<img width="1200" height="960" src="https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?fit=1200%2C960&ssl=1" class="attachment-full size-full wp-post-image" alt="" decoding="async" fetchpriority="high" srcset="https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?w=1200&ssl=1 1200w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?resize=300%2C240&ssl=1 300w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?resize=1024%2C819&ssl=1 1024w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?resize=768%2C614&ssl=1 768w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?resize=750%2C600&ssl=1 750w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?resize=1140%2C912&ssl=1 1140w" sizes="(max-width: 1200px) 100vw, 1200px" data-attachment-id="470995" data-permalink="https://www.arrahmah.id/sampah-kian-meningkat-masyarakat-butuh-solusi-tepat/231130110659-ada-t/" data-orig-file="https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?fit=1200%2C960&ssl=1" data-orig-size="1200,960" data-comments-opened="1" data-image-meta="{"aperture":"0","credit":"","camera":"","caption":"","created_timestamp":"0","copyright":"","focal_length":"0","iso":"0","shutter_speed":"0","title":"","orientation":"1"}" data-image-title="231130110659-ada-t" data-image-description="" data-image-caption="
Antrean truk pengangkut sampah di zona 2 TPAS Sarimukti, KBB. (Foto: Kejakimpol News)
” data-medium-file=”https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?fit=300%2C240&ssl=1″ data-large-file=”https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/04/231130110659-ada-t.jpg?fit=1024%2C819&ssl=1″ />
Oleh Nazwa Hasna Humaira
Aktivis Dakwah
Meningkatnya tumpukan sampah selama Ramadhan kemarin membuat TPA Kabupaten Bandung melakukan penambahan kuota ritasi untuk menanganinya. Pemprov Jabar telah melakukan pengedaran surat terkait hal tersebut dan berlaku bagi wilayah barat di zona dua TPA Sarimukti. Selain itu juga dilakukan larangan bagi masyarakat agar tidak membuang sampah organik di tempat yang tersedia (Rejabar.com, Jum’at, 29/3/2024).
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di tengah masyarakat, dan butuh perhatian serius untuk ditangani.Tiap tahun jumlahnya semakin meningkat terutama saat adanya momentum tertentu seperti perayaan Idul Fitri. Bahkan konon negara ini menduduki peringkat kedua yang menghasilkan sisa plastik terbanyak setelah Cina. Berbagai upaya peringatan telah dilakukan, khususnya ketika TPA tak mampu menampung terlalu banyak, tapi hingga kini masih belum juga menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikannya.
Sampah yang sulit terurai semakin menumpuk di setiap pembuangan yang tersedia. Warga khawatir akan terulang kembali kasus longsor sampah pada tahun 2005 di TPA Leuwigajah yang memakan korban.
Indonesia sendiri masih mengimpor bahan baku kertas dan plastik sebanyak 3,43 juta ton per tahun. Dari Amerika Serikat sebanyak 4.000 ton per bulan. Seruan untuk meminimalisir penggunaan plastik nampaknya tidak akan efektif jika kran impor plastik masih terus dialirkan. Apalagi perusahaan atau pabrik yang mengimpor plastik tidak dikenai sanksi tegas.
Untuk mengatasi tumpukan sampah plastik tidak bisa hanya dilimpahkan kepada masyarakat, apalagi hanya sebatas himbauan yang seringkali tidak diindahkan. Menunggu kesadaran masyarakat secara umum dipastikan tidak akan efektif. Mengingat gaya hidup praktis dan konsumtif sudah membudaya.
Dibutuhkan peran negara, sebagai pihak yang mampu membatasi dan memberi sanksi. Jika impor tidak dibatasi, dan sanksi tidak diberlakukan secara tegas, maka masalah sampah plastik tentu saja akan terus berulang.
Prilaku masyarakat yang ingin praktis seiring dengan produksi plastik yang terus berjalan dan tidak mencari alternatif pengganti, semua ini berpulang akibat penerapan sistem kapitalisme sekular di negeri ini.
Kapitalisme yang mengedepankan keuntungan cenderung abai terhadap lingkungan dan keselamatan masyarakat. Sehingga impor terus berjalan menguntungkan para kapital.
Prilaku masyarakat yang ingin serba praktis dan konsumtif dibentuk oleh sistem kapitalis tersebut. Berpikir pragmatis tanpa memikirkan akibatnya.
Penguasa pun berlepas tangan dari tanggung jawab mereka. Permasalahan sampah termasuk sampah plastik terus berlanjut. Mulai dari lahan pembuangan yang kurang, minim pengolahan, pengangkutan, hingga biaya yang menjadi beban masyarakat. Negeri yang subur namun kotor, karena banyak sampah berserak.
Sudah seharusnya penguasa sebagai penanggung jawab urusan umat bersungguh-sungguh mengatasi dan memberi solusi. Namun itulah kenyataannya. Jika berhitung untung rugi maka solusi yang diberikan setengah hati.
Berbeda dengan Islam, ketika diterapkan dalam sebuah institusi atau negara. Penguasa yang memiliki tanggung jawab mengurusi urusan umat tidak akan membiarkan masalah sampah tanpa solusi. Negara turun tangan dengan cara menyediakan kemasan alternatif yang ramah lingkungan, menciptakan teknologi pengolah sampah, menyediakan tempat pembuangan sampah yang memadai dan jauh dari pemukiman, serta seluruh pembiayaan ditanggung negara.
Untuk prilaku masyarakat, melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam akan terbentuk kebiasaan masyarakat yang tidak konsumtif dan ingin serba praktis jika dipandang berbahaya baik bagi lingkungan ataupun kesehatan masyarakat. Allah Swt. Berfirman: “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum: 41)
Untuk itu dibutuhkan kesadaran masyarakat juga peran negara. Maka,Hanya dengan rnenerapkan Islam kaffah dalam naungan sebuah kepemimpinan masalah sampah akan tersolusikan dengan tuntas.
Wallahu a’lam bi ash shawwab
Sumber Klik disini