Hidayatullah.com– Investigasi oleh Europol selama setahun menghasilkan penangkapan belasan orang yang terlibat dalam jaringan penyelundupan manusia yang beroperasi di Calais.
Salah satu geng penyelundupan manusia yang paling aktif dan terbesar di Calais, Prancis, telah dibongkar dan 19 orang diringkus oleh aparat kepolisian Jerman, Prancis dan Belgia menyusul investigasi selama satu tahun, kata Europol seperti dilansir The Guardian Kamis (22/22024).
Operation Task Force Wave, yang melibatkan 600 personel kepolisian, berhasil menangkap kepala geng Kurdi-Iraq dan lima pengatur utama di Jerman di mana aksi penyelundupan orang dilakukan, kata polisi.
Penggerebekan atas sejumlah alamat di Jerman itu dilakukan kurang dari dua bulan setelah lima orang tenggelam di Wimereux, sebuah resor dekat Calais, yang berusaha menyeberangi Selat Channel ketika temperatur sangat dingin pada awal Januari 2024.
Termasuk mereka yang ditangkap adalah lima gembong alias bos yang mengendalikan geng penyelundupan orang.
Dari penyelidikan panjang itu polisi akhirnya mengetahui mengapa hampir 30.000 orang pria, wanita dan anak-anak berhasil menyeberangi Channel pada tahun 2023 meskipun risikonya maut.
Perahu-perahu karet murahan diimpor dari China dan diangkut ke Jerman melalui operasi rumit yang melibatkan aksi pengintaian oleh anggota geng-geng sehingga pengiriman perahu karet ke Calais tidak diketahui aparat berwenang.
Dari 26 lokasi yang digerebek di Jerman, ditemukan 24 perahu karet, 175 rompi pelampung dan 81 alat pelampung untuk anak-anak, 13 motor perahu, 14 mesin dan hampir 60 peralatan elektronik serta sejumlah senjata api.
Para tersangka yang berhasil diciduk semuanya berbasis di Jerman dan ditahan atas perintah otoritas hukum Belgia dan Prancis.
Europol mengatakan investigasi atas jaringan penyelundup manusia yang diinisiasi akhir 2022 berhasil mengungkap struktur dan modus operandi jaringan besar kriminal itu, yang melibatkan orang-orang Iraq, Suriah dan Kurdi.
Europol menjelaskan bahwa jaringan itu membuat infrastruktur logistik sendiri dengan cabang-cabang khusus yang antara lain bertugas mengimpor perlengkapan maritim dari China ke Uni Eropa lewat Turki dan kemudian ke Prancis.
Para sopir biasanya membawa delapan perahu karet dalam sekali jalan dan melewati rute berliku-liku untuk menghindari polisi. Terdapat sejumlah lokasi peristirahatan di Belgia di mana mereka menunggu perintah selanjutnya untuk mengirimkan barang yang dibutuhkan.
.notice-box-green {
border: 2px solid #28a745; /* Green border color */
background-color: #d4edda; /* Light green background color */
padding: 15px;
margin: 20px;
border-radius: 8px;
font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */
text-align: center; /* Center the text */
}
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Europol menjelaskan bahwa perahu karet yang dipakai para penyelundup sebenarnya memiliki kapasitas tidak lebih dari 10 orang. Namun, geng penyelundup rata-rata menempatkan 50 migran di satu perahu. Per migran ditarik bayaran antara €1.000 dan €3.000.
Sejak tahun 2019, aktivitas penyelundupan orang dengan menggunakan perahu-perahu karet lewat Channel menuju Inggris terus meningkat.
Sumber-sumber kepolisian Uni Eropa mengatakan kegiatan penyelundupan manusia di pesisir utara Prancis telah didominasi oleh geng-geng orang Iraq selama bertahun-tahun.*
Sumber Klik disini