Hidayatullah.com– Lebih dari 200.000 anak diperkirakan menjadi korban pencabulan atau kejahatan seksual yang dilakukan oleh para rohaniwan Katolik Roma di Spanyol sejak 1940, menurut sebuah komisi independen.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Laporan tersebut tidak menyebutkan jumlah pasti, tetapi mengatakan bahwa hasil pertanyaan yang diajukan kepada lebih dari 8.000 orang dewasa menunjukkan 0,6 persen dari mereka mengaku pernah mengalami kejahatan seksual oleh pendeta atau rohaniwan gereja saat masih kanak-kanak. Angka itu setara dengan sekitar 200.000 dari populasi dewasa Spanyol yang berjumlah 39 juta.
Proporsinya naik menjadi 1,13 persen – setara lebih dari 400.000 orang – jika ditambahkan pelakunya orang awam (selain kalangan rohaniwan) yang bekerja untuk gereja. Demikian menurut ombudsman nasional Spanyol, Ángel Gabilondo, dalam konferensi pers yang digelar untuk mengumumkan hasil temuan komisi, lapor AFP Jumat (27/10/2023).
Kurun 20 tahun terakhir, Gereja Katolik Roma diguncang oleh rentetan skandal seksual di seluruh dunia, yang korbannya kerap anak-anak.
Di Spanyol, negara kerajaan yang secara tradisional menganut Katolik tetapi belakangan semakin sekuler, baru beberapa tahun terakhir saja masalah pencabulan yang terjadi di lingkungan gereja menjadi perhatian serius.
“Sayangnya, selama bertahun-tahun ada keinginan tertentu untuk menyangkal adanya pelanggaran atau keinginan untuk menyembunyikan atau melindungi para pelaku,” kata Gabilondo, yang pernah menjabat menteri pendidikan.
Parlemen Spanyol pada Maret 2022 secara bulat sepakat untuk pembentukan sebuah komisi independen yang dipimpin oleh ombudsman guna mengungkap kasus-kasus kejahatan seksual di lingkungan gereja Katolik.
Gereja Katolik Spanyol , yang selama bertahun-tahun tidak mau melakukan penyelidikan sendiri dan memilih untuk menyembunyikan skandal, menolak untuk ambil bagian dalam investigasi independen tersebut, meskipun mereka bersedia memberikan dokumen-dokumen terkait kasus seksual yang tercatat oleh pihak keuskupan.
Ketika tekanan politik semakin kuat, pada Februari 2022 Gereja Katolik Spanyol menyewa firma hukum swasta untuk melakukan “audit” terhadap kasus-kasus seksual para pendeta dan rohaniwan serta orang-orang yang berkaitan dengan gereja di masa lalu. Tugas mereka diharapkan selesai pada akhir tahun ini.
Pada bulan Juni, Gereja Katolik Spanyol mengatakan pihaknya menemukan 927 kasus pencabulan terhadap anak melalui saluran pengaduan yang diluncurkan pada 2020. Pihak gereja berdalih pihaknya sudah membuat protokol khusus untuk menangani kasus-kasus kejahatan seksual terhadap anak di lingkungan keuskupannya.
Akan tetapi, investigasi yang dilakukan oleh media cetak terbesar si Spanyol El Pais yang dilakukan sejak 2018 menemukan 2.206 korban dan 1.036 tersangka pelaku kekerasan sejak tahun 1927.
“Menurut para ahli, ini hanyalah puncak gunung es,” tulis surat kabar tersebut pada hari Jumat (27/10/2023) sebelum laporan komisi independen tersebut diumumkan.
Skandal seksual di lingkungan gereja-gereja Katolik mencuat ke panggung internasional pada tahun 2002 ketika surat kabar Boston Globe mengungkapkan bahwa para pendeta telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak selama berpuluh-puluh tahun dan para pejabat dan pemimpin gereja dengan sengaja menutupinya.
Pola serupa kemudian terungkap dan dilaporkan terjadi secara meluas di Amerika Serikat dan Eropa, di Chile dan Australia, yang kemudian mendorong banyak orang memilih keluar dari keanggotaan mereka sebagai jemaat Gereja Katolik.
Sebuah komisi independen di Prancis menemukan pada 2021 bahwa 216.000 anak – kebanyakan laki-laki – mengalami pencabulan oleh pendeta atau rohaniwan gereja sejak 1950.
Di Jerman, hasil studi menemukan 3.677 kasus kejahatan seksual antara 1946 dan 2014.
Di Irlandia lebih dari 14.500 orang menerima kompensasi melalui skema pemerintah karena pernah menjadi korban kejahatan seksual saat mereka tinggal di fasilitas anak-remaja yang dikelola oleh Gereja Katolik.*
Sumber Klik disini