MENGANGKAT bahasan politik terkesan senantiasa erat dengan perebutan kekuasaan, ataupun ada yang berpandangan identik peristiwa yang baru kita lewati, yakni Pemilu 2024. Pemilu telah usai dengan segala hiruk-pikuknya. Berikutnya, gemuruh riuh Pilkada segera menjelang, terbukti dengan bergelantungannya wajah-wajah para calon di pinggir jalan.
Pemilu lalu sangat terasa bagaimana upaya perebutan suara generasi millenial dan gen-z, Pilkada mendatang bisa ditebak sudah pasti juga begitu rupa. Memang tidak bisa dipungkiri, fakta bonus demografi ada di depan mata. Berdasarkan prediksi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada kurun 2030-2040. Fakta ini meniscayakan setiap paslon berlomba meraup suara mereka sebagai golongan mayoritas penduduk.
Namun demikian, tidak sedikit dari gen-z khususnya hari ini yang merasa enggan untuk berpolitik, atau terlibat dalam pembicaran-pembicaraan politik. Hal ini sebenarnya bisa dimaklumi mengingat berbagai fakta rusak sistem perpolitikan kita hari ini. Dari kasus korupsi tiada henti, keculasan para penguasa negeri, perundang-undangan yang tiada berperi, hingga terpampangnya politik oligarki.
Jika ditelisik lebih lanjut, maka akan sampai pada pertanyaan “seberapa pentingkah gen-z melek politik?” Dari sini, perlu kita dudukkan dulu makna politik. Kalau politik dimaknai sebagai upaya untuk memperebutkan kekuasaan semata, sebagaimana selama ini kita telah saksikan, tentu ini tidaklah tepat. Membuat wajar akhirnya banyak yang jengah dan enggan membahas politik, karena yang tergambar adalah berbagai macam kedzalimannya, menghalalkan segala cara untuk kekuasaan semata.
Islam sebagai agama yang sempurna, the way of life, tentu tidak terlewat aturan terkait politik. Politik dalam Islam dimaknai sebagai ri’ayah syu’un al-ummah, pengaturan urusan umat dengan aturan-aturan Islam. Politik ini meliputi berbagai urusan umat, oleh sebab itu semua lini kehidupan erat kaitannya dengan kebijakan politik suatu negara.
Pengaturan politik yang salah tentu akan berdampak besar pada kerusakan di berbagai lini kehidupan. Sebagai contoh, mahalnya kebutuhan pokok, listrik, air, biaya pendidikan, hingga kerusakan pergaulan semuanya adalah hasil dari kebijakan politik hari ini. Oleh sebab itu, perhatian yang besar musti dicurahkan pada pengaturan aspek politik, sistem apa yang melahirkannya. Tidak lain dibutuhkan untuk mampu mewujudkan kehidupan yang lebih baik, tidak hanya penuh dengan kesejahteraan dan kemakmuran, tetapi juga kehidupan mulia dan berlimpah keberkahan dari Rabb semesta alam.
Melek politik penting sekali, bukan hanya oleh gen-z tapi seluruh kaum muslimin. Ini adalah bagian dari kewajiban seorang muslim, satu hasil dari kesadaran akidah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka,” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).
“Barangsiapa yang bangun pagi tetapi dia tidak memikirkan kepentingan umat Islam maka dia bukan umatku (umat Nabi Muhammad ﷺ,” (HR. Muslim).
Jika gen-z dan mayoritas kaum muslimin abai terhadap urusan politik, maka berpotensi pada munculnya bahaya besar bagi mereka. Sebagaimana yang telah kita saksikan bersama, diaturnya urusan umat tidak dengan aturan Islam. Aturan yang melenceng dari fitrah dan tujuan penciptaan manusia.
Sumber Klik disini