Perang Ukraina Sebabkan Rusia Tak Bisa Bantu Rezim Assad

Share

Hidayatullah.com – Rezim Bashar Al-Assad kesulitan melawan serangan dari oposisi Suriah akibat tidak adanya bantuan dari pasukan militer Rusia yang terperangkap perang di Ukraina, menurut sumber keamanan Turki.

Awal pekan ini, para pejuang oposisi Suriah yang dipimpin oleh kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan mendadak terhadap pasukan rezim Bashar al-Assad. Pasukan oposisi kemarin berhasil merebut kota Aleppo dalam sebuah pencapaian yang mengejutkan banyak pihak.

Ini adalah operasi langsung dan berskala besar pertama yang dilakukan oleh kelompok oposisi dalam lebih dari empat tahun – sebuah periode di mana mereka terperangkap di provinsi barat laut dan bagian utara provinsi Aleppo.

Serangan ini juga menarik perhatian Rusia, salah satu sekutu utama Assad yang telah memberikan bantuan militer kepada rezim dalam merebut kembali sebagian besar wilayahnya selama satu dekade terakhir.

Namun, bukannya terlibat langsung secara militer, Moskow mengabaikan Damaskus dengan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pada Jumat bahwa pemerintah Rusia memandang serangan pemberontak sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah dan bahwa mereka mengharapkan pasukan Suriah untuk memulihkan ketertiban sesegera mungkin.

Ini adalah sebuah pernyataan oleh banyak pihak anggap sebagai sikap Rusia untuk membiarkan rezim tersebut berjuang sendiri.

Alasannya adalah fakta bahwa pasukan Rusia masih terperangkap di Ukraina, dengan sebagian besar militer dan angkatan udara Rusia telah dikerahkan untuk berperang atau telah habis dalam invasi mereka ke negara Eropa Timur yang berlangsung sejak Februari 2022.

Middle East Eye mengutip sumber keamanan Turki yang tidak disebutkan namanya mengkonfirmasi bahwa Rusia telah lamban dalam menanggapi serangan pemberontak Suriah, tepatnya karena sebagian besar pasukan militer udaranya telah dipindahkan ke Ukraina.

Akibatnya, Rusia meninggalkan pasukan yang jauh lebih kecil di Suriah, sehingga tidak cukup untuk melawan operasi tersebut. Meskipun angkatan udara Rusia memang menargetkan beberapa lokasi di Idlib dan daerah lain di barat laut Suriah dalam beberapa hari terakhir, upaya tersebut terbukti tidak efektif dalam menghentikan atau membatasi serangan pemberontak.

Media tersebut juga mengutip Omer Ozkizilcik, seorang rekan senior di Atlantic Council, yang mengatakan bahwa “Rusia bukanlah pengamat, tetapi kita mungkin menyaksikan batas-batas militer Rusia”, dengan kinerja bantuan udara Rusia minggu ini yang mengindikasikan “bahwa sebagian besar kemampuan angkatan udaranya telah dikerahkan ke Ukraina”.

Menyoroti citra satelit dari pangkalan udara Hmeimim Rusia di provinsi Latakia, Suriah, yang menunjukkan penurunan signifikan dalam kehadiran angkatan udaranya dibandingkan dengan tahun 2019, Ozkizilcik mengungkapkan bahwa “laporan dari sumber-sumber lokal mengenai aktivitas udara menunjukkan bahwa Rusia terutama menggunakan model jet tempur yang lebih tua”.*

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News