Tag:
akhlak
Suaraislam.id
Tragedi Barat: Tiada Teladan Hidup
Tragedi Barat yang utama adalah mereka tiada teladan hidup. Mereka tidak punya teladan bagaimana manusia dididik sejak bayi hingga tua. Mereka melihat kehidupan ini mengalir begitu saja. Dengan akal dan hawa nafsunya mereka mencoba menata kehidupan, tapi akhirnya gagal.Lihatlah ketika bayi mereka lahir. Dalam Islam, ketika bayi lahir maka sebaiknya diberikan adzan kepada kedua telinganya. Untuk apa? Agar bayi itu sedari kecil sudah mengenal penciptaNya, Allah. Selain itu dalam Islam, dituntun agar mereka diberikan nama terbaik. Nama-nama yang artinya bagus. Karena nama adalah doa, agar sang bayi nanti mewujud seperti nama yang diembannya. Maka kaum Muslim menamakan bayinya: Muhammad, Abdurrahman, Izzadina, Nahdhia, Nabil, Salsabila dan lain-lain.Bayi yang lahir di Barat (orangtuanya non Islam), lahir dibiarkan begitu saja, tidak diadzani. Pemberian nama pun seenaknya. Karena ada filsosof mereka menyatakan apa arti sebuah nama. Maka lihatlah nama di Barat yang artinya tidak jelas: Bush, Elton, Marx, George dan lain-lain.Setelah menjadi remaja, usia sekitar 12 tahun (baligh), maka remaja itu dikenakan kewajiban yang ada dalam Islam. Seperti: shalat, puasa Ramadhan, sedekah, berbakti kepada orang tua, menjauhi hal-hal yang diharamkan seperti zina, mencuri, minuman keras, judi dan lain-lain.Di Barat, mereka tidak mengenal baligh. Mereka tidak mengenal akidah (prinsip hidup) dan Syariah (jalan hidup). Sehingga mereka menjalani hidup sekenanya. Maka jangan heran usia 14 tahun, perempuannya banyak yang sudah tidak perawan. Seks dibebaskan di sana, sehingga mereka tidak lagi merasakan kenikmatan seks. Seks yang bebas itu akhirnya menumbuhkan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.Ketika dewasa, mereka menjadi tamak terhadap dunia. Karena tidak mengenal akhirat, maka kehidupan dewasa menjadi seenaknya. Harta ditumpuk sebanyak-banyaknya, tidak peduli harta itu halal atau haram. Mereka tidak mengenal haramnya riba. Yang penting dapat uang banyak, meski caranya dengan ‘cara memeras orang miskin’.Ketika ingin berkuasa, segala cara pun digunakan. Dengan cara menipu surat suara atau dengan cara bersekongkol dengan kaum kapitalis. Pembagian sembako dilakukan bukan untuk menolong mereka, tapi untuk menambah suara mereka di pemilu. Bila nafsu kuasa menggelegak (baik di Barat/Timur), maka darah manusia menjadi tidak ada harganya. Jutaan atau ribuan orang mati tidak dianggapnya, karena nafsu kuasa Iblis telah merasukinya.Setelah tua dan tidak berdaya, anak-anak pun banyak yang tidak mempedulikannya. Anak-anak malas untuk mengurusnya, maka ditaruhlah mereka di panti jompo. Tidak ada di konsep Barat, berbakti kepada orang tua. Dalam Islam, anak-anak wajib berbakti kepada orangtuanya. Dosa bagi anak menaruh orang tuanya di Panti Jompo, sementara ia masih bisa mengurusnya.Ketika meninggalpun dimakamkan biasa saja, bahkan kepercayaan di Timur mayat harus dibakar. Dalam Islam ada Syariah yang mengatur tentang orang yang meninggal: dimandikan, dikafani, dishalatkan dan kemudian dikubur. Orang yang sudah meninggalpun masih dapat pahala jika ia punya amal jariyah yang terus mengalir. Misal ia punya tanah yang diwakafkan, ‘buku/tulisan Islami’ yang banyak pembacanya, murid/anak yang selalu mendoakannya dan lain-lain.Akidah dan Syariah Islam adalah ajaran yang mulia dan penuh dengan akhlak yang tinggi. Tapi karena kedengkian para orientalis (dan media massa Barat), ajaran Islam diputar-putar, sehingga hilang keunggulannya. Islam ditampilkan orientalis atau di media massa mereka: jenggot yang tidak dirapikan, saling bunuh antara Syiah dan Sunni, kemarahan ketika demonstrasi dan lain-lain. Para orientalis selalu menampilkan Islam yang marah, bukan Islam yang ramah.Bagaimana dengan jilbab? Ya dengan jilbab seolah-olah wanita menjadi kurang kecantikannya. Bisa jadi demikian. Tapi jilbab ini justru membahagiakan sang suami. Sang suami mendapatkan sesuatu yang lebih dibandingkan orang lain, yang hanya bisa melihat mukanya saja. Sang suami bisa melihat rambut, paha, tubuh dan bagian tubuh wanita lainnya. Bagi laki-laki yang normal tentu senang dengan istrinya yang berjilbab.Jilbab juga melatih perempuan agar mengatakan ini lho akalku dan akhlakku. Bukan mengatakan ini lho tubuhku yang seksi, silakan nikmati. Wanita yang tidak berjilbab mendorong laki-laki tumbuh syahwatnya dan akibatnya (lebih jauh) bisa timbul, perkosaan atau seks bebas. Karena manusia itu kan sebenarnya akhlak dan akalnya (jiwanya), bukan fisiknya.1 2Laman berikutnya
Hidayatullah.com
MUI Desak Sekolah Awasi Siswa dan Tekankan Akhlak, Atasi Maraknya Perundungan
Hidayatullah.com— Wakil Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Zahrotun Nihayah mendorong semua pihak merealisasikan program anti bullying (perundungan) di sekolah. Hal ini dia sampaikan merespons kasus bullying yang terjadi di SMA Binus Serpong, Tangsel.
MUI menyampaikan, tindakan perundungan tidak boleh ditoleransi dan harus dicegah agar tidak meluas, terutama di lingkungan sekolah.
Guru Besar Ilmu Psikologi UIN Jakarta ini mengungkapkan, perundungan itu dapat mengakibatkan seseorang merasa sangat tidak nyaman, sakit hati dan tertekan.
Oleh karena itu, menurutnya, perlu melakukan berbagai langkah strategi agar kasus ini tidak terjadi secara berulang dan meluas di lingkungan masyarakat, khususnya di sekolah.
“Mengingat bahwa bullying itu harus ditanggapi secara serius, pihak sekolah harus menyediakan lingkungan yang aman dan positif untuk warga di dalamnya,” ujarnya kepada MUIDigital.
Menurutnya, langkah mitigasi yang harus dilakukan adalah melibatkan semua pihak seperti kepala sekolah, guru, staf siswa dan orang tua untuk membuat kebijakan program anti-bullying.
Prof Nihayah menuturkan, program tersebut bisa diintegrasikan dengan pendidikan karakter di sekolah, terutama berkenaan dengan pendidikan akhlak.
Selain itu, pihak sekolah juga bisa melakukan pendekatan yang berbasis otoritas dalam menangani kasus bullying. Para guru bisa menggunakan wewenangnya untuk memberikan batasan yang tegas melalui teguran lisan maupun memberikan sanksi.
Meski begitu, kata Prof Zahrotun, pendekatan otoritas saja tidak cukup efektif untuk mencegah terjadinya kasus bullying dalam jangka waktu yang panjang.
“Kemudian, pendekatan-pendekatan yang lain dilakukan adalah bertujuan memahami dan menangani motif apa di balik perundungan itu,” ungkapnya.
Zahrotun Nihayah mendorong agar para guru melakukan pendekatan yang persuasif kepada siswa untuk mendengarkan dan meyakinkan siswa bahwa perundungan itu terlarang dikerjakan. Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Zahrotun Nihayah juga mendorong agar para guru meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah. Menurutnya, tindakan Bullying itu kerap terjadi di tempat-tempat yang minim pengawasan seperti kamar mandi dan ruang kelas yang kosong.
“Sekolah dapat menyediakan kotak pengaduan yang aman dan rahasia bagi siswa menyampaikan masalah, kekhawatiran, serta saran mereka. Kemudian, guru segera turun tangan untuk menghentikan bullying guna mencatat kejadian tersebut dan menginformasikan kepada pihak sekolah untuk ditindaklanjuti,” tegasnya.
“Kemudian, juga pertemuan-pertemuan bersama orang tua dan komite sekolah penting untuk membangun komunikasi positif,” paparnya.*
Suaraislam.id
Berkarakter Bak Singa Raja Hutan, Bonbin atau Sirkuskah?
Dalam kehidupan dunia binatang, tentu sedikitnya kita telah mengenal julukan dan karakter Singa. Paling tidak, ada tiga julukan dan karakter Singa.Pertama, Singa Si Raja Hutan. Julukan dan karakter Singa ini layak disematkan dalam dirinya karena memiliki prinsip yang kuat dan teguh dalam mempertahankan eksistensinya sebagai Raja Hutan.Kedua, Singa Bonbin (Kebon Binatang). Singa ini yang semula mendapat julukan Si Raja Hutan setelah dimasukan ke Bonbin berubah karakternya. Ia hidup dalam kerangkeng yang terbatas, hidupnya hanya menunggu waktu-waktu tertentu mendapatkan jatah makanan yang diberikan Sang Pawang.Singa Bonbin ini akhirnya hanya sebagai tontonan para turis lokal atau mancanegara. Di dalam kerangkeng Bonbin, Singa ini hanya berlenggak-lenggok berjalan sambil menunggu lemparan-lemparan makanan dari para turis yang sudah diizinkan melemparkan makanan untuknya.Ketiga, Singa Sirkus. Karakter Singa jenis ini lebih parah lagi dibandingkan dengan Singa Bonbin. Singa Sirkus ini bukan hanya sebagai tontonan layaknya Singa Bonbin, tapi lebih dari itu Singa ini dijadikan pertunjukkan atraksi sirkus.Singa Sirkus ini akan menuruti saja apa yang menjadi instruksi pawangnya. Manakala Si Pawang menginstruksi dengan lisan dan bahasa tubuhnya untuk Singa menjulurkan lidah, duduk atau melompat, maka Singa ini pun akan segera menjulurkan lidah, duduk atau melompat.Demikian pula, jika Si Pawang dengan bahasa tubuhnya menyibak-nyibak kedua tangannya untuk berdiri dan bersorak, maka Singa Sirkus ini akan menuruti saja perintah Pawangnya bersorak-sorai.Dari analogi ketiga jenis karakter Singa di atas yang terkait dengan kehidupan, semoga kita tidak termasuk dalam katagori yang berkarakter bak Singa Bonbin atau Sirkus.Selain pentingnya berkarakter bak Singa Si Raja Hutan, menjadi sebuah keniscayaan bahwa manusia yang pertama dan utama harus menjunjung tinggi akhlak (etika) dalam kehidupan.Hal ini selaras dengan hadits: “Dari Abu Harairah radhiyallahu anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad dan Al-Hakim.[]Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial
Hidayatullah.com
Khutbah Jumat: Pentingnya Etika dalam Kehidupan
Tak ada suatu pemberian seorang ayah pada anaknya lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik dan etika dalam kehidupan, inilah petikan khutbah Jumat kali ini
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | TIDAK peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab. Adab baikmu mencukupimu dari nasab, begitu kata Ali Bin Abi Thalib Radhiallahuanhu. Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah menulis sebuah buku berjudul Adabul Alim Wal Muta’allim. Pada mukadimah buku ada sebuah kisah tentang Imam Syafi’i yang ditanya mengenai etika.
“Bagaimana keseriusan anda dalam mempelajari etika?” Imam Syafi’i menjawab, “Ketika aku mendengar satu hal tentang etika, maka seluruh anggota badanku merasakan nikmat atas hal itu.”
Beliau ditanya kembali, “Bagaimana pencarian anda terhadap etika?” Imam Syafi’i mengatakan, “Aku mencari ilmu etika seperti seorang ibu yang mencari anak semata wayangnya yang hilang.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dalam bahasa Arab etika sering diistilahkan dengan adab. Mengingat pentingnya kedudukan adab dalam kehidupan setiap insan, banyak para ulama menulis mengenai adab-adab dalam aktifitas seorang muslim.
Mulai bangun tidur sampai kembali tidur, tidak ada yang luput dari ajaran adab yang diajarkan oleh Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ.
Bagi umat Islam, sumber adab ada dalam dua hal : Al-Quran dan Sunah Nabawiyah. Ada banyak ayat Al-Quran yang mengajarkan adab, di antaranya firman Allah SWT :
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl : 90)
Allah SWT juga berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab : 21)
Ibrahim al-Harbi berkata, “Sepatutnya bagi setiap orang yang jika mendengar salah satu dari adab ajaran Nabi Muhammad ﷺ, hendaknya ia berpegang teguh dengannya.”
Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT
Mengingat pentingnya adab sehingga Rasulullah ﷺ menjadikannya sebagai kado terindah bagi seorang anak dari orang tuanya. Beliau bersabda :
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik.” (HR. Tirmizi)
Keutamaan adab bisa kita temukan dari keterangan-keterangan yang ditulis oleh Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith.
Pertama, Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa diri beliau dididik dengan penekanan adab, langsung oleh Allah SWT :
أَدَّبَنِى رَبِّى فَأَحْسَنَ تَأْدِيْـبِى
“Tuhanku telah mendidikku, maka ia menjadikan pendidikanku menjadi baik.” (HR. Ibnu Hibban)
Sehubungan dengan adab, Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata :
كن ابن من شئت واكتسب أدباً، يُغْنِيكَ مَحْمُودُهُ عَنِ النَّسَبِ
إِنَّ الفتى من يقول ها أنا ذا، ليسَ الفَتَى مَنْ يقولُ كان أبي
“Tidak peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab. Adab baikmu mencukupimu dari nasab. Pemuda sejati akan berkata, “Inilah aku!” Bukan pemuda yang berbangga dengan nasab dan berkata, “Inilah ayahku…”
Kedua, meremehkan adab atau etika dalam bertindak dan bertutur kata menyebabkan seseorang jatuh dalam perbuatan tercela.
Abdullah bin Mubarak mengatakan :
من تهاون بالأدب عوقب بحرمان السنن، ومن تهاون بالسنن عوقب بحرمان الفرائض، ومن تهاون بالفرائض عوقب بحرمان المعرفة
“Siapa yang meremehkan adab, akan dihukum dengan terhalang dari melakukan kesunahan. Siapa yang meremehkan sunah, akan dihukum dengan terhalangi dari melakukan yang wajib. Siapa yang meremehkan yang wajib, akan dihukum dengan terhalangi dari mengenal Allah SWT.”
Ma’asyiral Muslimin Jaaah Shalat Jumat Hafidzakumullah
Ketiga, mendahulukan adab lebih diutamakan sebelum mempelajari suatu ilmu. Ilmu tanpa adab mengakibatkan hilangkan berkah darinya.
Dikisahkan oleh Imam Syafi’i bahwa beliau pernah dinasehati oleh gurunya Imam Malik, “Wahai Muhammad, jadikanlah ilmumu seperti garam dan adabmu seperti tepung.”
Tentang keutamaan adab juga, dikisahkan oleh Abdurrahman bin Qasim, “Aku berkhidmat kepada Imam Malik selama dua puluh tahun. Dua tahun aku mempelajari ilmu, sedangkan delapan belas tahun aku mempelajari adab. ungguh aku menyesal, andai saja semua waktu itu aku jadikan untuk mempelajari adab.”
Dari uraian di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kehidupan umat Islam tidak boleh lepas dari tuntunan adab agar bisa menjadi manusia yang beradab. Adab harus kita hadirkan dalam perilaku kita sebagai apa pun.
Sebagai pejabat, masyarakat biasa, pengusaha, guru, calon pemimpin dan lain sebagainya.
Semoga dengan adab yang baik, akan lahir generasi berakhlak mulia yang untuk satu hal ini, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad ﷺ. Jangan abaikan dan remehkan adab. Mari beradab dalam segala situasi dan kondisi.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang