Tiga hal itulah yang kini membelit Hasyim Asyari, mantan Ketua KPU. Dalam sidangnya Rabu lalu, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) resmi memecat Hasyim sebagai Ketua KPU. Tuduhannya perbuatan asusila.
Hasyim dinilai menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan melanggar etika. Ia terus menerus merayu seorang wanita penyelenggara pemilu, hingga terjadi hubungan badan. Wanita itu bernama Cindra Aditi tinggal di Den Haag Belanda.
Kelakuan Hasyim yang tidak bisa mengendalikan nafsu syahwatnya ini sebelum diduga terjadi juga pada Hasnaeni. Seorang yang dijuluki wanita emas. DKPP pun sebelumnya telah melakukan peringatan keras kepada Hasyim tentang hubungannya yang mesra dengan Hasnaeni.
Bila Hasnaeni adalah wanita kaya, beda dengan Adisti. Ia adalah wanita biasa warga Indonesia yang tinggal di Belanda. Hasyim menggunakan powernya sebagai ketua KPU dan menggunakan hartanya untuk menjalin hubungan akrab dengan Adisti. Ia mengiming imingi wanita itu dengan memberikan ‘nafkah’ 30 juta sebulan.
Yang banyak disorot masyarakat, Hasyim ini bukanlah orang abangan. Ia adalah santri dan pernah menjabat dalam suatu ormas keagamaan. Ia juga pernah menjadi dosen di UNDIP Semarang.
Yang menggelikan adalah ia pernah menjadi khatib Iduladha bulan lalu di Semarang yang dihadiri oleh presiden. Dan di situ ia bicara tentang nafsu kebinatangan pada manusia yang mesti dihilangkan.
Kata dan perbuatannya tidak sama. Hasyim menyuruh orang menghindari nafsu kebinatangan, tapi ia sendiri melakukannya. Ia menggunakan tahta dan hartanya untuk berselingkuh dengan beberapa wanita. Kelakuan Hasyim ini mengingatkan kita ulah seorang pemimpin kita di zaman kemerdekaan dulu.
Makanya Rasulullah berpesan agar kita hati hati terhadap harta, tahta dan wanita. Rasul berpesan “Ka’ab bin ‘Iyadh telah berkata, aku mendengar Nabi bersabda, “Sesungguhnya bagi setiap umat ada fitnahnya (ujian), dan fitnah bagi umatku adalah masalah harta.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
“Waspadalah dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Karena cobaan yang menimpa Bani Israil pertama kalinya adalah karena sebab godaan wanita.” (HR. Muslim).
“Nanti engkau akan begitu tamak pada kekuasaan. Namun kelak di hari kiamat, engkau akan benar-benar menyesal” (HR. Bukhari)
Maka Rasulullah menganjurkan agar kaum muslim yang diberikan kelebihan harta, agar sering bersedekah. Agar sering menyantuni kaum dhuafa dan miskin. Bila ini tidak dilakukan, maka harta bisa berbelok untuk memuaskan nafsu syahwat manusia.
Tentang wanita, Rasulullah berpesan agar laki laki hati hati terhadap makhluk yang diciptakan Allah indah ini. Kaum pria mesti bisa mengerem syahwatnya. Tidak berduaan dengan wanita di tempat sepi, tidak melihat dengan syahwat adalah beberapa anjuran Nabi untuk menghindari zina. Bila zina telah dilakukan, maka jebollah pertahanan nafsu ini. Pribadi menjadi rusak dan keluarga pun tercoreng.
Kekuasaan mesti digunakan untuk ibadah kepada Allah. Pahlawan Islam Mohammad Al Fatih pernah berpesan bahwa kekuasaan adalah untuk mensyiarkan panji panji agama. Kekuasaan adalah untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar.
Bila hal itu tidak dilakukan, maka kekuasaan akhirnya hanya untuk kepentingan ambisi pribadi. Dan disitulah setan masuk, hingga akhirnya kekuasaan hanya untuk memenuhi syahwat belaka.
Yang menarik, para ulama menyatakan bahwa orang yang sering berbuat dosa besar, dilarang untuk menjadi saksi. Karena ia tidak akan berlaku adil. Dari sinilah tidak heran bila kini masyarakat meragukan hasil pilpres 2024 lalu. Hasyim yang hobinya berselingkuh dengan perempuan lain, diragukan keadilannya dalam penghitungan suara di KPU lalu. Orang yang berani melanggar ketentuan Allah, akan berani pula menipu manusia.
Semoga Allah menghindarkan kita dari penyelewengan harta, tahta dan wanita. Wallahu alimun hakim. []
Nuim Hidayat, Penulis dan Dewan Syura DDII Kota Depok.
Sumber Klik disini