Tag:

adab

BKsPPI Imbau Para Penceramah untuk Jaga Adab

Bogor (Mediaislam.id) – Sekjen Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) Dr. Akhmad Alim Lc angkat bicara terkait polemik adanya video viral pendakwah Miftah Maulana yang menyampaikan umpatan kasar terhadap penjual es teh saat berceramah. “Ketika makian manjadi bahan lelucon, ketika umpatan menjadi bahan ceramah, ketahuilah itu tanda sirnanya adab dan hilangnya keteladanan, maka jauhilah penceramah macam itu,” ujar Ustaz Alim dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/12/2024). Oleh karena itu, BKsPPi menghimbau agar para penceramah untuk menjaga adab dalam menyampaikan pesan kebaikan kepada masyarakat, menggunakan bahasa santun dan menjaga sikap bijaksana, serta tidak merendahkan martabat siapapun di depan umum, apalagi kepada orang tua yang lebih tua. “Kami mengimbau para penceramah agar menjadi contoh yang baik dalam ucapan, perbuatan, serta gaya hidup sehari-hari, karena itu semua sebagai tuntunan bagi masyarakat, dan agar jangan sampai menjadi tontonan yang menyesatkan,” kata Ustaz Alim. Selain itu, BKsPPI juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak mengundang para penceramah yang hanya sekedar lucu, yang menjadikan agama sebagai lawakan, tanpa ada isi dan makna pesan ilmu yang disampaikan. Diketahui, video yang beredar luas telah memicu kontroversi di tengah masyarakat. Banyak warganet menyayangkan sikap Miftah yang tidak menghormati pedagang kecil. Miftah dianggap tidak mencerminkan sikap seorang tokoh agama yang kini menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Meski demikian, ia telah menyampaikan permintaan maaf. [ ]

7 Adab saat Menuntut Ilmu yang Harus Muslim Tahu

RASULULLAH SAW telah menjelaskan banyak hal tentang Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang pembelajar hendaknya menghiasi dirinya dengan budi pekerti dan perilaku yang muliaMengutip buku Pelajaran Adab Islam Anak-Anak 1 oleh Ahmad Syukri, berikut adab-adab yang harus diperhatikan ketika seseorang belajar:1. Niat IkhlasDalam belajar untuk mendapatkan ilmu, kita harus memulai dengan niat ikhlas karena Allah. Seseorang tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat jika tidak ikhlas karena Allah.BACA JUGA: 6 Adab Mencari Rezeki2. Berdoa kepada AllahSetiap pembelajar harus selalu berdoa kepada Allah, memohon ilmu yang bermanfaat serta meminta pertolongan dalam menuntut ilmu. Rasulullah menganjurkan kita untuk senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah.3. Bersungguh-Sungguh dalam BelajarSelama dalam proses belajar, seseorang harus semangat dan bersungguh-sungguh. Kita akan memperoleh ilmu yang bermanfaat atas seizin Allah apabila kita bersungguh-sungguh.4. Diam dan Fokus saat Pelajaran DisampaikanSaat belajar lebih baik kita diam tidak mengontrol dengan teman dan fokus perhatian hanya tertuju pada materi yang sedang diajarkan pengajar.5. Berusaha Memahami Ilmu yang DisampaikanDalam belajar, kita harus bersungguh-sungguh untuk memahami ilmu yang dipelajari dan menghafalnya. Jika, ada hal belum dimengerti, maka kita dianjurkan untuk bertanya.BACA JUGA: 9 Adab Berjalan6. Membawa Buku CatatanTermasuk adab dalam belajar adalah membawa buku untuk mencatat materi pelajaran yang disampaikan. Mencatat ilmu berarti mengikat ilmu tersebut agar kita bisa terus mengingat, menghafal, dan menyebarkannya kepada orang lain.7. Mengamalkan Ilmu yang Telah DipelajariJika telah memperoleh ilmu yang bermanfaat, sudah selayaknya kita mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an atau hadits. []SUMBER: DETIK

12 Adab Muslim dalam Kehidupan Sehari-hari yang Harus Diketahui

ISLAM bukan hanya mengatur adab. Tapi juga manner. Setiap sendi kehidupan diatur sedemikian rupa. Dan ternyata, ada banyak etika dan adab dalam Islam sehari-hari dalam kehidupan ini. Luar biasa.Etika dan Adab adalah akhlak mulia dalam bentuk sikap tingkah laku, tabiat, kebiasaan dan pada intinya, adab dan etika adalah perilaku yang menunjukkan kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, kesantunan akhlak untuk mendidik diri sendiri agar menjadi orang yang paham aturan dan bertanggungjawab.Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu dunia. Namun, dalam proses menuntut ilmu, terdapat etika dan adab yang harus dijaga.BACA JUGA: Ini Adab Setelah JimaRasullah ﷺ bersabda:طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍBerikut ini adalah beberapa etika dan adab yang perlu diperhatikan dalam menuntut ilmu menurut ajaran Islam dalam kitab ta’limul muta’alim:1. Etika dan Adab dalam Islam: Niat yang IkhlasSetiap aktivitas dalam Islam dimulai dengan niat yang ikhlas. Dalam menuntut ilmu, niatkan untuk mencari keridhaan Allah dan untuk mendapatkan manfaat yang dapat digunakan untuk kebaikan umat. Niat yang ikhlas akan membuat proses menuntut ilmu lebih berkah dan bermanfaat.2. Etika dan Adab dalam Islam: Menghormati GuruGuru adalah sumber ilmu, dan menghormati mereka adalah bagian dari adab yang sangat ditekankan dalam Islam. Berbicaralah dengan sopan, dengarkan dengan penuh perhatian, dan taati nasihat mereka. Ingatlah bahwa keberkahan ilmu sering kali datang melalui penghormatan kepada guru.3. Etika dan Adab dalam Islam: Berdoa untuk Kemudahan Memahami IlmuSebelum memulai belajar, biasakan untuk berdoa agar Allah memberikan kemudahan dalam memahami ilmu yang akan dipelajari. Doa ini menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah dan berharap agar diberi pemahaman yang benar.4. Etika dan Adab dalam Islam: Menjaga Kebersihan dan KerapihanKebersihan adalah bagian dari iman. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan belajar adalah adab penting dalam menuntut ilmu. Lingkungan yang bersih dan rapi akan membantu konsentrasi dan kenyamanan dalam belajar.5. Etika dan Adab dalam Islam: Disiplin dan KonsistenMenuntut ilmu memerlukan kedisiplinan dan konsistensi. Jadwalkan waktu khusus setiap hari untuk belajar, dan patuhi jadwal tersebut dengan baik. Konsistensi akan membantu Anda menguasai ilmu secara bertahap dan mendalam.6. Etika dan Adab dalam Islam: Berakhlak MuliaMenuntut ilmu tidak hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang memperbaiki akhlak. Selalu berusaha untuk bersikap jujur, sabar, rendah hati, dan menghormati orang lain. Akhlak mulia akan memperindah ilmu yang Anda miliki dan membuatnya lebih bermanfaat.7. Etika dan Adab dalam Islam: Berbagi Ilmu dengan Orang LainIlmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibagikan. Setelah mempelajari sesuatu, usahakan untuk mengajarkannya kepada orang lain. Ini tidak hanya akan membantu Anda mengingat dan memahami ilmu tersebut dengan lebih baik, tetapi juga memberi manfaat kepada orang lain.8. Etika dan Adab dalam Islam: Menghindari Sifat SombongKesombongan adalah penyakit hati yang harus dihindari. Ingatlah bahwa ilmu yang kita miliki adalah karunia dari Allah, dan selalu ada lebih banyak hal yang belum kita ketahui. Tetap rendah hati dan terbuka untuk belajar dari siapa saja dan di mana saja.9. Etika dan Adab dalam Islam: Menerapkan Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hariIlmu yang tidak diamalkan akan kehilangan keberkahannya. Usahakan untuk menerapkan ilmu yang telah Anda pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika Anda belajar tentang etika berbicara, usahakan untuk selalu berbicara dengan sopan dan jujur.10. Etika dan Adab dalam Islam: Membaca dan Menulis dengan TelitiDalam proses menuntut ilmu, biasakan untuk membaca dan menulis dengan teliti. Membaca dengan teliti akan membantu pemahaman yang lebih baik, sementara menulis dengan rapi akan memudahkan Anda dalam mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari.11. Etika dan Adab dalam Islam: Sabar dan Tidak Mudah MenyerahMenuntut ilmu sering kali membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Oleh karena itu, kesabaran adalah kunci utama. Jangan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. Teruslah berusaha dan berdoa agar diberi kemudahan oleh Allah.12. Etika dan Adab dalam Islam: Menjaga Silaturahmi dengan Sesama Penuntut IlmuMenjaga hubungan baik dengan sesama penuntut ilmu adalah bagian dari adab yang penting. Saling berbagi ilmu, membantu satu sama lain, dan berdiskusi tentang hal-hal yang dipelajari akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan bermanfaat.BACA JUGA: Diatur dalam Islam, Inilah 5 Adab Meludah bagi Seorang MuslimDengan menerapkan etika dan adab ini, proses menuntut ilmu akan menjadi lebih berkah dan bermanfaat. Ingatlah selalu bahwa ilmu adalah cahaya yang harus dijaga dan diamalkan dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah memudahkan langkah kita dalam menuntut ilmu dan menjadikannya sebagai jalan untuk meraih ridha-Nya.Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”).Dari hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwasannya dengan kita berakhlak baik maka otomatis iman kita menjadi sempurna.Oleh sebab itu, marilah kita mempunyai ilmu dengan didasari adab yang baik untuk mencapai iman yang sempurna, karena setinggi-tingginya ilmu tanpa disertai adab, ilmu tersebut tidak akan bernilai.REDAKTUR: SALIS NURUL SHALEHAH | CENDEKIA.OR.ID

Hiruk Pikuk Urusan Pilpres, Jangan Lupakan 5 Adab Bernegara

Prinsipnya, di mana saja berada, setiap muslim diwajibkan menjadi manusia yang baik, maka, sepatutnya, memiliih presiden yang memiliki worldview (pandangan hidup) yang benar Oleh: Dr. Adian Husaini Hidayatullah.com | SETELAH dilakukan tiga kali debat capres-cawapres, suasana pertarungan antar calon di media sosial semakin terasa memanas. Perdebatan di berbagai group WA terjadi juga di kalangan tokoh, kiai, juga ustadz. Sampai-sampai ada yang menyarankan agar ustadz tidak perlu terlibat dalam dukung-mendukung capres-cawapres. Tapi, pendapat ini pun disanggah. Kita percaya, para elite bangsa yang sedang terlibat dalam kontestasi pilpres kali ini, tetap memiliki niat baik untuk menjaga kerukunan dan keutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia. Dikotomi “cebong” dan “kampret” disepakati tidak muncul lagi dalam perhelatan besar tahun 2024 ini. Alhamdulillah, harapan itu cukup terkabul. Sejumlah ulama dan lembaga Islam sudah mengumumkan pilihan mereka. Tetapi, ormas-ormas Islam besar, seperti NU, Muhammadiyah, Persis, al-Washliyah, Hidayatullah, PUI, DDII, dan sebagainya — secara resmi kelembagaan — memilih untuk tidak memberikan dukungan terhadap capres tertentu. Mereka menyerahkan kepada masing-masing anggotanya untuk menentukan pilihan, meskipun ada panduan-panduan yang bisa ditafsirkan mengarah kepada capres tertentu. Dalam situasi seperti ini, kita berharap para tokoh umat Islam tetap memberikan keteladanan dalam adab bernegara. Prinsipnya, adalah bagaimana memahami dan menyikapi segala sesuatu sesuai dengan harkat dan martabat yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Pertama, memilih calon pemimpin terbaik, sesuai panduan Islam. Yakni, pemimpin yang paling mendekati sifat-sifat kenabian: jujur (siddiq), terpercaya (amanah), cerdas (fathanah), dan pejuang (tabligh). Mungkin pengenalan masing-masing orang berbeda-beda terhadap sang capres/cawapres, tergantung informasi yang diterimanya. Yang penting, bukan memilih karena kepentingan pribadi atau kelompok, tetapi memilih karena sang calon adalah yang terbaik. Lebih baik lagi, sebelum menjatuhkan pilihan, meminta petunjuk kepada Allah dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Kedua, menempatkan presiden/wakil presiden pada porsinya secara adil dan beradab; tidak berharap terlalu berlebihan kepada presiden mendatang dan juga tidak mengecilkan peran strategis presiden dalam melakukan perbaikan masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia adalah negara demokrasi yang telah membagi-bagi kekuasaan pada banyak pihak; berbeda dengan sistem kerajaan, kekaisaran, keemiratan, atau kekhalifahan. Ketiga, menjaga peran ulama dan para cendekiawan sebagai kekuatan pengawal, pengarah, dan pengontrol jalannya kekuasaan agar sesuai dengan amanah konstitusi. Jangan sampai para ulama, semuanya, terkooptasi oleh penguasa, sehingga fungsi amar ma’ruh nahi munkar tidak berjalan dengan baik. Dalam hal ini, ormas-ormas Islam bisa memainkan perannya, sebagai lembaga perumus konsep-konsep ideal dan penyedia kader-kader negarawan yang unggul. Keempat, menempatkan Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai Satu-satunya Yang berhak mendapatkan loyalitas tertinggi. Jangan menempatkan presiden melebihi Tuhan, sehingga semua kata-kata dan kebijakannya disamakan posisinya seperti wahyu Tuhan.  Secara konstitusional, Pembukaan UUD 1945 sudah memberikan panduan bernegara: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur…” Juga ditegaskan: “…maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa…”. Kelima, tugas terpenting presiden adalah menjaga dan menguatkan iman, taqwa, dan akhlak masyarakat, agar mereka selamat-sejahtera dunia-akhirat. Presiden berkewajiban memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, seperti: ibadah, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Jadi, jangan mengecilkan kedudukan aspek keimanan, ibadah dan akhlak mulia. Ibadah adalah kebutuhan jiwa manusia yang paling mendasar, sebab untuk itulah manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. *** Kita maklum, lima adab bernegara itu tidaklah mudah untuk dipahami dan diamalkan. Apalagi, dalam iklim kehidupan yang serba sekular dan materialistik. Tapi, besarnya tantangan itulah yang menentukan kualitas seorang Presiden dan juga rakyat Indonesia dalam pandangan Allah SWT. Bagaimana pun, presiden adalah hamba Allah dan akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh kepemimpinannya. Rakyat pun akan dimintai pertanggungjawaban atas kewajibannya mentaati pemimpin dan memberikan nasehat-nasehat yang baik.Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Yang penting, ada nilai-nilai ideal yang harus terus diperjuangkan. Dengan prinsip ini, kita insyaAllah bisa menjadi manusia yang baik,  meskipun tidak seluruh aturan dan lingkungan kehidupan sesuai dengan ajaran-ajaran Allah. Sebab, pada prinsipnya, di mana saja berada, setiap muslim diwajibkan menjadi manusia yang baik. Maka, sepatutnya, sang presiden memiliki worldview (pandangan hidup) yang benar. Misalnya, meskipun peraturan perundang-undangan negara belum secara resmi melarang dan menjadikan seluruh bentuk perzinahan sebagai satu tindakan kriminal, pandangan dan keyakinan sang presiden dan kita semua sebagai muslim, tidak boleh berubah, bahwa zina adalah perbuatan haram. Bagi umat Islam, dalam sistem negara Indonesia seperti sekarang, siapa pun Presidennya 2024 nanti, kita tetap berpeluang dan wajib berjuang menjadi manusia yang baik (manusia yang taqwa). Sebab, siapa pun presidennya, yang diminta pertanggungjawaban adalah amal perbuatan kita. Kepada para pemimpin, tanggung jawab kita adalah menyampaikan nasehat dengan cara-cara yang bijak. Semoga Allah kita semua terlindung dari sikap angkuh dan membangkang terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Semoga kita TIDAK mengikuti jejak Iblis. AMIN.*/Depok, 5 Januari 2024 Penulis Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII)

Khutbah Jumat: Pentingnya Etika dalam Kehidupan

Tak ada suatu pemberian seorang ayah pada anaknya lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik dan etika dalam kehidupan, inilah petikan khutbah Jumat kali ini Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil Hidayatullah.com | TIDAK peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab. Adab baikmu mencukupimu dari nasab, begitu kata Ali Bin Abi Thalib Radhiallahuanhu. Di bawah ini naskah lengkap khutbah Jumat kali ini; Khutbah Jumat Pertama إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pernah menulis sebuah buku berjudul Adabul Alim Wal Muta’allim. Pada mukadimah buku ada sebuah kisah tentang Imam Syafi’i yang ditanya mengenai etika. “Bagaimana keseriusan anda dalam mempelajari etika?” Imam Syafi’i menjawab, “Ketika aku mendengar satu hal tentang etika, maka seluruh anggota badanku merasakan nikmat atas hal itu.” Beliau ditanya kembali, “Bagaimana pencarian anda terhadap etika?” Imam Syafi’i mengatakan, “Aku mencari ilmu etika seperti seorang ibu yang mencari anak semata wayangnya yang hilang.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam bahasa Arab etika sering diistilahkan dengan adab. Mengingat pentingnya kedudukan adab dalam kehidupan setiap insan, banyak para ulama menulis mengenai adab-adab dalam aktifitas seorang muslim. Mulai bangun tidur sampai kembali tidur, tidak ada yang luput dari ajaran adab yang diajarkan oleh Sayiduna wa Maulana Muhammad ﷺ. Bagi umat Islam, sumber adab ada dalam dua hal : Al-Quran dan Sunah Nabawiyah. Ada banyak ayat Al-Quran yang mengajarkan adab, di antaranya firman Allah SWT : اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. an-Nahl : 90) Allah SWT juga berfirman : لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab : 21) Ibrahim al-Harbi berkata, “Sepatutnya bagi setiap orang yang jika mendengar salah satu dari adab ajaran Nabi Muhammad ﷺ, hendaknya ia berpegang teguh dengannya.” Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT Mengingat pentingnya adab sehingga Rasulullah ﷺ menjadikannya sebagai kado terindah bagi seorang anak dari orang tuanya. Beliau bersabda : مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik.” (HR. Tirmizi) Keutamaan adab bisa kita temukan dari keterangan-keterangan yang ditulis oleh Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith. Pertama, Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa diri beliau dididik dengan penekanan adab, langsung oleh Allah SWT : أَدَّبَنِى رَبِّى فَأَحْسَنَ تَأْدِيْـبِى “Tuhanku telah mendidikku, maka ia menjadikan pendidikanku menjadi baik.” (HR. Ibnu Hibban) Sehubungan dengan adab, Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata : كن ابن من شئت واكتسب أدباً، يُغْنِيكَ مَحْمُودُهُ عَنِ النَّسَبِ إِنَّ الفتى من يقول ها أنا ذا، ليسَ الفَتَى مَنْ يقولُ كان أبي “Tidak peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab. Adab baikmu mencukupimu dari nasab. Pemuda sejati akan berkata, “Inilah aku!” Bukan pemuda yang berbangga dengan nasab dan berkata, “Inilah ayahku…” Kedua, meremehkan adab atau etika dalam bertindak dan bertutur kata menyebabkan seseorang jatuh dalam perbuatan tercela. Abdullah bin Mubarak mengatakan : من تهاون بالأدب عوقب بحرمان السنن، ومن تهاون بالسنن عوقب بحرمان الفرائض، ومن تهاون بالفرائض عوقب بحرمان المعرفة “Siapa yang meremehkan adab, akan dihukum dengan terhalang dari melakukan kesunahan. Siapa yang meremehkan sunah, akan dihukum dengan terhalangi dari melakukan yang wajib. Siapa yang meremehkan yang wajib, akan dihukum dengan terhalangi dari mengenal Allah SWT.” Ma’asyiral Muslimin Jaaah Shalat Jumat Hafidzakumullah Ketiga, mendahulukan adab lebih diutamakan sebelum mempelajari suatu ilmu. Ilmu tanpa adab mengakibatkan hilangkan berkah darinya. Dikisahkan oleh Imam Syafi’i bahwa beliau pernah dinasehati oleh gurunya Imam Malik, “Wahai Muhammad, jadikanlah ilmumu seperti garam dan adabmu seperti tepung.” Tentang keutamaan adab juga, dikisahkan oleh Abdurrahman bin Qasim, “Aku berkhidmat kepada Imam Malik selama dua puluh tahun. Dua tahun aku mempelajari ilmu, sedangkan delapan belas tahun aku mempelajari adab. ungguh aku menyesal, andai saja semua waktu itu aku jadikan untuk mempelajari adab.” Dari uraian di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kehidupan umat Islam tidak boleh lepas dari tuntunan adab agar bisa menjadi manusia yang beradab. Adab harus kita hadirkan dalam perilaku kita sebagai apa pun. Sebagai pejabat, masyarakat biasa, pengusaha, guru, calon pemimpin dan lain sebagainya. Semoga dengan adab yang baik, akan lahir generasi berakhlak mulia yang untuk satu hal ini, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad ﷺ. Jangan abaikan dan remehkan adab. Mari beradab dalam segala situasi dan kondisi. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah Jumat Kedua اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ   أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ   اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.hidayatullah.com. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang