Tag:

ashabul kahfi

Jumlah dan Masa Tinggal Ashabul Kahfi

ORANG-orang terdahulu berbeda pendapat tentang jumlah Ashabul Kahfi, sebagaimana para ulama berbeda pendapat tentang kemungkinan mengetahui jumlah mereka. Al-Quran telah menyebutkan tiga pendapat orang terdahulu tentang ini, yaitu dalam Surah Al-Kahfi (18) ayat 22:سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ“Kelak (sebagian orang) mengatakan, ‘(Jumlah mereka) tiga (orang). Yang keempat adalah anjingnya.’ (Sebagian lain) mengatakan, ‘(Jumlah mereka) lima (orang). Yang keenam adalah anjingnya,’ sebagai terkaan terhadap yang gaib. (Sebagian lain lagi) mengatakan, ‘(Jumlah mereka) tujuh (orang). Yang kedelapan adalah anjingnya.’ Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada yang mengetahui (jumlah) mereka kecuali sedikit.’ Oleh karena itu, janganlah engkau (Nabi Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan yang jelas-jelas saja (ringan). Janganlah engkau minta penjelasan tentang mereka (penghuni gua itu) kepada siapa pun dari mereka (Ahlulkitab).”Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa tidak mungkin ada yang mengetahui jumlah mereka karena Al-Quran tidak menjelaskan, tetapi menyerahkannya kepada Allah. Hal ini sebagaimana terbaca dalam ayat di atas, “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada yang mengetahui (jumlah) mereka kecuali sedikit.”BACA JUGA: Ashabul KahfiDi sisi lain, sebagian peneliti dan ahli tafsir lainnya berpendapat bahwa jumlah laki-laki yang ada di dalam gua adalah tujuh orang, lalu mereka mengatakan, “Ini bukanlah terkaan terhadap yang gaib”, tetapi ini adalah ditunjukkan Al-Quran. Adapun dalil-dalil mereka ialah sebagai berikut:Pertama, Al-Quran membatalkan dua pendapat pertama tentang jumlah mereka dengan menerangkan bahwa kedua pendapat itu hanyalah sebagai terkaan terhadap yang gaib. Menerka terhadap hal yang gaib merupakan perkataan tanpa pengetahuan dan bukti. Dengan demikian, keterangan ini menolak kedua pendapat tersebut.Foto: Dollar Workout ClubKedua, Al-Quran membiarkan pendapat yang ketiga yaitu “(Sebagian lain lagi) mengatakan, ‘(Jumlah mereka) tujuh (orang). Yang kedelapan adalah anjingnya” tanpa penjelasan apa pun. Jika pendapat ini ditolak, pasti Al-Quran memberikan penjelasan untuk melemahkan atau menolak pendapat ini. Dengan demikian, Al-Quran menetapkan pendapat ini.Ketiga, masuknya huruf wau pada pendapat yang ketiga merupakan bukti atas kebenaran dan keshahihannya yaitu “(Sebagian lain lagi) mengatakan (wa yaquuluna), ‘(Jumlah mereka) tujuh (orang). Yang kedelapan adalah anjingnya”. Orang Arab menyebutnya dengan wau ats-tsamaaniyah.Keempat, Al-Quran memberikan pengetahuan tentang jumlah mereka (Ashabul Kahfi) kepada sedikit manusia. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah dalam Surah Al-Kahfi ayat 22, “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada yang mengetahui (jumlah) mereka kecuali sedikit.” Jika tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui jumlah mereka, Al-Quran pasti menegaskan hal itu dan mengatakan, “tidak ada yang mengetahui bilangan mereka, kecuali Allah”.BACA JUGA:  Mengapa Allah Tidurkan Ashabul Kahfi di Dalam Gua? Ini JawabannyaKelima, sebagian sahabat menegaskan bahwa mereka termasuk kelompok yang sedikit itu yang mengetahui jumlah mereka.Abdullah bin Masud berkata, “Aku adalah salah seorang yang mengetahui jumlah mereka, yaitu tujuh orang”. Selain itu, Ibnu Abbas berkata, “Aku termasuk kelompok yang sedikit itu yang mengetahui jumlah mereka, yaitu tujuh orang”. Demikian pula yang diriwayatkan oleh Qatadah dari Atha.Adapun tentang lamanya mereka tinggal di gua juga terdapat perbedaan pendapat. Di antara para ahli tafsir ada yang mengatakan, “Lamanya adalah 309 tahun yang diambil berdasarkan nash ayat itu”. Di antara mereka, ada yang mengatakan, “Tidak ada bukti yang menerangkan tentang lamanya mereka tinggal karena sesungguhnya Allah telah berfirman, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua)”. Penyebab dari perbedaan ini adalah pemahaman terhadap firman Allah, yaitu “mereka tinggal dalam gua selama 300 tahun dan ditambah 9 tahun”, dan siapa yang mengatakan hal itu.Penjelasan mengenai perbedaan pendapat tersebut, yaitu sebagai berikut:Pertama, Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah berita dari Allah kepada Rasulullah ﷺ tentang lamanya mereka tinggal dalam gua mereka, mulai dari mereka tertidur sampai Allah membangunkan mereka. Ketika Allah memberitahukan keadaan mereka kepada penduduk pada masa itu, sesungguhnya lamanya itu adalah 300 tahun ditambah 9 tahun berdasarkan perhitungan bulan”.Foto: UnsplashKedua, para ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa ini adalah ucapan Ahli Kitab, tetapi hal itu tidak benar sebagaimana pendapat mereka tentang jumlah Ashabul Kahfi yang juga tidak benar.Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya, seseorang yang menafsirkan sebuah ayat melihat bahwa hal itu seperti demikian dan ingin menjauhkan hal yang ada antara langit dan bumi. Kemudian, dijelaskan bahwa mereka (Ashabul Kahfi) tinggal dalam gua selama 300 tahun dan ditambah 9 tahun dan dia berkata, ‘Berapa lamanya mereka tinggal?’ Mereka berkata, ‘309 tahun’. Dia berkata, ‘Jika benar demikian, Allah tidak akan mengatakan, yaitu “Katakanlah, ‘Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua)’, tetapi Allah akan menceritakan ucapan suatu kaum sehingga Dia berkata, “Kelak (sebagian orang) mengatakan, ‘(Jumlah mereka) tiga (orang). Yang keempat adalah anjingnya.’ (Sebagian lain) mengatakan, ‘(Jumlah mereka) lima (orang). Yang keenam adalah anjingnya,’ sebagai terkaan terhadap yang gaib”, dan mengabarkan bahwa sesungguhnya mereka tidak mengetahui. Allah berfirman, “mereka tinggal di dalam gua selama 300 tahun dan ditambah 9 tahun”. Perkataan ini dinukil dari Qatadah, Mathraf, Ibnu Ishaq, dan lain-lain.BACA JUGA: Alquran Ungkap Rahasia Kenapa Tubuh Ashabul Kahfi Awet setelah Tidur 309 TahunIbnu Katsir telah menggabungkan firman Allah yaitu “mereka tinggal dalam gua” dengan firman-Nya yaitu “Katakanlah, Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua) ”. Dia berkata, “Firman Allah, yaitu ‘Katakanlah, Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua) ‘ ini berarti jika ditanya tentang lamanya mereka tinggal (di gua) dan tidak mengetahuinya, hendaknya engkau menyerahkan hal itu kepada Allah. Jangan engkau memberikan penjelasan tentang hal itu, tetapi katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua). Milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi.” Tidak ada yang mengetahui hal itu, kecuali Allah dan sebagian makhluk-Nya yang telah diberi pengetahuan.” Pendapat Ibnu Katsir tentang lamanya mereka tinggal, yaitu 309 tahun, lebih dapat diterima. Bahkan, pendapat ini juga disepakati oleh sebagian besar ulama. Sungguh, Allah yang paling mengetahui.[]SUMBER: KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN | PUSAT STUDI QURAN

Ashabul Kahfi

ASHABUL Kahfi adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah. Mereka terdiri atas tujuh orang, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran. Kita tidak mengetahui nama, pekerjaan, kota tempat tinggal, bahkan raja yang berkuasa dan gua tempat berlindung mereka.Di dalam gua, para pemuda Mukmin Ashabul Kahfi ini tinggal untuk merenung dan berpikir, lalu keluar dengan sebuah kesimpulan yang pasti bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan seluruh alam sehingga mereka tidak akan beriman dan menyembah selain kepada-Nya. Mereka mengetahui bahwa kaum mereka adalah orang kafir yang menyembah selain Allah. Kekufuran mereka menyebabkan kezaliman dan kebohongan. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat dusta terhadap Allah?Para pemuda Ashabul Kahfi memikirkan langkah berikutnya, yaitu dengan mengasingkan diri dan memutuskan untuk meninggalkan kaum mereka. Langkah tersebut diambil karena mereka orang yang beriman, sedangkan kaum mereka adalah kafir. Tidak mungkin bagi mereka untuk tinggal bersama kaum kafir. Kemudian, mereka meninggalkan kota itu dan pergi menuju sebuah gunung lalu memutuskan untuk berlindung dalam gua di gunung itu. Mereka memohon kepada Allah agar mencurahkan rahmat-Nya di dalam gua itu.BACA JUGA: Strategi Reformasi Ashabul KahfiAllah mengabulkan permohonan pemuda Ashabul Kahfi. Rahmat Allah diturunkan kepada mereka di dalam gua, tempat yang memudahkan urusan dan menunjukkan bagi mereka kekuasaan-Nya. Dia memerintahkan matahari agar tidak menyinari tubuh mereka sehingga tidak merusaknya. Baik saat terbit pada pagi hari maupun saat terbenam pada sore hari, matahari menjauhi gua itu sehingga sinarnya tidak mengenai mereka. Mereka berada di tengah-tengah gua yang lapang.Foto: UnsplashDi antara tanda-tanda kekuasaan Allah di dalam gua adalah mata mereka tetap terbuka sehingga orang yang melihat menyangka mereka terjaga dan dapat melihat, padahal mereka tertidur nyenyak. Bahkan, bumi tidak menelan tubuh mereka karena Allah membalikkan mereka sesekali ke kanan dan ke kiri.Bersama pemuda Ashabul Kahfi ada seekor anjing yang menjadi teman mereka. Anjing itu duduk di ambang pintu gua, mengunjurkan kedua lengannya dan tertidur seperti penghuni gua itu. Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang berani mengganggu mereka ketika tertidur.Allah telah membuat hati siapa saja yang melihat mereka menjadi takut. Saat menoleh, dia akan melarikan diri karena ketakutan. Mereka tertidur cukup lama, bahkan disebutkan dalam surah ini selama 309 tahun. Setelah itu, ketika Allah membangunkan, mereka bertanya-tanya tentang berapa lama mereka telah tertidur hingga mereka berbeda pendapat.Di antara mereka, ada yang mengatakan kita berada (di sini) sehari atau setengah hari. Mereka tidak memperpanjang perdebatan itu karena tidak mengetahuinya lalu menyerahkan hal itu kepada Allah seraya mengatakan Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama engkau berada (di sini).Perhatian pemuda Ashabul Kahfi hanya terfokus pada hal yang penting. Oleh karena itu, mereka menunjuk salah seorang di antara mereka untuk pergi ke kota dan membekalinya dengan uang untuk membeli makanan. Mereka meminta kepadaNya agar dipilihkan makanan yang baik, halal, dan diperbolehkan.Demikian pula, dia harus tetap waspada dan berhati-hati agar tidak ada seorang pun mengetahui dan mengenalinya karena mereka merasa takut terhadap kaum mereka. Jika kaum mereka mengetahui tempat tinggal dan penghuni di dalam gua itu, niscaya mereka akan dibunuh atau dibujuk untuk kembali pada agama dan perbuatan syirik kaum tersebut,Pergilah pemuda itu ke pasar untuk membeli makanan. Dia pergi dengan hati-hati, waspada, dan sembunyi-sembunyi. Namun, Allah menghendaki hal lain. Allah ingin menjadikan sebagian di antara mereka sebagai tanda kekuasaan dan kemampuan Allah Yang Mahasuci untuk membangkitan. Allah menampakkan dan memperlihatkannya kepada kaum mereka.Foto: Dollar Workout ClubSementara itu, kaum itu telah menjadi kaum yang beriman kepada Allah, generasi sebelumnya yang kufur telah lenyap, yaitu generasi yang telah ditinggalkan oleh penghuni gua itu. Kaumnya yang sekarang hidup adalah generasi beriman.BACA JUGA: 7 Pemuda Ashabul Kahfi, Siapa Saja?Setelah penduduk negeri tersebut melihat salah seorang laki-laki Mukmin itu, lalu penduduk negeri menyusulnya hingga ke gua. Ketika tiba di gua, penduduk negeri mendapatkan tujuh laki-laki Mukmin itu telah wafat. Kali ini, mereka benar-benar wafat dalam keadaan yang wajar. Kemudian, terjadi perbedaan pendapat mengenai hal yang akan penduduk negeri lakukan terhadap mereka.Di antara penduduk ada yang menyarankan mendirikan sebuah bangunan di atas (gua itu). Tuhannya lebih mengetahui (keadaan) mereka (penghuni gua itu). Akan tetapi, salah seorang yang bijaksana di antara penduduk tersebut memutuskan untuk mendirikan sebuah rumah peribadatan. Akhirnya, didirikanlah sebuah rumah peribadatan di atasnya.Demikianlah akhir kisah tentang keimanan keikhlasan, dan kezuhudan di dunia untuk kembali pada Allah. Kisah tentang pemuda Ashabul Kahfi tidak akan pernah hilang. Orang-orang dan pemeluk agama samawi memperbincangkan, sedangkan orang Mukmin merenungkan agar dapat mengambil pelajaran tentang keimanan keikhlasan, dan keteguhan.[]SUMBER: KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN | PUSAT STUDI QURAN 

Strategi Reformasi Ashabul Kahfi

NABI Ibrahim menghadapi kezaliman Namrudz. Dia melawan dengan menghancurkan mindset dan logika berfikir tentang ketuhanan berhala. Nabi Ibrahim pun dipanggang di dalam api. Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim.Nabi Musa menghadapi kezaliman Firaun. Kemukjizatan Nabi Musa ditampakkan. Logika Firaun diputarbalikan. Namun Firaun tetap mengaku sebagai tuhan dan memerangi Nabi Musa. Nabi Musa diburu. Allah menenggelamkan Firaun di laut merah.Ashabul Ukhdud sebuah peristiwa genosida raja yang beragama Yahudi terhadap pemeluk Nasrani di Yaman. Seluruh pemeluk Nasrani dibakar hidup-hidup dalam parit lautan api karena tidak mau mengikuti agama penguasa. Ashabul Kahfi, sebuah perlawanan terhadap raja zalim dengan cara yang unik. Mereka tidak melakukan konfrontasi dengan penguasa tetapi cukup menyembunyikan keimanannya, sambil menunggu pergantian kekuasaan.BACA JUGA:  Interaksi Walisongo dengan MajapahitBagaimana menghadapi kezaliman penguasa? Bisa mencontoh pada Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Ashabul Ukhdud dan Ashabul Kahfi. Strategi mana yang diambil? Tergantung kemaslahatannya. Semua pilihan strategi tersebut adalah benar. Tidak ada yang lebih utama atau terbaik, semua tergantung timbangan kemaslahatan.Akhir dari seluruh strategi adalah rakyat beriman kepada Allah. Allah yang membimbing strategi yang cocok dengan zaman dan tempatnya. Menghadapi penguasa saat ini? Atau diam terlebih dahulu menunggu kondisi yang kondusif seiring dengan kesadaran baru yang tumbuh pada diri masyarakat.BACA JUGA: Saat Munafikin Menghianati Yahudi MadinahAshabul Kahfi hanya sekelompok pemuda yang tidak memiliki kekuatan besar menghadapi kezaliman raja. Maka solusinya, menyembunyikan diri hingga terjadi perubahan besar di masyarakat. Momentum perubahan besar selalu ada, hanya butuh kesabaran penantian dan keistiqamahan bergerak saja.Menyembunyikan diri. Mendidik tunas generasi baru yang tak terendus. Membangun pondasi spiritual generasi baru sebelum mereka diberikan momentum besar untuk merubah keadaan. Diam yang terus bergerak, mendidik dan memperbaiki. Diamnya air laut. Di atasnya tentram, namun dibawahnya terdapat arus besar perubahan. []Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: [email protected], dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.

Berapa Lama Waktu Para Pemuda Ashabul Kahfi Tertidur?

TENTANG para pemuda Ashabul Kahfi ini, Allah berfirman dalam Surah Al-Kahfi (18) ayat 12:ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖKemudian Kami bangunkan mereka agar kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).Allah menggunakan kata بَعَثْنٰهُمْ yang maknanya adalah membangunkan/membangkitkan, seakan-akan kebangkitan dari suatu kematian karena tidur dalam bahasa Arab juga dinamakan dengan kematian. Allah berfirman dalam Surah Al-An’am (6) ayat 60:وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفّٰىكُمْ بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيْهِ لِيُقْضٰٓى اَجَلٌ مُّسَمًّىۚDan Dia-lah yang mewafatkan kalian di malam hari dan mengetahui apa yang kalian lakukan di siang hari….BACA JUGA:  7 Pemuda Ashabul Kahfi, Siapa Saja?Allah menamakan tidur pada ayat ini dengan wafat karenanya para ulama berbeda pendapat ketika menafsirkan firman Allah tentang nabi Isa. Allah berfirman dalam Surah Ali-Imran (3) ayat 55:اِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسٰٓى اِنِّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَيَّ(ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya aku akan mewafatkan kamu dan mengangkat kamu kepadaku… ”Para ulama berbeda pendapat tentang makna kata مُتَوَفِّيْكَ, Apakah maknanya adalah mewafatkan beliau nanti pada akhir zaman? Ataukah menidurkan beliau lalu diangkat ke langit? Karena itu, dalam ayat ini bisa bermakna wafat dan bisa bermakna tidur. Demikian juga dalam ayat yang lainnya. Allah berfirman dalam Surah Az-Zumar (39) ayat 42:Foto: Dollar Workout Clubاَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْاُخْرٰىٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗAllah mewafatkan jiwa (orang) ketika matinya dan mewafatkan jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya maka Dia menahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan….Intinya, secara bahasa Arab, tidur bisa disebut juga dengan wafat. Oleh karena itu, doa seorang hamba ketika ia terbangun dari tidur adalah, “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya kita dibangkitkan”, karena tidur adalah kematian kecil.Lalu, Allah dalam ayat ini menggunakan kata ba’atsa sebagaimana dalam firman-Nya:ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَKemudian Kami membangkitkan mereka…Allah menggunakan kata ba بَعَثْنٰهُمْ “Kami bangkitkan mereka” sebagai contoh kecil bahwasanya Allah mampu membuat Hari Kebangkitan. Jika Allah mampu membangkitkan penghuni gua yang tidur selama 300 tahun lebih, maka Allah pun mampu untuk membangkitkan orang-orang yang telah wafat selama ribuan tahun dan menjadi tulang belulang. Maka, ayat ini sebagai suatu tanda bahwasanya Hari Kebangkitan adalah sesuatu yang mudah bagi Allah.Allah memberikan bukti kecil pada ayat ini di mana orang yang tidur selama lebih dari 300 tahun yang secara logika harusnya tidak bisa bangun ternyata Allah berkehendak bahwa orang-orang tersebut tidur selama 300 tahun lebih lalu dihidupkan kembali oleh Allah. Maka, demikian pula pada Hari Kebangkitan, Allah pun mampu untuk melakukannya. Jika Allah memberi contoh tulang-tulang yang berusia ribuan tahun hidup kembali maka hilanglah fungsi ujian beriman kepada yang gaib karena Hari Kebangkitan bukan lagi menjadi sesuatu yang perlu diimani akan tetapi telah nyata di hadapan mata.Lalu, Allah melanjutkan:اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ… Agar kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).Foto: UnsplashAllah menyebutkan dalam ayat ini ada dua kelompok yang berselisih tentang berapa lama para Ashabul Kahfi tersebut tertidur.BACA JUGA: Letak Gua Ashabul KahfiPertama, Sebagian ulama menyebutkan bahwa perselisihan tersebut maksudnya adalah antara Ashabul Kahfi yang tertidur dengan orang-orang di luar Ashabul Kahfi. Mereka berselisih tentang Ashabul Kahfi tersebut, berapa lama mereka tertidur?Kedua, ada juga ulama yang mengatakan bahwa yang berselisih adalah orang-orang di luar Ashabul Kahfi yang meributkan tentang Ashabul Kahfi.Ketiga, sebagian ulama menyatakan bahwa yang berselisih adalah Ashabul Kahfi itu sendiri, yaitu sesama mereka, di mana mereka berdebat tentang lama waktu mereka tertidur. Ketika mereka terbangun, sebagian mereka bertanya, “Berapa lama kita tertidur?” sebagian mengatakan, “Satu hari atau setengah hari”, sebagian lain mengatakan, “Allah yang lebih mengetahui” sehingga Allah bangkitkan mereka agar bisa lebih mengetahui siapa yang lebih tepat hitungan tempo mereka tidur di dalam gua tersebut.[]SUMBER: TAFSIR AT TAYSIR SURAH AL-KAHFI | PUSAT STUDI QURAN 

7 Pemuda Ashabul Kahfi, Siapa Saja?

KISAH Ashabul Kahfi sudah diterangkan dalam Al-Qur’an. Menurut riwayat, kisah ini menceritakan tentang sekelompok pemuda beriman yang bersembunyi di sebuah gua dari kejaran tentara raja kafir. Kisah Ashabul Kahfi terjadi di suatu tempat yang dinamakan Gunung Pion (Mount of Pion).Di gunung ini terletak sebuah gua yang diberi nama “Gua 7 Pertapa,” (The Cave of the Seven Sleepers) yang terletak di Efesus, Turki. Kisah tersebut terjadi sekira 1400 tahun yang lalu, yaitu ketika pemereintahan Raja Decius dari Roma, sekira 249 – 251 masehi.BACA JUGA: 3 Foto Gua Ashabul Kahfi dan Hikmah Kisah IniPeristiwa Ashabul Kahfi ini diyakini berakhir selama 300 tahun, dan telah menjadi ‘ejekan’ masyarakat terutama bagi penganut Islam dan Kristen karena 7 pemuda beriman tidur selama 3 abad. Mereka bangun ketika pemerintahan Maharaja Theodosius II yang beragama Nasrani.Foto: UnsplashSetelah itu, gua itu dibangun menjadi Gereja Nasrani oleh para pengikut raja. Padahal ketujuh pemuda Ashabul Kahfi itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Adapun nama ketujuh pemuda itu di antaranya: Tamlikha, Maksalmina, Martunus, Bainunus atau Nainunus, Sarbunus, Dzunuanus, Kasyfitatanunus.BACA JUGA: Allah Matikan Fungsi Pendengaran Ashabul KahfiDan bersama seekor anjing bernama Qitmir yang mengikuti mereka. Ketujuh pemuda Ashabul Kahfi ini beriman kepada Allah di tengah kekufuran kaum dan bangsa mereka. Keimanan mereka dinyatakan dalam Al-Qur’an:“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (QS. al-Kahfi: 13). []Sumber: Misteri Ya’juj dan Ma’juj/Moh. Nadzri Kamsin/Hijjaz