Survei: Satu dari 2 Remaja Singapura Kecanduan Smartphone  

Share

Hidayatullah.com—Setengah dari generasi muda Singapura yang berusia antara 15 dan 21 tahun menghadapi masalah kecanduan ponsel pintar, yang terkait dengan memburuknya kesehatan mental.

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Institute of Mental Health (IMH) mendefinisikan masalah dalam kaitannya dengan ketergantungan dan waktu yang dihabiskan dengan perangkat serta masalah yang akan muncul.

Di antaranya, mereka merasa tidak sabar atau jengkel tanpa perangkat tersebut dan terus-menerus memikirkannya.

Ketidaknyamanan fisik seperti nyeri pada pergelangan tangan atau leher belakang akibat terlalu lama menggunakan smartphone atau jika pengguna tidak melakukan pekerjaan lain atau tidak dapat konsentrasi saat belajar akibat penggunaan smartphone.

Penelitian yang didanai oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan Singapura ini menemukan bahwa individu yang terkena dampak setidaknya tiga kali lebih mungkin mengalami gejala depresi sedang atau berat, kecemasan dan insomnia, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki masalah tersebut.

Penelitian ini juga merupakan penelitian nasional pertama yang meneliti sejauh mana masalah penggunaan ponsel pintar di kalangan masyarakat Singapura yang berusia antara 15 dan 65 tahun dan kaitannya dengan masalah kesehatan mental.

Penelitian tersebut dipublikasikan dalam Asian Journal Of Psychiatry edisi Agustus.

Selain itu, penelitian tersebut menemukan bahwa 46,4 persen dari mereka yang berusia 15 dan 21 tahun ditemukan memiliki perilaku penggunaan ponsel cerdas yang bermasalah.

Jumlahnya mencapai 30,2 persen atau sekitar sepertiga dari mereka yang berusia antara 15 dan 65 tahun.

Namun para peneliti mengatakan bahwa situasi ini bukanlah hal yang aneh, karena mereka yang termasuk dalam kelompok usia termuda kemungkinan besar mengalami perilaku seperti itu.

“Orang lanjut usia cenderung mengatur emosinya dengan cara lain, seperti melakukan aktivitas fisik atau berkomunikasi langsung dengan orang lain,” demikian hasil penelitian.

Berbeda dengan generasi muda yang cenderung menggunakan ponsel pintarnya, kata Asisten Ketua Dewan Medis IMH, Dr Mythily Subramaniam, yang memimpin penelitian tersebut.

Katanya, remaja lebih bergantung pada smartphone untuk keperluan sosialisasi yang umumnya memiliki kontrol diri lebih rendah.

Data dari penelitian ini diambil dari survei populasi yang lebih besar, Survei Kesehatan dan Gaya Hidup, yang mengungkap tingkat kecanduan perilaku dan karakter di kalangan warga Singapura.

Terdapat 6.509 responden dalam penelitian yang dilakukan selama 15 bulan mulai April 2021 hingga Juli 2022.

Peserta dievaluasi menggunakan berbagai metode kuesioner untuk mengukur tingkat kecanduan ponsel cerdas, stres psikologis, kecemasan, gangguan tidur, dan kesehatan mental positif.

Pertanyaan diajukan melalui survei online, di mana peserta diminta untuk menunjukkan sejauh mana mereka setuju atau tidak setuju dengan pernyataan terkait penggunaan ponsel.

Berbicara kepada The Straits Times, Dr Mythily mengatakan temuan ini menjelaskan adanya hubungan antara kondisi kesehatan mental dengan orang-orang yang memiliki masalah penggunaan ponsel pintar dan mempunyai implikasi penting bagi praktisi kesehatan.

“Melalui penelitian ini, jika generasi muda mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau insomnia, praktisi dapat melihat apakah masalah tersebut ada kaitannya dengan penggunaan ponsel pintar dan menyarankan cara untuk mengendalikannya,” kata Dr Mythily.

Dr Mythily mengatakan, peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan remaja menjadi lebih signifikan sejak diperkenalkannya ponsel pintar.

Ia mengatakan, meski penelitian serupa dilakukan di negara lain, namun partisipan penelitian di Singapura terdiri dari kelompok dan usia yang lebih spesifik, misalnya mahasiswa kedokteran.

Studi IMH terdiri dari responden dari berbagai lapisan masyarakat dan rentang usia yang lebih luas. “Ada dua alasan mengapa data ini penting. Tidak hanya sampelnya yang besar, tapi juga mewakili populasi Singapura,” ujarnya.

Namun, Dr Mythily mengakui bahwa penelitian tersebut dilakukan selama pandemi Covid-19 dan orang mungkin lebih banyak menggunakan ponselnya untuk tujuan komunikasi.

“Saya rasa jumlah ini tidak meningkat… akan menarik untuk melihat apakah angka ini menurun, setidaknya sampai batas tertentu pascapandemi.*

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News