Hidayatullah.com – Dua kelompok pemberontak Druze di Suriah menyatakan kesediaan mereka untuk bergabung dengan pasukan nasional setelah aliansi kelompok anti-rezim menggulingkan Bashar al-Assad pada bulan lalu.
Pemerintah transisi Suriah menghadapi tantangan besar untuk membangun kembali intitusi-institusi negara yang selama lima dekade terakhir dibentuk oleh rezim keluarga Assad, termasuk angkatan bersenjata dan pasukan keamana yang telah runtuh.
“Kami, gerakan Manusia Bermartabat dan Brigade Gunung, dua faksi militer terbesar di Sweida, mengumumkan kesiapan penuh kami untuk bergabung ke dalam sebuah badan militer … di bawah payung tentara nasional baru yang bertujuan untuk melindungi Suriah,” kata kedua kelompok yang berasal dari provinsi Sweida, Suriah selatan, dalam sebuah pernyataan bersama.
Mereka menambahkan, bagaimanapun, bahwa mereka akan dengan tegas menolak “tentara faksi atau sektarian yang digunakan sebagai alat oleh pihak berwenang untuk menekan rakyat, seperti yang terjadi pada tentara Bashar Assad.”
“Kami sebagai faksi militer tidak memiliki desain atau peran dalam urusan administrasi atau politik,” tambah mereka, seraya menyerukan ”pekerjaan sipil dan politik secara partisipatif yang menempatkan manusia sebagai pusat prioritas.”
“Ini adalah peran kami untuk berkomitmen melindungi fasilitas umum dan memastikan stabilitasnya sampai keamanan tercipta di negara ini,” tambah mereka.
Pemerintah transisi Suriah pada bulan lalu meluncurkan sebuah rencana untuk membubarkan berbagai kelompok bersenjata yang beroperasi di Suriah dan mengintegrasikan mereka ke dalam militer.
Pemimpin pemerintah Suriah Ahmed al-Sharaa mengatakan kepada TV Al Arabiya bulan lalu bahwa “senjata harus berada di tangan negara” dan pihak berwenang akan menyambut “siapa pun yang bersenjata dan memenuhi syarat untuk bergabung dengan kementerian pertahanan”.
Suku Druze, yang juga tinggal di Lebanon, Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, merupakan sekitar 3% dari populasi Suriah, sekitar 700.000 orang.
Sweida adalah pusat minoritas Druze di Suriah.
Selain mempertahankan diri dari serangan di daerah tempat tinggal mereka, Druze Suriah sebagian besar tinggal di sela-sela perang saudara Suriah yang dimulai pada tahun 2011. Banyak yang berhasil menghindari wajib militer.
Penduduk Sweida telah lama mengeluhkan diskriminasi dan kurangnya layanan dasar.
Ketika Assad jatuh, provinsi ini menjadi saksi demonstrasi anti rezim selama lebih dari satu tahun.*
Sumber Klik disini