahannya meningkat menjadi perang saudara skala penuh.Assad dan ayahnya, yang juga mantan presiden, Hafez, dituduh oleh rakyat Suriah, kelompok hak asasi manusia dan pemerintah lainnya melakukan pembunuhan di luar proses hukum, termasuk eksekusi massal di sistem penjara yang terkenal kejam di negara tersebut.Assad telah berulang kali membantah terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan menggambarkan para pengkritiknya sebagai ekstremis.Duta Besar Suriah untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Koussay Aldahhak, tidak segera menanggapi permintaan komentar.Dia mengambil alih peran tersebut pada bulan Januari – ketika Assad masih berkuasa – namun mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa dia sedang menunggu instruksi dari pemerintah baru dan akan “terus membela dan bekerja untuk rakyat Suriah”.Moustafa tiba di Suriah setelah Assad melarikan diri ke Rusia saat terjadi serangan mendadak oleh kelompok oposisi, yang mengakhiri kekuasaannya selama lebih dari 50 tahun.Dia berbicara kepada Reuters setelah dia diwawancarai di lokasi di al Qutayfah oleh Channel 4 News Inggris untuk laporan tentang dugaan kuburan massal di sana.Dia mengatakan cabang intelijen angkatan udara Suriah “bertanggung jawab atas jenazah yang dibawa keluar dari rumah sakit militer”.“Mayat dikumpulkan setelah mereka disiksa sampai mati di berbagai cabang intelijen dan kemudian dikirim ke kuburan massal,” katanya.*

Turki Kerahkan Tim Penyelamat untuk Bantu Pencarian Tahanan Penjara Sednaya

Hidayatullah.com – Tim dari Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD) akan membantu operasi pencarian dan penyelamatan para tahanan yang masih berada ruang-ruang tersembunyi di Penjara Sednaya yang terkenal kejam, di Damaskus, Suriah.“Operasi pencarian dan penyelamatan, yang dimulai atas permintaan pihak berwenang setempat dan dikoordinasikan oleh Kedutaan Besar Damaskus, melibatkan 120 personil, empat anjing pelacak, dan 43 kendaraan,” ujar AFAD dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.Penjara Militer Sednaya, yang terletak 30 kilometer (18,6 mil) di utara Damaskus, memiliki reputasi terburuk di antara semua penjara, karena Amnesty International dalam laporan tahun 2017 menjulukinya sebagai “rumah jagal”.Menurut laporan tersebut, sejak pemberontakan dimulai pada Maret 2011, penjara ini telah menjadi pusat kekejaman sistematis, di mana para demonstran yang menentang rezim Assad ditahan dan disiksa, termasuk pemerkosaan, kelaparan, dan eksekusi.Bashar Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, digulingkan pada 8 Desember setelah pasukan anti-rezim memasuki Damaskus, memaksanya melarikan diri ke Rusia dan mengakhiri rezim Partai Baath yang telah berkuasa sejak 1963. Para tahanan di Penjara Sednaya, termasuk perempuan dan anak-anak, dibebaskan.Banyak dari mereka yang dibebaskan telah menghabiskan waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, di pusat-pusat penahanan di dalam penjara yang terkenal kejam dan brutal itu.Namun, diyakini ada ruang-ruang rahasia di penjara di mana Assad menahan para penentangnya selama bertahun-tahun dalam kondisi yang tidak manusiawi.Beberapa tahanan dilaporkan terekam kamera keamanan namun tidak ditemukan, sehingga meningkatkan kemungkinan mereka berada di ruang rahasia di bawah tanah.Ketika tim terus menggali terowongan dan meruntuhkan tembok, warga Suriah yang tidak mendengar kabar dari orang yang mereka cintai selama bertahun-tahun berbondong-bondong datang ke penjara untuk mencari kerabat mereka.AFAD mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tim yang dipimpin oleh Presiden AFAD Oke Memis, yang berangkat dari provinsi selatan Hatay, telah tiba di Penjara Sednaya di Damaskus.“Dalam operasi yang dilakukan dengan cermat oleh tim ahli kami, semua alat dan perlengkapan teknis, seperti perangkat pencitraan tembus dinding, radar tembus tanah, dan perangkat pendengar akustik seismik, digunakan.“Kami terus mendampingi saudara-saudara kami di Suriah dalam segala kebutuhan mereka, mulai dari bantuan kemanusiaan hingga pencarian dan penyelamatan. Untuk rakyat kami di negara kami, dan untuk kemanusiaan di luar perbatasan kami,” kata pernyataan itu.*

Bersiap Pulang Kampung, Warga Suriah di Turki Banjiri Perbatasan

Hidayatullah.com – Warga Suriah yang mengungsi ke Turki selama 13 tahun perang saudara di tanah air mereka terus kembali ke Suriah, menyusul jatuhnya rezim Bashar Al-Assad yang telah berkuasa selama puluhan tahun.Setelah menyelesaikan prosedur perbatasan, para pengungsi diizinkan menyeberang ke Suriah melalui gerbang perbatasan di provinsi tenggara Turki, Hatay.Pihak berwenang Turki memprioritaskan perempuan dan anak-anak dalam proses penyeberangan. Pihak penyeberangan bahkan membantu para keluarga Suriah menemani anak-anak mereka di saat ayah dan ibu mereka menyelesaikan proses tersebut.Menurut laporan Anadolu, di gerbang perbatasan Cilvegozu, nampak beberapa petugas gendarmerie terlihat menerbangkan layang-layang bersama anak-anak.Organisasi bantuan yang dipimpin oleh Bulan Sabit Merah Turki mendistribusikan sup panas dan minuman untuk keluarga dan staf di daerah tersebut.Selain Cilvegozu, warga Suriah juga menggunakan gerbang perbatasan Yayladagi dan Zeytindali untuk pulang ke rumah mereka, membawa barang-barang mereka dalam kantong plastik atau gerobak dorong.Unit layanan bergerak dari Direktorat Jenderal Manajemen Migrasi yang ditempatkan di perlintasan perbatasan membantu mempercepat proses keberangkatan.Muhammed Muhammed, 29 tahun, yang sedang mengantri di gerbang perbatasan Cilvegozu, mengatakan kepada para wartawan bahwa ia akan kembali ke kampung halamannya, Aleppo, setelah tinggal di Turki selama 10 tahun.Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada negara yang telah melindungi mereka selama masa-masa sulit: “Kami akan membangun kembali negara kami bersama-sama.”“Kami sangat berterima kasih kepada Turki yang telah menampung kami; kami tidak akan pernah melupakan kebaikan ini dan akan membalasnya suatu hari nanti,” katanya.“Orang-orang Turki adalah saudara kami; mereka memiliki tempat khusus di hati kami dan telah melakukan banyak hal baik untuk kami,” imbuh Muhammed.Bashar Al-Assad, yang memerintah Suriah dengan tangan besi selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember setelah kelompok-kelompok anti-rezim menguasai Damaskus. Pengambilalihan ini terjadi setelah para pejuang Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut kota-kota utama di seluruh negeri dalam serangan cepat yang berlangsung kurang dari dua minggu.*

Begini Pernyataan Bashar Al-Assad Usai Lengser dan Kabur ke Rusia

Hidayatullah.com – Presiden rezim Suriah, Bashar Al-Assad, pasca digulingkan dari kekuasaan dan kabur ke Rusia, mengeluarkan pernyataan pertamanya pada Senin.Assad mengaku bahwa ia dievakuasi ke Rusia dari Pangkalan Udara Hmeimim pada malam hari tanggal 8 Desember saat pangkalan udara tersebut diserang oleh pesawat tak berawak.Pernyataan tertulisnya dipublikasikan di saluran Telegram kepresidenan Suriah dan bertanggal hari ini dari Moskow, di mana ia telah mendapat suaka.Dia digulingkan setelah pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Hay’at Tahrir Al-Sham menyapu Suriah dalam sebuah serangan kilat, mengakhiri lebih dari 50 tahun pemerintahan tangan besi oleh keluarganya.“Tidak ada satu pun dari peristiwa-peristiwa ini yang membuat saya mempertimbangkan untuk mengundurkan diri atau mencari perlindungan, dan juga tidak ada usulan dari pihak manapun,” kata Assad dalam pernyataan tertulis tersebut.Dia mengatakan bahwa dia tetap berada di ibu kota Damaskus, menjalankan tugasnya hingga dini hari tanggal 8 Desember.“Ketika pasukan teroris menyusup ke Damaskus, saya pindah ke Latakia untuk berkoordinasi dengan sekutu Rusia kami untuk mengawasi operasi tempur,” ujarnya merujuk pada pasukan oposisi.Namun, ketika tiba di pangkalan udara Rusia di Hmeimim pagi itu, “terlihat jelas bahwa pasukan kami telah sepenuhnya mundur dari semua garis pertempuran dan posisi terakhir pasukan telah jatuh.”Pangkalan militer Rusia itu “diserang secara intensif oleh serangan pesawat tak berawak” dan “karena tidak ada cara yang layak untuk meninggalkan pangkalan itu, Moskow meminta komando pangkalan itu untuk mengatur evakuasi segera ke Rusia,” kata pernyataan itu.Kremlin mengatakan pada 9 Desember bahwa Presiden Vladimir Putin telah mengambil keputusan untuk memberikan suaka kepada Assad di Rusia, yang mengerahkan angkatan udaranya ke Suriah pada tahun 2015 untuk membantunya memukul mundur pasukan pemberontak.Masa kepresidenan Al-Assad, dimulai setelah kematian ayahnya, Hafez, pada tahun 2000, telah menjadi salah satu perang paling mengerikan di abad ke-21.Konflik dimulai pada tahun 2011 ketika warga Suriah turun ke jalan untuk memprotes pemerintah sebagai bagian dari pemberontakan pro-demokrasi “Musim Semi Arab” yang melanda Timur Tengah pada tahun itu.Demonstrasi damai tersebut kemudian direspon dengan tindakan keras mematikan oleh pasukan keamanan rezim Assad, menyebabkan gerakan protes itu menjadi pemberontakan bersenjata.Perang yang berlangsung selama lebih dari 13 tahun ini memecah belah negara tersebut, menewaskan ratusan ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi.Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pemerintah otoriter al-Assad melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang merajalela.Para pejuang oposisi dan pendukung hak asasi manusia mengatakan bahwa mereka menemukan lebih banyak pelanggaran dan tanda-tanda penyiksaan serta eksekusi massal ketika mereka membebaskan penjara-penjara yang menampung ribuan tahanan di seluruh Suriah bulan ini.Puluhan ribu warga Suriah yang diyakini berada dalam tahanan pemerintah masih belum ditemukan.*

Jerman Tolak Pendukung Assad, ‘Kami akan Adili Semua Antek Rezim’

Berlin (SI Online) – Pemerintah Jerman memperingatkan siapa pun yang terlibat dalam kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia semasa rezim Bashar al-Assad berkuasa di Suriah akan ditangkap. Mereka akan diadili jika mencoba melarikan diri ke Jerman.Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, pada Ahad (15/12) mengatakan kepada surat kabar mingguan Bild am Sonntag bahwa otoritas Jerman tidak akan mengizinkan pelaku kejahatan dari rezim Assad mencari perlindungan di Jerman.“Jika ada para penyiksa di bawah Assad yang berpikir untuk melarikan diri ke Jerman sekarang, saya tegaskan: Kami akan mengadili semua antek rezim atas kejahatan mengerikan yang mereka lakukan, dengan kekuatan hukum,” ujarnya.Baerbock juga menekankan pentingnya kerja sama erat antara otoritas keamanan internasional dan badan intelijen.Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser mendukung pernyataan tersebut dengan menyoroti bahwa pengawasan perbatasan Jerman harus diperketat, serta rekam jejak negara itu dalam mengadili kejahatan perang di Suriah.“Kami sangat waspada. Jika para antek rezim teror Assad mencoba melarikan diri ke Jerman, mereka harus tahu bahwa hampir tidak ada negara lain yang mengejar kejahatan mereka sekeras Jerman,” ujarnya.“Itu seharusnya cukup untuk membuat mereka berpikir dua kali,” kata Faeser menambahkan.Bashar al-Assad, yang memimpin Suriah dengan tangan besi selama hampir 25 tahun, menerima tawaran suaka Rusia pada 8 Desember setelah kelompok pejuang berhasil merebut Ibu Kota Damaskus.Pengambilalihan itu terjadi setelah kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut kota-kota penting di seluruh Suriah dalam serangan kilat yang berlangsung kurang dari dua pekan.Setelah rezim Assad jatuh, sebagian besar pejabat pemerintah, anggota dinas rahasia, dan penjaga penjara bersembunyi.Beberapa dari mereka disebut mencoba melarikan diri ke negara-negara tetangga atau Eropa Barat dengan harapan dapat menghindari penuntutan hukum. []Sumber: Anadolu

Menlu Turki: ‘Israel’ Tidak Ingin Assad Tumbang

Hidayatullah.com – ‘Israel’ tidak ingin Presiden Suriah Bashar al-Assad turun dari kekuasaannya, menurut informasi yang diterima Turki dari para pejabat Amerika Serikat (AS). Bahkan setelah serangan cepat oposisi yang merebut sejumlah kota utama seperti Aleppo dan Hama.Rencana ‘Israel’Memanfaatkan kejatuhan Assad“Israel tidak pernah menginginkan Bashar pergi,” kata Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan kepada Al Hadath TV pada Ahad (15/12/2024).“Israel tidak senang dengan ruang yang diberikan Bashar kepada Iran. Bahkan setelah operasi pemberontakan dimulai, Amerika menyampaikan kepada kami bahwa Israel tidak ingin Bashar pergi,” tambah Fidan.Mantan direktur Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki itu mengungkapkan bahwa saat mengunjungi Turki pada tahun 2016, Wakil Presiden AS saat itu, Joe Biden, memberi tahu Ankara bahwa pemerintah AS menentang penggulingan Assad.“Dia mengatakan kepada kami bahwa AS tidak ingin Bashar pergi,” kata Fidan. “Kami memahami bahwa ini bukanlah sikapnya sendiri, melainkan sikap Israel.”Rencana ‘Israel’Pemerintah ‘Israel’ dengan suara bulat baru saja menyetujui sebuah rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk meningkatkan jumlah pemukiman ilegal ‘Israel’ di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki, dengan anggaran lebih dari 40 juta shekel ($11,13 juta).Dalam sebuah pernyataan, kantor Netanyahu mengatakan pada hari Ahad bahwa pemerintah dengan suara bulat menyetujui rencana tersebut untuk “mendorong pertumbuhan demografis di pemukiman Golan dan Katzrin, dengan total biaya melebihi 40 juta shekel.”Katzrin, atau Qasrin, adalah sebuah desa Suriah yang diduduki oleh ‘Israel’ yang merupakan bagian dari provinsi Quneitra di Dataran Tinggi Golan.Kantor Netanyahu menjelaskan bahwa rencana tersebut disetujui “mengingat perang dan front baru dengan Suriah, dan karena keinginan untuk melipatgandakan populasi Golan.”Saat ini, sekitar 50.000 orang tinggal di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki, setengahnya adalah pemukim ‘Israel’, sementara setengahnya lagi terdiri dari orang Druze, Alawi, dan lainnya, menurut harian Israel, Haaretz.Terdapat 33 pemukiman Yahudi di Golan yang diduduki, yang tergabung dalam apa yang disebut Dewan Regional Golan.Memanfaatkan kejatuhan AssadBashar al-Assad, yang memerintah Suriah dengan tangan besi selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember setelah kelompok oposisi menguasai Damaskus.Perebutan ini terjadi setelah para pejuang anti Rezim dipimpin Hayat Tahrir al Syam (HTS) menguasai kota-kota utama di seluruh negeri dalam serangan cepat yang berlangsung kurang dari dua minggu.Mengambil keuntungan dari kejatuhan Assad, ‘Israel’ semaki mengintensifkan serangan udaranya terhadap situs-situs militer di seluruh Suriah, yang secara terang-terangan melanggar kedaulatan negara tersebut.‘Israel’ juga mengumumkan runtuhnya perjanjian pelepasan senjata tahun 1974 dengan Suriah dan mengerahkan pasukannya di zona demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan, dalam sebuah langkah yang secara luas dikecam oleh PBB dan beberapa negara Arab.*

Usai Lumpuhkan Pertahanan Udara Suriah, ‘Israel’ Bebas Serang Iran

Hidayatullah.com – Setelah menjatuhkan 1.800 bom ke 500 target di Suriah, komando militer penjajah ‘Israel’ mengklaim pihaknya telah melumpuhkan pertahanan udara Suriah.Angkatan Udara ‘Israel’ juga mengklaim mereka mampu melakukan operasi dengan aman di atas wilayah udara Suriah, bahkan untuk menyerang Iran.Sebelumnya, dengan bantuan Iran dan Rusia, pertahanan udara Suriah digembor-gemborkan sebagai salah satu yang terkuat di wilayah tersebut. Namun, ‘Israel’ segera memanfaatkan momentum untuk menghancurkan sisa-sisa kekuatan mereka sesaat seusai runtuhnya rezim Bashar al Assad.Melihat bahwa pasukan yang mengambil alih kekuasaan di negara itu tidak dapat mengoperasikan sistem-sistem ini, pesawat-pesawat tempur Israel dengan cepat menghancurkan pertahanan, menghancurkan hampir 87% kemampuan pertahanan udara Suriah.Serangan-serangan ini dianggap melanggar hukum oleh para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mengatakan bahwa serangan tersebut melanggar hukum internasional. Surat kabar Israel, Maariv, melaporkan bahwa militer ‘Israel‘ menyerang sekitar 400 target pertahanan strategis di Suriah selama beberapa hari terakhir, dalam salah satu operasi terbesar yang dilakukan oleh angkatan udara.Komando militer mengatakan bahwa dua lokasi angkatan laut Suriah di pelabuhan Bayda dan Latakia diserang pada hari Senin, di mana 15 kapal angkatan laut Suriah hancur. Selain itu, militer ‘Israel’ juga mengincar persediaan rudal anti-kapal, yang dapat menghancurkan target-target yang berjarak 80 hingga 190 kilometer.Sekitar 350 serangan udara menargetkan baterai pertahanan udara dan puluhan fasilitas produksi di Damaskus, Homs, Tartus, Latakia, dan Palmyra. Serangan udara lainnya menargetkan rudal balistik Suriah, rudal jelajah, pesawat tak berawak, jet tempur, helikopter tempur, radar, tank, dan gantungan senjata.Operasi yang diberi nama “Panah Bashan” ini merujuk pada wilayah dalam ajaran Yahudi yang meliputi Dataran Tinggi Golan dan beberapa bagian barat daya Suriah.Skala serangan, terutama pendudukan wilayah yang luas di barat daya Suriah, secara luas ditafsirkan sebagai cerminan ambisi ekspansionis rezim Israel yang lebih luas.Tindakan-tindakan ini dipandang sebagai indikasi yang jelas bahwa ketika diberi kesempatan, ‘Israel’ berusaha untuk menduduki wilayah-wilayah di Timur Tengah.*

Tiga Ribu Tentara Rezim Bashar Al-Assad Kabur ke Irak

Baghdad (MediaIslam.id) – Tiga ribu tentara Suriah dikabarkan melarikan diri ke Irak setelah mereka kalah melawan tentara pejuang dan rezim Bashar Al Assad dinyatakan tumbang pada Ahad (08/12) lalu. Ribuan tentara rezim Assad itu ditahan pemerintah Baghdad., namun Irak menolak memberikan suaka terhadap mereka. Bekas personel tentara Suriah tersebut, termasuk para perwira, kini berada di bawah tahanan atau pengawasan Irak terutama di provinsi Anbar barat. Berbicara dengan syarat anonim kepada edisi bahasa Arab The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed, sumber-sumber Irak mengatakan para tentara rezim Suriah, yang melarikan diri saat pemerintahan Assad berada di ambang kehancuran, tidak akan diizinkan untuk tetap berada di Irak sebagai pengungsi. “Mereka akan tetap ditampung oleh Irak dalam periode mendatang sampai situasi mereka teratasi dan kepulangan mereka dengan aman terjamin,” kata salah satu sumber. “Irak berkomitmen untuk menjamin kesejahteraan mereka selama mereka berada di wilayahnya dan setelah mereka dipulangkan kembali melintasi perbatasan,” ujarnya, yang dilansir The New Arab, Jumat (13/12/2024). Awalnya, pada Sabtu (07/12) lalu Irak mengumumkan bahwa mereka telah menerima ratusan tentara Suriah yang telah meninggalkan posisi mereka saat pertempuran melawan pemberontak semakin intensif. Saat itu, Irak berencana untuk mengembalikan mereka ke Damaskus melalui udara. Namun, jatuhnya rezim Assad dengan cepat memaksa pemerintah Irak untuk menunda rencana pemulangan. Wakil Kepala Komite Keamanan dan Pertahanan di Parlemen Irak, Sagvan Sindi, mengatakan kepada The New Arab bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan cara terbaik untuk menangani kehadiran tentara Suriah. “Masalah ini terkait dengan pemerintah Irak tentang bagaimana mereka akan menangani tentara Suriah,” kata Sindi. More pages: 1 2