DI ERA digital ini, sedekah telah mengalami transformasi yang signifikan. Dengan kemajuan teknologi, banyak orang kini dapat bersedekah dengan lebih mudah melalui berbagai platform online.
Namun, fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan: apakah sedekah di era digital lebih banyak menjadi ajang flexing (pamer/riya’) atau benar-benar memberikan inspirasi?
Kemudahan Bersedekah di Era Digital
Teknologi telah mempermudah proses bersedekah. Dengan hanya beberapa klik, kita bisa menyalurkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
Platform seperti Baznas, kitabisa.com, GoFundMe, dan berbagai aplikasi perbankan memungkinkan kita untuk berdonasi kapan saja dan di mana saja.
Kemudahan ini tentu saja membawa dampak positif, terutama dalam situasi darurat seperti bencana alam atau pandemi, di mana bantuan cepat sangat dibutuhkan.
Fenomena Flexing di Media Sosial
Namun, di sisi lain, kemudahan ini juga memunculkan fenomena flexing, di mana orang-orang memamerkan aktivitas sedekah mereka di media sosial.
Flexing ini sering kali dilakukan dengan niat untuk menunjukkan kebaikan hati atau status sosial.
Meskipun tidak ada yang salah dengan berbagi kebaikan, ada kekhawatiran bahwa niat tulus untuk membantu bisa tergeser oleh keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan pujian.
Inspirasi dari Sedekah Digital
Di balik fenomena flexing, ada banyak cerita inspiratif yang muncul dari sedekah digital.
Banyak individu dan komunitas yang menggunakan platform online untuk menggalang dana bagi mereka yang membutuhkan.
Misalnya, kampanye penggalangan dana untuk biaya pengobatan, pendidikan, atau bantuan bencana sering kali mendapatkan respons yang luar biasa dari masyarakat.
Kisah-kisah ini tidak hanya membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
Sumber Klik disini