Hidayatullah.com– IKEA cabang Jerman berjanji akan memberikan kompensasi kepada korban kerja paksa di era Jerman Timur, yang disuruh menggarap komponen-komponen furnitur yang dijual toko perlengkapan rumah tangga itu.
Parlemen Jerman Bundestag dan IKEA Deutschland, hari Selasa (29/10/2024), mengumumkan bahwa perusahaan raksasa itu akan memberikan €6 juta kepada sebuah dana yang dibentuk pemerintah Jerman untuk memberikan kompensasi kepada para korban kekejaman rezim diktator Jerman Timur dahulu.
Perwakilan khusus Bundestag untuk korban rezim Jerman Timur tersebut, Evelyn Zupke, mengkonfirmasi bahwa IKEA bermaksud membayar kompensasi lewat mekanisme baru itu. Dana tersebut belum disetujui parlemen, tetapi hal ini dipandang sebagai formalitas.
Kontribusi IKEA itu bersifat sukarela, tidak ada kewajiban hukum baginya untuk bertindak dalam kasus ini.
IKEA adalah salah satu dari beberapa perusahaan di Jerman Barat yang mensubkontrakkan sebagian produksinya ke Jerman Timur selama era Perang Dingin.
Dalam beberapa kasus, rezim Jerman Timur memaksa para narapidana untuk bekerja di bagian produksi. Bukti yang menghubungkan fenomena ini dengan IKEA mulai muncul sekitar tahun 2011 dan 2012.
Perusahaan tersebut bergegas menugaskan auditor Ernst & Young untuk melakukan investigasi, yang menemukan bahwa tuduhan tersebut berdasar dan bahwa sebagian manajemen IKEA pada saat itu mengetahui adanya pelanggaran berupa kerja paksa yang dilakukan narapidana.
“Kami sangat menyesalkan terjadinya hal ini,” kata CEO dan CSO IKEA Jerman, Walter Kadnar, hari Selasa seperti dilansir DW.
“Sejak diketahui bahwa produk IKEA juga dibuat oleh tahanan politik di Jerman Timur, IKEA secara konsisten berupaya untuk menuntaskan masalah ini.”
Toko IKEA pertama di Jerman dibuka pada tahun 1974 di dekat kota Munich. Sekarang IKEA mempekerjakan hampir 20.000 orang di toko ritelnya di Jerman.
Dieter Dombrowski, ketua UOKG (organisasi para korban rezim diktator komunis), memuji pendekatan yang dilakukan IKEA beberapa tahun terakhir.
“IKEA menerima undangan kami untuk berdialog setelah diketahui bahwa perusahaan itu terlibat kerja paksa narapidana. Bersama, kami mencari jalan keluar dan IKEA bertemu langsung dengan para korban. Keputusan hari ini tersebut merupakan terobosan baru. Kami berharap perusahaan-perusahaan lain mengikuti contoh yang ditunjukkan IKEA,” kata Dombrowski.
Dombrowski dulu pernah menjadi tahanan politik rezim komunis Jerman Timur. Dia dijebloskan ke penjara karena masuk ke wilayah Jerman Barat secara ilegal. Dia kemudian menjadi politisi Partai Kristen Demokrat (CDU) setelah pindah ke Berlin Barat pada tahun 1970-an.
Dia terpilih sebagai anggota Bundestag pada 1994, setelah reunifikasi Jerman, untuk dapil Bradenburg yang dulu termasuk wilayah Jerman Timur. Dia aktif dalam isu-isu seputar kerja paksa.
“Ketiga saudara perempuan saya berada di penjara wanita di Hoheneck [di Saxony],” kata Dombrowski dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Bild pada tahun 2012. “Mereka membuat sprei untuk Quelle dan layanan pengiriman lainnya. Saya sendiri membeli kebebasan pada tahun 1976 dan kemudian melihat semua hal yang telah kami buat di penjara di Barat.”
Dombrowski mengatakan bahwa selama 20 bulan di penjara Cottbus, ia dipaksa bekerja membuat tempat kamera.
Dia menceritakan bahwa para napi dipekerjakan enam hari dalam sepekan dalam tiga shift. Mereka diberi upah 18-25 mark Jerman Timur setiap pekan, jumlah yang sangat kecil bahkan menurut standar Jerman Timur yang dulu jauh lebih miskin dibandingkan Jerman Barat.
“Bagi perusahaan-perusahaan di Barat kala itu, margin keuntungannya pasti lebih tinggi daripada mereka [yang menggarap produk IKEA] di China saat ini,” katanya.
IKEA didirikan pada tahun 1943 oleh Ingvar Kamprad di Swedia, dan saat ini kantor pusatnya secara hukum berada di Belanda. Sejak 2008 IKEA menjadi peritel furnitur terbesar di dunia.*
Sumber Klik disini