Hidayatullah.com – Pemukim di seluruh penjuru ‘Israel’ menggelar aksi demonstrasi menuntut pengunduran diri pemerintahan Benjamin Netanyahu pada Sabtu.
Melansir Anadolu pada Ahad (22/12/2024), mereka menuduh Perdana Menteri ‘Israel’ itu menghalangi gencatan senjata dan menggagalkan kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok perlawanan Palestina di Gaza.
Para demonstran, yang berjumlah ratusan ribu orang kembali menuntut Netanyahu untuk mengundurkan diri dari pemerintahannya sebagai “pemerintahan paling sayap kanan dalam sejarah Israel” dan pemilihan umum dini.
Demostrasi diadakan di Tel Aviv, Haifa, Beersheba, Yerusalem Barat dan bagian-bagian lain di negara tersebut.
Demo utama berpusat di sekitar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, dengan para demonstran membawa spanduk, poster dan plakat yang menentang Netanyahu dan anggota pemerintahannya.
Berbicara kepada para demonstran di Kaplan Street dekat Kementerian Pertahanan, pemimpin oposisi dan mantan Perdana Menteri Yair Lapid berjanji untuk “menggulingkan” pemerintah dalam pemilu.
Lapid menegaskan bahwa mereka tidak akan bernegosiasi dengan pemerintah Netanyahu dan tidak akan mundur.
“Kami akan menang. Bibi (Netanyahu) sebenarnya tidak semakin kuat. Rakyat tidak berada di pihak mereka. Tidak ada pemilihan umum karena mereka takut dengan pemilihan umum karena mereka tahu yang sebenarnya,” katanya.
Menyabotase negosiasi
Salah satu ibu dari sandera ‘Israel’ menuduh Netanyahu menyabotase negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Gaza.
Einav Zangauker, ibu dari tahanan Israel Matan Zangauker, menyebut Netanyahu karena melanjutkan operasi militer di Gaza untuk kepentingan politik dan menolak kesepakatan pertukaran tahanan.
“Mengakhiri perang bukanlah sebuah hambatan atau biaya. Mengakhiri perang untuk membawa pulang semua tawanan adalah tujuannya,” katanya.
Pemerintahan Netanyahu diyakini menolak bernegosiasi untuk pertukaran tawanan dengan Hamas, dan telah berupaya menggagalkan tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
Diperkirakan saat ini terdapat 101 sandera ‘Israel’ di Gaza.
Serangan udara di Gaza
Sementara gencatan senjata dan negosiasi pertukaran tawanan terus berlanjut di bawah mediasi Mesir dan Qatar, militer ‘Israel’ terus melanjutkan serangan udara yang intens di Gaza.
Dalam 24 jam terakhir, serangan ‘Israel’ telah mengakibatkan kematian 24 warga Palestina.
Serangan tersebut telah menyebabkan kematian 45.227 warga Palestina, termasuk 17.492 anak-anak dan 11.979 perempuan sejak 7 Oktober 2023. Selain itu, 107.573 orang terluka.
Laporan menunjukkan bahwa ribuan mayat masih terperangkap di bawah reruntuhan bangunan yang hancur, sementara infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan lembaga pendidikan, terus menjadi sasaran dan dihancurkan.*
Sumber Klik disini