Tag:
aceh
Mediaislam.id
Tiap Hari Wisatawan Asing Kunjungi Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Banda Aceh (MediaIslam.id) – Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh yang menjadi ikon daerah ternyata selalu dikunjungi oleh wisatawan asing dari berbagai negara. Apalagi saat momengum Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatra Utara saat ini.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Pengelola Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Mukhtar, mengatakan setiap harinya selalu ada wisatawan asing yang berkunjung.
Namun diakuinya, UPTD Pengelola Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh memang tidak melakukan pencatatan dan perekapan data kunjungan wisatawan asing secara khusus.
“Namun, kami punya grup WA (WhatsApp) yang melaporkan jika ada kunjungan wisatawan asing. Yang melaporkan petugas di pintu masuk penitipan sandal,” kata Mukhtar di Banda Aceh, Sabtu (14/09) seperti dilansir ANTARA.
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh memiliki enam pintu masuk, dan satu di antaranya berada di lantai bawah tanah (basement).
“Jadi petugas lapor di grup WA, ini ada turis mau berkunjung. Kalau non-muslim kami siapkan busana khusus dan mereka memang tidak diperbolehkan masuk ke dalam masjid,” katanya.
Namun, kata dia, mereka diperkenankan berkeliling di seputar areal dan pelataran masjid, termasuk menikmati pemandangan dari atas menara, serta telah disiapkan pemandu jika mereka menginginkan.
“Yang tidak boleh masuk (non-muslim, red) hanya di dalam masjid. Kami layani dengan baik, untuk non-muslim disiapkan busana (menutup aurat). Perlu pemandu, kami ada akan diarahkan dan dijelaskan,” kata Mukhtar.
Bersamaan dengan pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatra Utara 2024, masjid yang dibangun pada tahun 1612 atau 1022 H di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh Darussalam itu juga semakin ramai dikunjungi wisatawan, termasuk turis asing.
“Selama PON ini juga ramai (pengunjung, red.), ada juga dari turis asing. Ada lah kalau lima orang per hari. Macam-macam, ada dari Jerman, Afrika, Arab, kemudian Asia macam China, Jepang, Malaysia. Kalau dari Malaysia boleh dibilang tiap hari ada,” kata Mukhtar.[]
Hidayatullah.com
Hindari Pelecehan, Ulama Aceh Usulkan Lembaga Pengawasan di Pesantren
Hidayatullah.com—Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk Faisal Ali alias Abu Faisal, mendesak Pemerintah Aceh untuk menghadirkan lembaga pengawasan bagi guru agama untuk menghidari pelecehan seksual di dayah atau pondok pesantren.Lembaga tersebut bertugas mencari tahu rekam jejak dari setiap pengajar di Aceh. Hal ini merujuk pada maraknya pelecehan seksual terhadap pelajar di tingkat dayah oleh sejumlah oknum guru agama.
“Kehadiran lembaga pengawasan guru tersebut juga untuk meminimalisir kasus-kasus kekerasan, tidak hanya dalam konteks seksual, tapi juga kekerasan fisik lainnya,” kata Abu Faisal hari Ahad, 4 Agustus 2024.
Selama ini, kata Abu Faisal, di Pemerintah belum ada lembaga atau suatu kebijakan yang mengawasi dan membina guru agama. Sehingga, ini perlu dibuat untuk lebih memastikan kredibilitas seorang pengajar.
“Misalnya, Tgk, Kiayi atau lainnya itu selama ini dimana mereka menimba ilmu,” kata Abu Faisal.
Menurut Abu Faisal jika seorang guru telah memiliki legalitas agama atau rekam jejak, baru boleh diberikan izin untuk membuka balai pengajian. Sebab, selama ini terlalu bebas dan perlu diawasi.
“Termasuk MPU (tidak ada pengawasan), karena tidak ada kewenangan dan landasan apapun. Sehingga seseorang dengan mudah membuka balai pengajian atau sekolah boarding,” kata dia.
Ulama Aceh ini meminta masyarakat perlu melihat kembali rekam jejak sebuah balai pengajaran agama yang akan dijadikan untuk pendidikan, jangan hanya dilihat dari fasilitas balai itu saja yang lengkap, namun juga perlu melihat rekam jejak pengajar.* ajnn
Mediaislam.id
Pemprov Aceh Luncurkan Program GETBA untuk Siswa SMA
Banda Aceh (MediaIslam.id) – Pemerintah Provinsi Aceh meluncurkan program Gerakan Tuntas Baca Qur’an (Getba) pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) sederajat di seluruh wilayah Aceh.
“Al-Qur’an adalah ibu dari segala ilmu, jadi sudah sepatutnya mengawali aktivitas belajar dengan membaca Al-Qur’an,” kata Pj Gubernur Aceh, Bustami Hamzah, saat meluncurkan program Gerakan Tuntas Baca Qur’an di di SMA Negeri 11 Kota Banda Aceh, Selasa (23/07/2024)
Program yang digagas Kementerian Agama itu mewajibkan seluruh siswa untuk mengawali kegiatan sekolah dengan membaca Al-Qur’an selama 15 menit, sebelum aktivitas belajar mengajar dimulai.
Bustami mengatakan, membaca Al-Qur’an sebelum memulai aktivitas merupakan tradisi dan budaya masyarakat Aceh. Maka, program ini berguna untuk menghidupkan kembali maupun melestarikan tradisi yang sudah ada.
Menurutnya, semangat mengaji bagi masyarakat Aceh sekarang ini tidak lagi sama seperti masa lalu. Seiring dengan berkembangnya kemajuan zaman, mengaji yang seharusnya merupakan tradisi terutama usai shalat magrib, kini mulai berkurang di Aceh.
“Arus modernisasi zaman dan perkembangan teknologi informasi telah melahirkan pergeseran budaya, kultur dan tradisi masyarakat kita, sehingga muncul perubahan sosial yang berimbas dengan tergerusnya budaya lokal,” ujar Bustami seperti dilansir ANTARA.
Karena itu, Bustami menyambut baik upaya kolektif yang digagas oleh Kemenag RI melalui program Getba yang dimulai dengan 15 menit bersama Al-Qur’an tersebut.
Pada kesempatan itu, dirinya juga mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat Aceh untuk terus perkuat tradisi mengaji setelah magrib di mushala atau masjid, maupun di rumah sendiri.
“Insyaallah, semoga generasi muda dan masyarakat kita secara umum akan semakin dekat dengan Al-Qur’an, dan akan mengundang turunnya keberkahan dan rahmat dari Allah SWT untuk Aceh yang kita cintai ini,” kata Bustami.[]
Mediaislam.id
Layanan Kesehatan dan Bantuan Kemanusiaan MER-C untuk Pengungsi Rohingya di Aceh
Aceh (Mediaislam.id) – MER-C Indonesia mengadakan pelayanan kesehatan serta penyaluran bantuan kemanusiaan bagi ratusan pengungsi Rohingya di Aceh pada Sabtu lalu (13/7/2024).
Kordinator MER-C Aceh Ira Hadiati mengatakan, program bantuan dan layanan kesehatan ini dilakukan karena masih banyak pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh dengan kondisi memprihatinkan.
“Terlepas dari masalah politik atau isu internasional tentang manusia kapal ini, MER-C selaku lembaga kemanusiaan yang bersifat netral tergerak untuk ikut serta menangani masalah ini. MER-C sendiri sudah pernah terjun langsung ke Rakhine, Myanmar, saat membangun Rumah Sakit Indonesia, jadi tahu bagaimana kondisi mereka di sana,” ujar Ira dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (17/7/2024).
Terkait program bantuan lebih lanjut untuk pengungsi Rohingya ini, Ira mengatakan akan berkoordinasi dengan jajaran Presidium MER-C di Jakarta.
Layanan kesehatan dilakukan oleh relawan dari MER-C Cabang Medan yang terdiri dari dua dokter umum yaitu dr. Miftahul Masruri sebagai Koordinator Lapangan dan dr. Aulia Rachman, tiga perawat Ade Andrian, S.Kep, Ns, M.Kep, Aspri Darmawan, S.Kep, Ns dan Bima Anggara, S.Kep serta satu dokter muda Norman Hakim, S.Ked.
Kordinator Lapangan untuk pelayanan kesehatan pengungsi Rohingya, dr. Miftahul, mengatakan tim mendapati para pengungsi banyak mengalami penyakit kulit dan pernafasan karena kondisi lingkungan memang kurang bersih, di mana satu tempat pengungsian diisi oleh ratusan orang.
“Para pengungsi sendiri menyambut hangat kedatangan Tim MER-C, karena memang mereka mengharapkan adanya bantuan. Kami sendiri tadi cukup kewalahan karena memang hampir semua ingin berobat dan hampir semua dari anak-anak hingga dewasa mengalami penyakit kulit atau pencernaan,” ujarnya.
dr. Miftahul mengungkap, sudah ada tim medis yang memang ditugaskan untuk memberikan pelayanan bagi pengungsi Rohingya. Mereka bertugas dalam tiga shift dari Senin-Jumat, jadi saat relawan MER-C datang tim yang biasa bertugas sedang libur.
Selain memberikan pelayanan kesehatan, relawan MER-C bersama Fakultas Bisnis Islam UIN Ar-Raniry juga membagikan bantuan berupa sembako dan obat-obatan, bantuan paket higienis untuk dewasa dan anak-anak yang berisi sikat gigi, handuk, sabun mandi, shampoo, serta pakaian bayi dan makanan tambahan untuk anak-anak, dengan total 237 paket.
MER-C juga menyerahkan bantuan 7 buah kipas angin agar sirkulasi udara di pengungsian bisa lebih baik, serta peralatan ibadah seperti iqra dan Al Quran, mukenah, sarung, dan buku pengayaan agama.
Saat ini para pengungsi membutuhkan fasilitas sanitasi yang lebih baik, karena yang ada sekarang masih belum memadai.
PBB menggambarkan etnis Rohingya sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia dan kelompok hak asasi manusia menyebut mereka menghadapi genosida.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, meninggalkan Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras pada Agustus 2017, sehingga menambah jumlah pengungsi Rohingya di Bangladesh menjadi lebih dari 1,2 juta orang.
Setiap tahun, ribuan warga Rohingya juga meninggalkan Myanmar, mempertaruhkan nyawa dalam perjalanan laut yang panjang dengan kondisi kapal yang buruk, untuk bisa mencapai Malaysia atau Indonesia. [ ]
Suaraislam.id
MER-C Adakan Layanan Kesehatan untuk Pengungsi Rohingya di Aceh
Aceh (SI Online) – MER-C Indonesia mengadakan pelayanan kesehatan serta penyaluran bantuan kemanusiaan bagi ratusan pengungsi Rohingya di Aceh pada Sabtu lalu (13/7/2024).Koordinator MER-C Aceh Ira Hadiati mengatakan, program bantuan dan layanan kesehatan ini dilakukan karena masih banyak pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh dengan kondisi memprihatinkan.“Terlepas dari masalah politik atau isu internasional tentang manusia kapal ini, MER-C selaku lembaga kemanusiaan yang bersifat netral tergerak untuk ikut serta menangani masalah ini. MER-C sendiri sudah pernah terjun langsung ke Rakhine, Myanmar, saat membangun Rumah Sakit Indonesia, jadi tahu bagaimana kondisi mereka di sana,” ujar Ira dalam pernyataan tertulisnya kepada Suara Islam, Rabu (17/7/2024).Terkait program bantuan lebih lanjut untuk pengungsi Rohingya ini, Ira mengatakan akan berkoordinasi dengan jajaran Presidium MER-C di Jakarta.Layanan kesehatan dilakukan oleh relawan dari MER-C Cabang Medan yang terdiri dari dua dokter umum yaitu dr. Miftahul Masruri sebagai Koordinator Lapangan dan dr. Aulia Rachman, tiga perawat Ade Andrian, S.Kep, Ns, M.Kep, Aspri Darmawan, S.Kep, Ns dan Bima Anggara, S.Kep serta satu dokter muda Norman Hakim, S.Ked.Kordinator Lapangan untuk pelayanan kesehatan pengungsi Rohingya, dr. Miftahul, mengatakan tim mendapati para pengungsi banyak mengalami penyakit kulit dan pernafasan karena kondisi lingkungan memang kurang bersih, di mana satu tempat pengungsian diisi oleh ratusan orang.“Para pengungsi sendiri menyambut hangat kedatangan Tim MER-C, karena memang mereka mengharapkan adanya bantuan. Kami sendiri tadi cukup kewalahan karena memang hampir semua ingin berobat dan hampir semua dari anak-anak hingga dewasa mengalami penyakit kulit atau pencernaan,” ujarnya.dr. Miftahul mengungkap, sudah ada tim medis yang memang ditugaskan untuk memberikan pelayanan bagi pengungsi Rohingya. Mereka bertugas dalam tiga shift dari Senin-Jumat, jadi saat relawan MER-C datang tim yang biasa bertugas sedang libur.Selain memberikan pelayanan kesehatan, relawan MER-C bersama Fakultas Bisnis Islam UIN Ar-Raniry juga membagikan bantuan berupa sembako dan obat-obatan, bantuan paket higienis untuk dewasa dan anak-anak yang berisi sikat gigi, handuk, sabun mandi, shampoo, serta pakaian bayi dan makanan tambahan untuk anak-anak, dengan total 237 paket.MER-C juga menyerahkan bantuan 7 buah kipas angin agar sirkulasi udara di pengungsian bisa lebih baik, serta peralatan ibadah seperti iqra dan Al Quran, mukenah, sarung, dan buku pengayaan agama.Saat ini para pengungsi membutuhkan fasilitas sanitasi yang lebih baik, karena yang ada sekarang masih belum memadai.PBB menggambarkan etnis Rohingya sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia dan kelompok hak asasi manusia menyebut mereka menghadapi genosida.Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, meninggalkan Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras pada Agustus 2017, sehingga menambah jumlah pengungsi Rohingya di Bangladesh menjadi lebih dari 1,2 juta orang.Setiap tahun, ribuan warga Rohingya juga meninggalkan Myanmar, mempertaruhkan nyawa dalam perjalanan laut yang panjang dengan kondisi kapal yang buruk, untuk bisa mencapai Malaysia atau Indonesia.red: adhila
Suaraislam.id
Jelang Pelaksanaan PON 2024, MPU Sampaikan 12 Poin Taushiyah terkait Kekhususan Aceh
Banda Aceh (SI Online) – Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh menyerahkan Taushiyah Nomor 5 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut kepada Pemerintah Aceh untuk dapat diterapkan dalam kegiatan nasional tersebut.“Terima kasih telah diberi masukan pelaksanaan PON, kita terus mengedukasi tamu memberikan pengertian bahwa Aceh ini syariat Islam, Islam itu rahmatan lilalamin,” kata Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Bustami Hamzah, di Banda Aceh, Sabtu (06/07/2024) seperti dilansir ANTARA.Pernyataan itu disampaikan Bustami Hamzah usai menerima Taushiyah Nomor 5 Tahun 2024 tentang pelaksanaan PON dari Ketua MPU Aceh Tgk Faisal Ali alias Lem Faisal, di kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh.Bustami menyampaikan Taushiyah MPU Aceh tersebut memiliki 12 poin, salah satunya memuat tentang permintaan agar Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota sebagai panitia penyelenggara serta masyarakat untuk mewujudkan PON XXI sebagai sarana yang mengangkat martabat kekhususan dan keistimewaan Aceh di bidang syariat Islam.Ia menegaskan selama perhelatan PON nantinya pada pendatang atau tamu dari luar Aceh akan melihat bagaimana penerapan syariat Islam di Aceh.Bustami berharap Taushiyah MPU Aceh tentang pelaksanaan PON ini bisa menjadi panduan dalam melangkah ke depan, khususnya dalam aspek-aspek penerapan syariat Islam di Aceh.“Walaupun ada yang berbeda keyakinan, tapi kita saling menghargai. Saya berharap tamu dengan berbeda keyakinan itu juga bisa dilayani dengan baik,” ujar Bustami.Sementara itu Ketua MPU Aceh Lem Faisal menyatakan Taushiyah tersebut dikeluarkan sebagai sumbangsih MPU Aceh dalam menyukseskan PON XXI, khususnya di Aceh.Ia menyebutkan Taushiyah itu juga memuat permintaan kepada pemerintah serta pelaku usaha kuliner dapat menjaga transparansi harga, menyediakan makanan halal yang higienis serta memperhatikan prinsip syariat Islam.“Kalau kita melibatkan pihak swasta dalam bidang konsumsi, kita harapkan untuk menyediakan makanan halal,” ucapnya.Berikut isi 12 poin Taushiyah MPU Aceh Nomor 5 Tahun 2024 tentang PON XXI Aceh-Sumut 2024.Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota sebagai panitia penyelenggara serta masyarakat Aceh diminta untuk mewujudkan PON XXI 2024 sebagai sarana yang mengangkat martabat kekhususan dan keistimewaan Aceh di bidang syariat Islam dan peran ulama, pendidikan dan adat Aceh.Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota diminta untuk menyediakan sarana, fasilitas ibadah (muadzin dan imam), dan sanitasi yang memadai, Islami dan nyaman pada tempat pelaksanaan kegiatan PON XXI 2024,Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota sebagai panitia penyelenggara PON XXI tahun 2024 untuk melibatkan pengusaha lokal dalam menyukseskan PON XXI 2024.Pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat diminta untuk menjaga keamanan dan ketertiban serta stabilitas sosial sebagai wujud menjaga marwah orang Aceh.Pemerintah Aceh, pemerintah kabupaten/kota dan panitia pelaksana PON XXI tahun 2024 agar menempatkan para atlet, tamu, dan penonton sesuai dengan jenis kelamin masing masing (laki-laki dan perempuan) di tempat-tempat pelaksanaan kegiatan dan penginapan.Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota diminta untuk melakukan penataan fasilitas umum dan objek destinasi wisata lainnya yang bernilai estetika dengan menampilkan atribut dan simbol-simbol syariat Islam dan adat Aceh.Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota dan pelaku usaha kuliner diminta untuk menjaga transparansi harga, menyediakan makanan yang higienis serta memperhatikan prinsip-prinsip syariat Islam.Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota diminta untuk menciptakan arena PON XXI tahun 2024 yang bersih, indah dan tertib serta ramah anak, perempuan dan penyandang disabilitas.Pelaku usaha, jasa dan masyarakat diharapkan untuk menjaga stabilitas harga dan tidak mempermainkan harga barang dan jasa di luar ketentuan yang berlaku.Masyarakat diminta agar menghormati dan memberikan pelayanan kepada atlet dan tamu dengan ramah, sopan dan santun sebagaimana kultur orang Aceh peumulia jamee adat geutanyoе (memuliakan tamu adat Aceh).Panitia pelaksana dan peserta PON XXI tahun 2024, serta pengunjung, untuk menjaga ketepatan waktu shalat dan menghargai serta menghormati kearifan lokal Aceh.Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota agar membuat buku panduan buku yang menyampaikan tentang kekhususan dan kearifan lokal Aceh. []
Mediaislam.id
Tujuh Rekomendasi Cagub Aceh ala Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh (MediaIslam.id) – Civitas akademika Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh mengeluarkan tujuh rekomendasi terkait figur calon gubernur Aceh pada Pilkada serentak yang dilaksanakan November 2024 mendatang.
“Rekomendasi ini kita publish, karena yang paling penting sekarang diketahui oleh masyarakat pemilih,” kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USK) Banda Aceh, Mahdi Syahbandir, di Banda Aceh, Kamis (13/06/2024).
Rekomendasi tersebut disimpulkan dalam diskusi ilmiah figur gubernur Aceh pada Pilkada serentak 2024, ‘Perspektif civitas akademika Universitas Syiah Kuala’, yang diselenggarakan FISIP USK, di Banda Aceh.
Adapun tujuh rekomendasi figur calon gubernur Aceh untuk Pilkada 2024 yakni, kandidat tanggap dan serius menangani permasalahan pendidikan, dengan mendorong program afirmasi dalam mewujudkan akses pendidikan yang setara bagi semua kalangan masyarakat, serta mampu menciptakan sinkronisasi seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung fasilitas pendidikan berkualitas di Aceh.
Kemudian, figur gubernur yang mampu memfasilitasi program peningkatan keterampilan (hard skill dan soft skill) peserta didik untuk mendukung peluang kerja yang berubah seiring perkembangan zaman serta peningkatan sertifikasi keahlian kompetensi pendidik dan masyarakat umum, guna mendukung kualitas pendidikan dan daya saing di dunia kerja.
Ketiga, figur yang berani berinisiatif dengan melampaui batas diri dan kelompoknya, cerdas, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi sehingga menjadi landasan untuk mengartikulasikan seluruh kepentingan yang berorientasi pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat Aceh.
Selanjutnya, pemimpin yang mampu memperjuangkan realisasi amanat otonomi khusus Aceh, dalam hal mengatur, mengurus dan membiayai kewenangan kekhususan yang diberikan, serta mengoptimalkan penerapan nilai-nilai syariat Islam secara menyeluruh di Aceh.
Lalu, sosok pemimpin yang inovatif dan fokus untuk menjaga kondusifitas wilayah Aceh, berbasis pada perhatian dan kepedulian kesejahteraan masyarakat Aceh dengan mendukung asas pembangunan berkelanjutan.
Keenam, figur yang bersikap terbuka dengan menerima ide-ide baru yang mampu mendukung sinergisitas keilmuan dan keahlian antar stakeholder di Aceh, serta berkomitmen menjalankan misi, strategi, kebijakan dan program yang solutif, sehingga mampu menjawab tantangan dan isu-isu kritis dalam segala sektor masa depan Aceh lebih baik.
Terakhir, pemimpin yang mempunyai kemampuan koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah Pusat dan memiliki komitmen perencanaan pembangunan Aceh, mengacu pada konsep tata ruang industri strategis nasional dan daerah serta mampu menginisiasi program unggulan demi pengembangan potensi sumber daya di Aceh.
Mahdi berharap, dengan penyebaran informasi terkait rekomendasi tersebut, masyarakat pemilih dapat mengetahui bagaimana penilaian USK terhadap figur gubernur Aceh ke depan.
Rekomendasi itu, lanjut dia, segera diberikan kepada para pimpinan partai di Aceh baik lokal maupun nasional, sehingga bisa menjadi masukan dan pertimbangan ketika mengusulkan kandidat masing-masing.
“Kemudian, ini kita kirim ke DPR Aceh selaku wakil rakyat, dan juga kepada Komisi Independen Pemilihan (KIP) sebagai bahan bagi mereka untuk mengambil suatu keputusan nantinya,” pungkas dia. [ANTARA]
Hidayatullah.com
Prof Hasbi Ash-Shiddieqy, Ulama Nusantara dan Penulis Produktif
Hasbi Ash-Shiddieqy dikenal ulama yang sangat produktif. Sepanjang hidupnya, menulis lebih dari 100 judul buku dalam berbagai disiplin ilmu Islam
“Tengku Hasbi Ash-Shiddiegy juga jelas sangat besar jasanya, karena di tangannyalah terjadi kepesatan sebuah disiplin ilmiah baru di lingkungan ilmu-ilmu keagamaan Islam, yaitu ilmu perbandingan mazhab dalam lingkup Ilmu Fiqh. Ini dapat disaksikan dalam karya-karyanya di bidang itu, hasil memberikan kuliah di Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga di Yogyakarta. Jasa ini besar dalam pengembangan ilmu-ilmu keagamaan Islam, yang boleh dikata mengalami kemacetan di bidang-bidang lain.” (Gus Dur, Mukadimah buku “Hamka di Mata Hati Umat” 1996: 33)
Hidayatullah.com | Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, seorang ulama besar Indonesia, telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia keilmuan Islam. Kepergiannya pada 9 Desember 1975 saat proses perjalanan ibadah haji di Jakarta, menyisakan duka mendalam bagi banyak kalangan. Namun, dedikasi dan karya-karyanya tetap hidup dan memberikan inspirasi bagi banyak orang.
Dalam majalah Panjimas No. 190 (XVII/1976: 15-16) diungkap hal menarik terkait beliau sebagai kenangan terhadap ulama asal Aceh ini dengan tajuk “In Memoriam Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy” sebuah wawancara majalah Panjimas dengan bapak Amelz (Penerbit Bulan Bintang) dan keluarga Hasbi Ash-Shiddieqy.
Produktivitas yang Sulit Tertandingi
Hasbi Ash-Shiddieqy dikenal sebagai ulama yang sangat produktif. Sepanjang hidupnya, beliau telah menulis lebih dari 100 judul buku dalam berbagai disiplin ilmu Islam.
Di antara karya-karyanya, terdapat 9 kitab tafsir, 8 buku hadis, 9 buku ushul fiqih, 29 buku fiqih, 4 buku tauhid, serta 17 risalah untuk para mutawasithin. Bahkan dalam kondisi karantina pun, Hasbi tetap produktif dengan menulis buku “Manasik Haji”.
Salah satu karyanya yang paling menonjol adalah “Tafsir An-Nur” yang terdiri dari 30 juz. Karya ini diakui sebagai salah satu tafsir pertama di Indonesia yang mencerminkan pemikiran modernis yang dikembangkan oleh Al-Imam Muhammad Abduh, serta diperkaya dengan perspektif dari Syekh Musthofa al-Maraghi dan Jamaluddin al-Qasimi.
Pendekatan Keagamaan yang Terbuka
Hasbi memiliki pandangan yang unik dan terbuka dalam memahami ajaran Islam. Menurutnya, kebenaran tidak terkumpul dalam satu mazhab saja, melainkan tersebar di berbagai mazhab. Atas dasar inilah, Hasbi sering kali berani meninggalkan mazhab Syafi’i jika menemukan dalil yang lebih kuat di mazhab lain. Pendekatan ini menunjukkan fleksibilitas dan keterbukaan Hasbi dalam berijtihad.
Dedikasi Seumur Hidup
Hasbi menjalani kehidupan yang sangat disiplin dan didedikasikan untuk ilmu pengetahuan. Setiap pagi setelah shalat subuh, beliau langsung menuju meja tulis untuk menulis hingga pukul tujuh pagi.
Setelah sarapan dan membaca koran, jika tidak ada pekerjaan lain, beliau kembali menulis hingga siang. Bahkan setelah makan siang dan shalat Dzuhur, beliau masih meluangkan waktu untuk membaca atau menulis hingga waktu Ashar, dan melanjutkannya hingga malam hari.
Terkait hal ini, Djamil Latif memberi catatan menarik, “Hasbi lebih banyak jaga dari pada tidur. Ini sejak mudanya. Sejak pagi setelah sholat subuh langsung ke meja tulis, mengarang. Ditulis sendiri atau didikte yang langsung diketik. Sampai jam 7.00. Lalu berkemas kerja dengan sarapan sedikit dan baca koran. Kalau tidak kerja, ngarang terus sampai siang. Sebelum 1955 Hasbi perokok dan pengopi. Bergelas-gelas kopi dan berbungkus rokok penyerta diri bila mengarang. Tahun 1955 dilarang dokter lalu Hasbi menulis tanpa kopi dan rokok. Bahkan lebih produktif. Sesudah makan siang dan shalat dhuhur, Hasbi istirahat sambil baca koran atau majalah, buku atau bahkan menulis juga. Sesudah Ashar, Hasbi menulis sampai Maghrib. Dan menulis lagi sampai jam. 22.00 atau 24.00.”
Kehidupan pribadinya sangat didukung oleh istri tercinta, Tengku Nya Asiyah binti Tengku Haji Anom, yang selalu setia mendampingi. Sebelumnya, Hasbi menikah dengan Khadijah Almahbubah, namun Khadijah meninggal saat melahirkan puteri pertama mereka, Nur Djauharah.
Latar Belakang dan Pendidikan
Lahir pada 10 Maret 1904 di Lhokseumawe, Aceh Utara, Hasbi mendapatkan pendidikan agama pertama kali dari ayahnya, Tengku Al Haj Husen bin Mas’ud, seorang ulama dan qadli.
Beliau kemudian melanjutkan pendidikan di berbagai pesantren dan belajar bahasa Arab dari Syekh Muhammad Ibnu Salim Al Kalali. Pendidikan ini memperkaya pemahaman Hasbi dan membentuk dasar keilmuan yang kokoh.
Karir pendidikan Hasbi juga sangat gemilang. Beliau memimpin berbagai madrasah dan sekolah Islam di Aceh, serta mengajar di Perguruan Tinggi Islam seperti IAIN Yogyakarta.
Dedikasi dan kontribusinya di dunia pendidikan Islam diakui luas, hingga beliau dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari IAIN Yogyakarta.
Terkait jasa-jasanya yang begitu luar biasa, Gus Dur pernah memberi testimony;
“Tengku Hasbi Ash-Shiddiegy juga jelas sangat besar jasanya, karena di tangannyalah terjadi kepesatan sebuah disiplin ilmiah baru di lingkungan ilmu-ilmu keagamaan Islam, yaitu ilmu perbandingan mazhab dalam lingkup Ilmu Fiqh. Ini dapat disaksikan dalam karya-karyanya di bidang itu, hasil memberikan kuliah di Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga di Yogyakarta. Jasa ini besar dalam pengembangan ilmu-ilmu keagamaan Islam, yang boleh dikata mengalami kemacetan di bidang-bidang lain.” (Dalam pengantar buku “Hamka di Mata Hati Umat” 1996: 33).
Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddieqy adalah contoh ulama yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk membaca dan menulis. Karya-karyanya terus memberikan pencerahan dan menjadi referensi penting dalam studi Islam di Indonesia dan dunia.
Dunia ilmu pengetahuan telah kehilangan salah satu pionirnya, namun warisan intelektualnya akan terus hidup dan menginspirasi generasi berikutnya.*/Mahmud Budi Setiawan
Baca juga: Abbas Hassan: Duka Ria Dai Zaman Kolonial Belanda dan Jepang