Tadabur dari Surat Ash-Shaff ayat 1-9. Surat Ash-Shaff merupakan salah satu surat dalam juz 28 yang memiliki beberapa nama. Ia dinamakan surat Ash-Shaff karena di dalamnya terdapat kata Shaffan.
Biasanya suatu surat dinamakan dengan sesuatu yang khusus dalam surat tersebut yang tidak terdapat di surat-surat lainnya, karena itu surat ini disebut sebagai surat Ash-Shaff.
Surat ini disebut juga surat Al-Hawariyyin karena di dalamnya terdapat perkataan Nabi Isa kepada Hawariyyin (Al-Itqan fi Ulumil-Qur’an karya Imam As-Suyuthi). Surat Ash-Shaff adalah surat Madaniyah, surat yang diturunkan kepada Nabi SAW setelah hijrah ke Madinah.
Berkaitan jalan untuk menjemput sebuah kemenangan dalam berbagai aspek, termasuk kemenangan dalam politik, maka paling tidak ada tiga syarat utama yang hendaknya dipenuhi. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Pertama, konsekuen antara perkataan dan perbuatan. Surat Ash-Shaff ini dibuka dengan pemberitahuan bahwa semua makhluk yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah SWT. (Ash-Shaff [61]: 1).
Kemudian ayat ke dua menjelaskan celaan untuk orang-orang yang perkataannya tidak sesuai dengan tindakannya (Ash-Shaff [61]: 2). Sebagian ulama Salaf berpendapat atas dalil ayat ini, diwajibkan bagi seseorang menunaikan apa yang dijanjikannya secara mutlak. Mereka beralasan dengan hadis Nabi Saw, “Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, dusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, ia khianat.” (H.r. Muslim).
Karena itu, Allah mengukuhkan pengingkaran-Nya terhadap sikap mereka yang tidak konsekuen antara ucapan dan perbuatan, melalui firman surat Ash-Shaff [61] ayat 3.
Sebagian kita “kadang” memiliki sifat ini, berkata dan mengajak orang lain melakukan kebaikan (berjuang), namun dirinya enggan melakukan. Melarang suatu kemungkaran, namun dirinya melakukan. Seorang muslim yang baik menjadi pelopor kebaikan, terdepan dalam menjauhi kemungkaran sebelum mengajak atau mendakwahi orang lain.
Hal ini menegaskan, syarat pertama meraih kemenangan adalah komitmen terhadap apa yang disampaikan, diucapkan dan dijanjikan untuk direalisasikan. Seorang pejuang sejati akan selalu komitmen terhadap janji yang disampaikan, baik secara lisan maupun tulisan.
Kedua, barisan yang solid. Syarat mencapai kemenangan harus solid dalam barisan yang teratur. (Ash-Shaff [61]: 4). Sesungguhnya Allah menyukai, artinya selalu menolong orang-orang yang berperang di jalannya dalam barisan yang teratur. Lafadz shaffan merupakan kata keterangan keadaan, yakni dalam keadaan berbaris rapi, seakan seperti bangunan yang tersusun kokoh, yakni sebagian di antara mereka menempel rapat dengan sebagian lainnya.
Hal ini menegaskan bahwa syarat kedua untuk meraih kemenangan adalah tetap solid dalam satu barisan di dalam satu komando kepemimpinan, serta tidak mudah goyah meskipun dalam situasi yang sulit sekalipun.
Ketiga, taat terhadap arahan pimpinan. Di antara perkara yang mesti menjadi perhatian serius dalam upaya meraih sebuah kemenangan adalah selalu mengikuti arahan dari pimpinan. (Ash-Shaf [61]: 5). Di antara bentuk tidak mengikuti arahan pimpinan adalah tidak totalitas dalam berjuang, berjuang ala kadarnya, enggan berkontribusi dengan harta apalagi jiwa, yang dipikir apa yang didapatkan bukan apa yang bisa diberikan.
Jika ketiga syarat tersebut diikuti dengan semangat pengorbanan dengan jiwa dan harta dalam sebuah perjuangan maka akan dapat mengantarkan kepada kemenangan yang dijanjikan. Wallahu a’lam.[]
Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat
Sumber Klik disini