Makan siang gratis merupakan program pemerintahanan baru, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, rencananya akan dimulai pada 2 Januari 2025 mendatang.
Syaiful Huda, Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyebutka, biaya untuk program makan siang gratis diambil dari anggaran wajib atau mandatory spending dari pendidikan.
Selain untuk makan siang gratis senilai Rp71 triliun, ia juga mengatakan ada dua program quick win di pemerintahan baru yang menggunakan anggaran wajib untuk pendidikan, yaitu program renovasi sekolah senilai Rp21 triliun dan pembangunan sekolah terintegrasi atau unggulan senilai Rp2 triliun. (tempo.co, 6/9/2024).
Sungguh ironis, tanpa pemotongan untuk program makan bergizi gratis sejatinya pendidikan di negeri ini sudah sangat mahal, akibatnya makin banyak anak putus sekolah karena biaya yang sulit dijangkau masyarakat. Makin banyak orang tua yang depresi tidak sanggup membiayai pendidikan. Padahal pendidikan adalah hak setiap individu dan negara wajib untuk memenuhinya.
Sebutlah seperti kisah pilu yang terjadi di Kelurahan Cirimekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Seorang ayah berinisial P mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, Kamis (05/09). Obrolan terakhir sang anak dengan ayahnya soal biaya sekolah diduga membuat sang ayah gelisah hingga nekat mengakhiri hidupnya. (kumparan.com, 5/9/2024).
Publik pun masih ingat bahwa sekitar bulan Mei 2024 lalu muncul wacana kenaikan UKT yang melonjak tinggi sampai 100%. Banyak calon mahasiswa yang terpaksa mundur saat diterima PTN karena tidak mampu membayar UKT kedepannya. Kenaikan ini terang dihadiahi banyak aksi unjuk rasa dari mahasiswa.
Angka anak putus sekolah di Indonesia pun masih tinggi karena pendidikan termasuk barang mewah bagi beberapa orang. Jangkauan rakyat akan pendidikan masih sangat jauh bahkan dengan anggaran triliunan yang diberi. Sekarang malah ingin dipotong demi makan siang gratis?
Apakah penguasa ingin menukar isi kepala dengan isi perut semata? Padahal kita semua tahu bahwa pendidikan adalah hal mendasar untuk rakyat, bukan malah mengedepankan dana makan siang gratis yang berpotensi untuk dikorupsi.
Menjadi rahasia publik bahwa pendidikan di Indonesia jauh dari kata berkualitas sehingga melahirkan banyak bibit remaja yang kejam dengan segala tindakan sadisnya. Seperti kasus yang dikutip dari Kompas.com, 5/9/2024, empat remaja memperkosa dan membunuh seorang gadis penjual balon di Palembang, Sumatera Selatan. Bahkan semua pelaku masih di bawah umur, IS (16), MZ (13), NS (12), dan AS (12).
Belum lagi nasib guru yang tak dihargai sebagai pendidik. Gaji kecil yang mencekik mengharuskan guru mencari kerja tambahan di luar profesinya. Alhasil, performa seorang guru tak lagi stabil dan tidak merasa senang saat mengajar.
Sungguh, gunung es permasalahan makin tinggi tanpa ada solusi pasti. Pendidikan di Indonesia tidak berhasil membangun generasi cemerlang penerus peradaban jika tetap dikelola seperti ini.
Solusi makan siang gratis untuk memenuhi gizi dirasa tidak akan menyelesaikan sengkarutnya dunia pendidikan hari ini, yang ada malah menambah masalah baru karena mengurangi anggaran yang seharusnya dapat digunakan untuk pendidikan guna membangun SDM yang berkualitas.
Sumber Klik disini