Kaum muslim sejatinya akan mengukur keimanannya setelah berjibaku sepanjang Ramadan. Tuntutan untuk melanjutkan kedekatan hamba terhadap Rabb-nya, semata-mata agar predikat takwa dapat diraih. Tentu bukan perkara mudah, sebab di negeri yang diterapkan sekularisme di dalamnya, tidak akan membiarkan kehidupan diliputi suasana keimanan. Maka sulit membentuk pribadi Islam di mana sekularisme berkelindan di dalamnya.
Sebagaimana kita saksikan saat ini bahwa tidak semua kaum muslim berbahagia pada momen Idulfitri 1445 H. Muslim Gaza salah satunya yang harus siap menyabung nyawa setiap waktu. Tekanan yang mereka hadapi tidak membuat kaum muslim lainnya bergerak menyelamatkan dan menghabisi penjajahan.
Padahal jumlah mereka sangat banyak. Dua miliar jiwa dalam keadaan lemah dan tak berdaya, sungguh sangat tidak masuk akal. Tetapi hal itulah yang terjadi. Cinta dunia dan takut mati menjadikan orientasi hidup hanya kepada dunia, hingga lupa negeri akhirat. Sementara kaum muslim sejatinya adalah umat terbaik (khairu ummah) yang tak perlu nunggu ratusan hari untuk menolong saudaranya, tidak hanya di Gaza, tetapi juga Uyghur, Rohingya dan negeri-negeri represif lainnya.
Dari Tsauban, ia berkata bahwa telah bersabda Rasulullah Saw: “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya “apa saat itu kita sedikit?” Jawab beliau “Bahkan saat itu kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih di laut. Allah akan cabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn dalam hatimu.” Seseorang bertanya “Ya Rasulullah apa itu wahn?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud).
Maka ketika hal tersebut tampak saat ini, berarti kaum muslim telah jauh dari tuntunan Allah SWT. Bahkan sedikit demi sedikit meninggalkan ketentuan syariat. Alhasil pribadi mulia, yang lahir melalui keterikatan dengan aturan Allah pun, tak dapat terwujud.
Karenanya kaum muslim harus bangkit dengan memperbaiki pemikirannya, yang akan mengarahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk mendapatkan rida Allah SWT. Termasuk memiliki kesadaran bahwa mereka berhubungan dengan Allah di setiap lini kehidupan, dan senantiasa berada dalam pengawasan-Nya.
Dengan landasan berpikir yang semacam ini maka kaum muslim akan terus berusaha memperbaiki arah pandang kehidupannya, hingga tak akan sulit baginya mencapai kondisi takwa. Pada gilirannya mereka pun akan bangkit dari keterpurukan.
Bahkan ketika dilakukan bersinergi dengan kekuatan jamaah Islam, akan memosisikan umat di posisi terdepan, menjadi pemimpin. Dengan syariat yang diembannya, akan mudah memperbaiki kerusakan di tengah masyarakat. Bahkan melahirkan peradaban yang bercorak khas yaitu peradaban bangkit.
Perjuangan ini membutuhkan ketakwaan individu, masyarakat dan negara. Karenanya proses menuju takwa tidak usai ketika Ramadan berakhir, tetapi terus belanjut di bulan-bulan berikutnya. Pun diperlukan satu pemimpin bagi umat, yang menyatukan, dan memiliki kekuatan penuh menjadi pengatur (ra’in) dan pelindung (junnah) bagi umat.
Kepemimpinan inilah yang menjamin ketakwaan individu hingga level negara, dengan meninggalkan aturan kufur, menerapkan syariat Islam secara kaffah, dan hanya menegakkan hukum Allah SWT. Hal tersebut yang seharusnya menjadi agenda umat saat ini, yakni mengembalikan jati diri kaum muslim sebagai khairu ummah, melalui penerapan Islam secara kaffah.
Sebagaimana janji Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ٥٥
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Siapa yang kufur setelah (janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik. (QS An-Nur ayat: 55)
Lulu Nugroho
Sumber Klik disini