Hidayatullah.com– Ribuan warga Kuba, dipimpin oleh para pejabat senior pemerintahan, berunjuk rasa menuntut pencabutan embargo perdagangan yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan diperketat pada periode pertama pemerintahan Donald Trump.
Aksi protes itu digelar di depan gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat dengan dipimpin oleh Presiden Miguel Diaz-Canel dan mantan presiden Raul Castro pada hari Jumat (20/12/2024), beberapa hari sebelum Trump kembali ke Gedung Putih, lansir The Guardian.
Dalam aksinya para demonstran meneriakkan kecaman terhadap sanksi dagang tersebut sambil mengusung bendera nasional Kuba. “Kami tidak akan menyerah,” teriak mereka.
“Kita berunjuk rasa sekarang ini untuk mengatakan kepada pemerintah AS supaya membiarkan rakyat Kuba hidup damai,” kata Diaz-Canel di hadapan para pengunjuk rasa.
Kuba sejak lama berupaya melawan berbagai sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutunya, yang pertama kali diberlakukan pada 1962, beberapa bulan sebelum Krisis Rudal Kuba semasa Perang Dingin.
Kuba menuding berbagai sanksi AS itu sebagai penyebab krisis ekonomi berkepanjangan yang dialaminya sehingga negara kecil sampai sekarang masih miskin dan tertinggal.
“Kalau kami tidak dijatuhi blokade-blokade ini, kami tidak akan mengalami kesulitan seperti ini,” kata Faustino Miranda, seorang pensiunan berusia 85 tahun.
Mantan presiden Castro, meskipun sudah berumur 93 tahun, ikut memimpin aksi protes itu bersama Diaz-Canel, yang sebelumnya pada hari Jumat menyalahkan embargo Amerika Serikat US karena menjadikan kehidupan rakyat Kuba semakin sulit.
“Biden secara disiplin dan keji mengikuti kebijakan yang disetujui Trump selama masa jabatan,” kata Diaz-Canel.
Dia mendesak Presiden Joe Biden untuk membatalkan keputusan Trump yang memasukkan Kuba ke dalam daftar negara pendukung terorisme, keputusan yang menyulitkan negara kecil itu dalam melakukan transaksi finansial internasional.*
Sumber Klik disini