Kisah Ahmad Al-Tatari, Pilot Suriah yang Dipenjara 43 Tahun Usai Rekannya Membelot

Share

Hidayatullah.com – Ragheed Ahmad al-Tatari, yang dijuluki oleh para aktivis hak asasi manusia sebagai salah satu tahanan politik terlama di dunia, keluar dari penjara pada hari Ahad setelah kelompok oposisi memasuki Damaskus dan memaksa Bashar al-Assad untuk melarikan diri.

Al-Tatari menghabiskan 43 tahun di balik jeruji besi di berbagai penjara Suriah. Dia menjadi salah satu dari ratusan orang yang dibebaskan setelah mendekam di penjara-penjara yang terkenal kejam selama bertahun-tahun tanpa komunikasi dengan dunia luar. Al-Tatari dibebaskan dari Penjara Pusat Adra di Damaskus.

Sebagai mantan pilot angkatan udara Suriah, ia dipenjara oleh rezim pada tahun 1981 setelah salah satu rekannya membelot ke Yordania dengan jet tempur. Tatari dituduh membantunya melarikan diri.

Setelah menghabiskan dua tahun di sel isolasi di Penjara Mezzeh, al-Tatari dipindahkan ke Penjara Tadmor (Palmyra) yang terkenal kejam, di mana ia tinggal sampai tahun 2000.

Dia kemudian dipindahkan ke fasilitas terkenal lainnya, Penjara Sednaya, dan pada tahun 2011 ke Penjara Pusat Adra di Damaskus. Pengadilan militer yang menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup hanya membutuhkan waktu satu menit untuk memutuskan nasibnya.

Kisah-kisah penyiksaan di penjara tersebut merupakan hal yang terus muncul dalam kesadaran masyarakat Suriah.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa penangkapan oleh pemerintah di Suriah “sengaja dilakukan untuk menanamkan rasa takut di kalangan penduduk sipil.”

Selama berada di penjara, al-Tatari mengisi waktunya dengan menjadi seniman dan pematung, menciptakan karya-karya rumit dari remah-remah roti, gula, asam sitrat, dan biji zaitun.

Dia juga menggelar turnamen catur, membuat bidak-bidak dari adonan roti dan menggambar papan catur di atas selembar kain.

Vail, putranya, yang kini berusia 40-an tahun, menceritakan kenangannya tumbuh besar tanpa ayahnya. Ibunya mengatakan bahwa ayahnya telah “pergi.”

“Setiap kali saya melihat orang asing berjalan sendirian, saya berpikir, ‘Mungkin itu ayah saya’. Saya akan pergi ke pintu dan menunggu. Tapi tidak pernah terjadi apa-apa. Setelah beberapa tahun, hal itu menjadi tak tertahankan, dan saya berhenti melakukannya,” kata Vail dalam sebuah wawancara sebelumnya, lansir TRT World pada Ahad (09/12/2024).

Selama bertahun-tahun, berbagai versi penangkapan al-Tatari telah beredar, termasuk klaim bahwa hal itu disebabkan oleh penolakannya untuk mengebom kota Hama, Suriah, atau kegagalannya untuk melaporkan desersi rekan-rekannya.

Salah satu versi yang beredar di media sosial adalah bahwa “kejahatan” yang dilakukannya adalah mengalahkan putra presiden rezim Hafez al-Assad, Bassel, dalam sebuah pacuan kuda. Dengan menang, ia menunjukkan “rasa tidak hormat” kepada keluarga Assad.

The Syrian Campaign, sebuah organisasi hak asasi manusia yang telah mempelajari kasusnya, mengkonfirmasi bahwa ia adalah tahanan politik terlama di Suriah.*

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News