Hidayatullah.com– Di tengah revolusi kecerdasan buatan (AI) dan era media sosial, bermunculan idola-idola baru virtual yang sengaja dibuat secantik dan seseksi mungkin supaya menarik mata yang memandangnya sehingga mudah menarik jutaan pengikut.
Alba Renai (@albarenai), content creator berusia 24 tahun yang tinggal di Madrid. Bertubuh molek dengan hobi melancong, dekorasi interior, dan fashion, Alba rutin memamerkan minatnya di Instagram. Baru-baru ini dia bahkan mengikuti acara pemberian penghargaan GenZ yang digelar oleh Mediaset España untuk mengapresiasi hasil kerja para content creator. Apa yang berbeda dari pemengaruh pada umumnya adalah Alba bukan gadis cantik yang memiliki daging dan darah, dia sosok digital atau avatar yang dibuat dengan teknologi AI. Sosoknya di dunia nyata nihil.
Silvia Velasco, pendiri agensi Be a Lion, menjelaskan proses pembuatan Alba. “Pertama, kami mengembangkan model pelatihan dengan ChatGPT dan mengumpulkan informasi tentang preferensi dan minat Generasi Z (orang yang lahir setelah tahun 1995). Kami juga melakukan survei terhadap lebih dari 350 konsumen, menanyakan ekspektasi mereka terhadap sosok content creator ideal dan preferensi estetika mereka.” Pada bulan Juni, Be a Lion mendirikan divisi khusus VIA (virtual influencer agency) untuk usaha ini.
Aitana López (@fit_aitana) bukan model biasa, seperti halnya Alba dia diciptakan dengan bantuan AI. Dia menggambarkan dirinya sebagai penggemar kebugaran dan video game. Dia memiliki lebih dari 220.000 pengikut di Instagram.
Aitana kerap membagikan foto dirinya menggunakan pakaian dalam di media sosial dan menawarkan akses “konten eksklusif” kepada para pengikutnya.
Pembuat Aitana mengatakan pengikut “gadis seksi” itu kebanyakan lelaki, tulis jurnalis El Pais Rabu (13/12/2023).
“Orang-orang tidak percaya bahwa Aitana itu bukan orang sungguhan! Dia mendapat sekitar 300 pesan setiap hari dari orang-orang yang ingin mengenalnya,” kata Rubén Cruz dan Diana Núñez, pendiri agensi The Clueless yang membuat sosok Aitana. Tidak jarang model virtual itu mendapatkan pesan bernada seksual.
Rebeca Cordero, seorang profesor sosiologi di European University of Madrid, mengatakan seksualisasi model-model virtual “setara dengan minat khalayak umum di media sosial.” Begitulah cara mereka mendapatkan pengikut.
Virtual influencer dibuat untuk mengurangi biaya promosi dan iklan dengan memangkas biaya yang selama ini dipakai untuk menyewa model-model asli, biaya transportasi, makanan dan akomodasi.
“Model-model virtual dapat melakukan promosi di negeri-negeri yang jauh pada suatu hari, dan kemudian melakukan promosi pada hari berikutnya di belahan dunia lain – tanpa biaya tenaga kerja,” kata Cruz dan Núñez. Sebelum mendirikan The Clueless, keduanya bekerja di agensi komunikasi yang “membayar model atau influencer sungguhan” lebih dari $6.000 hanya untuk tiga cerita (story) di Instagram.
Perusahaan-perusahaan China sudah menawarkan jasa semacam ini sejak 2022, menurut laporan MIT Technology Review. Perusahaan teknologi pemula dan besar sudah membuat virtual avatar untuk mempromosikan dan menjual produk mereka 24/7 alias tanpa henti di berbagai platform e-commerce seperti Taobao — dengan biaya keselurahan hanya $1,000.
Salah satu pembuat konten digital paling terkenal adalah Lil Miquela (@lilmiquela), seorang wanita muda berusia 19 tahun yang diciptakan oleh agensi Brud di Los Angeles. Dia memiliki 2,7 juta pengikut di Instagram dan dan telah muncul di iklan perusahaan-perusahaan mewah seperti Prada dan BMW.
Pada bulan September, Meta meluncurkan 28 chatbot AI yang menampilkan avatar selebriti seperti Kendall Jenner (Billie), Paris Hilton (Amber), dan Snoop Dogg (Dungeon Master). Saat ini, mereka hanya tersedia untuk uji coba di Amerika Serikat. Menurut Business Insider, selebritas yang telah memberikan hak citra mereka kepada Meta dilaporkan memperoleh sampai $5 juta untuk enam jam kerja selama periode dua tahun. Selebriti seperti Jenner, dengan hampir 300 juta pengikut di Instagram, menggunakan chatbots untuk berinteraksi dan memonetisasi penggemarnya.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Harvard Business Review, agen virtual bermunculan bersamaan dengan influencer dan selebriti. Agen-agen ini adalah asisten penjualan, presenter, pemengaruh media sosial multilingual yang tak kenal lelah yang dimanfaatkan untuk promosi produk barang maupun jasa.
Menurut Lingyao Yuan, seorang profesor bidang sistem information di Iowa State University dan sudah melakukan riset perihal manusia digital lebih dari tujuh tahun, model-model virtual itu memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh model manusia asli. Mereka bisa dipekerjakan terus menerus tanpa henti, tanpa dibayar, dan bisa dibuat seelok mungkin untuk menarik minat pengguna media digital. Model-model virtual itu bisa diperlakukan bagaimana saja sesuai kebutuhan tanpa protes dan mogok.*
Sumber Klik disini