Hidayatullah.com– Jajak pendapat terbaru di Malaysia menunjukkan bahwa penduduk di negeri jiran itu masih banyak yang tidak percaya kepada politisi, bahkan kelompok yang paling tidak mereka percayai.
Menurut survei Trust in Professions terbaru, hanya 20 persen responden yang mengatakan politisi bisa dipercaya, peringkat paling buncit. Angka ini satu basis poin lebih tinggi dibandingkan survei edisi tahun 2021 dan di atas rata-rata global yang sebesar 14 persen.
“Politisi masih menjadi pihak yang paling tidak dipercaya di Malaysia dan di seluruh dunia,” kata Azamat Ababakirov, manajer riset senior Ipsos Public Affairs, dalam pernyataan yang menyertai hasil survei seperti dilansir Malay Mail Sabtu (4/11/2023).
Eksekutif periklanan (24 persen) dan menteri (26 persen) adalah dua profesi berikutnya yang paling tidak dipercaya, diikuti oleh jurnalis sebesar 27 persen dan pemuka agama (29 persen).
Di sisinlain, Azamat mengatakan daftar profesi yang paling terpercaya masih belum berubah tiga tahun berturut-turut. Dokter (58 persen), guru (58 persen), ilmuwan (49 persen), personel angkatan bersenjata alias tentara (49 persen) dan hakim (43 persen) merupakan profesi yang paling dipercaya.
“Dua tahun setelah pandemi Covid-19, dokter Malaysia masih mendapatkan kepercayaan yang tinggi sampai saat ini. Masyarakat Malaysia masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap guru, ilmuwan, dan angkatan bersenjata.
Akan tetapi, proporsi kepercayaan responden terhadap profesi itu turun sekitar tiga sampai 10 poin dasar, dengan kelompok yang paling banyak mengalami penurunan adalah profesi dokter.
“Tingkat kepercayaan yang tinggi pada awal tahun 2021 mencerminkan peningkatan interaksi masyarakat Malaysia dengan sistem layanan kesehatan dan proses belajar offline dengan sekolah selama pandemi.”
“Namun, secara keseluruhan, tingkat kepercayaan terhadap berbagai profesi menurun secara signifikan sejak Oktober 2021, selama tahap akhir lockdown,” kata Azamat.
Profesi lain yang dianggap dapat dipercaya oleh masyarakat Malaysia adalah bankir (41 persen), polisi (37 persen), pembaca berita (37 persen), lembaga survei (37 persen), dan laki-laki dan perempuan biasa atau warga biasa (36 persen).*
Sumber Klik disini