Tag:

Note

Kang Paket

SUDAH 2 kali kang paket (entah siapa, dari ekspedisi yang mana), ngeletakkin barang pesenan di depan pintu. Yang kedua itu bikin kaget, baru aja dia bilang “Permisi, paket!”, eh dia langsung lemparin barang, dari pagar depan rumah ke pintu, jaraknya sekitar 2 meter.Saya langsung keluar, eh dia langsung caw ngebut motornya. Saya langsung curiga, kalau beberapa barang lainnya yang kedapatan di depan pintu, juga diperlakukan sama.Saya jadi garuk-garuk kepala.Yang ketiga kalinya, pas itu kang paket datang, bilan salam, saya langsung gercep, keluar dan melayani dia.“Eh Kang,” buka saya padanya, “Saya ga tau sih siapa, ini sudah beberapa kali barang-barang pesenan kami dilempar dari pagar ini. Padahal kami ada lho. Kan orang keluar rumah ga bisa langsung gitu aja yaa…”Si Kang Paket kayak kaget. “Eh, iya, Pak …”“Iya, saya udah mau laporin nih ke ekspedisinya. Saya juga mau fotoin. Mau saya kasih rating 1. Pokoknya saya mau komplen. Kan ini barang yaa…”Kang Paket masih diam, ga menjawab.Saya kemudian melanjutkan lagi, “Kan ga ada susahnya ya tunggu dulu beberapa detik, apa orangnya ada atau nggak dalam rumah, atau paling nggak, simpen dengan baik barang pesenan, bukannya dilemparin gitu…”BACA JUGA: Anak Perempuan yang Nanyain Arah Kiblat“Buat saya tuh, kang, pekerjaan itu integritas. Dedikasi. Baik diliat orang ataupun nggak. Apalagi kerjaan jasa begini ya, kan hubungannya sama trust orang dan ekspedisi itu sendiri.”Saya ngomong gitu sambil senyum. Saya nggak tau itu Kang Paket ngerti atau nggak ya. Ataukah ini Kang Paket yang sama dengan yang ngelemparin barang, saya juga ga paham. Si Kang Paket ga jawab apapun selain, “Eh iya, Pak…”BACA JUGA: Blok Blok BlokSejak saat itu, paket yang datang ke rumah kami selalu datang dalam keadaan baik. Saya juga ga pernah komplen, atau ngelaporin atau kasih rating jelek sama ekspedisinya. Orang saya ga tau apa ada cara ngasih rating kek gitu kayak di aplikasi-aplikasi. []

Anak Perempuan yang Nanyain Arah Kiblat

KEMARIN Maghrib, pas lagi jalan ke masjid, kaget banget. Di jalan sempit setapak yang menghububungkan rumah ke masjid belakang, dari satu kos-an pojok, muncul satu perempuan, kepalanya dibalut pake handuk, dan yang paling bikin kaget, itu dia pake celana pendeeeek banget!Saya ga kuasa atuh ngeliatnya hehehe… Padahal dag-dig-dug.Perempuan tersebut, kemudian meminta maaf, karena mungkin dia sadar udah ngagetin saya.Tapi saya kemudian lebih kaget lagi, ketika dia nanya, “Pak, maaf, kalau arah kiblat ke arah mana ya?”“Eh?” saya berusaha mencerna pertanyaannya.Dia mengulangi pertanyaannya. Sekarang dengan jelas, saya ngeliat, tangannya lagi pegang mukena.“Oh iya, teh… Kiblatnya ke arah sana, ya…” ujar saya akhirnya, sambil nunjukkin arah.Beliau bilang terima kasih. Kemudian masuk lagi ke kos-annya.BACA JUGA: KeajaibanSaya kembali ngelanjutin jalan kaki ke masjid. Sambil merenung sebentaran; begitulah, kita (saya aja kali!) seringkali ga siap dengan kenyataan seperti itu. Setiap orang, walau belum bisa sepenuhnya, tapi selalu punya kebaikan. Mungkin itulah yang oleh kaidah fiqih disebut sebagai, “Jika kau tak bisa melakukan semuanya, maka jangan kau tinggalkan semuanya.”Sungguh, diri ini seringkali dan mudah ngenilai orang sedemikian rupa, padahal sendirinya banyak aib dan dosa. Astagfirullah… []

Keajaiban

DARI  sekian banyak anak remaja yang saya temui sejak tahun 2012, sedikit sekali yang percaya sama “keajaiban”.Anak-anak ini lebih yakin bahwa kemiskinan yang mereka derita, warisan dari orangtua, hanya akan mencampakkan mereka pada 2 opsi hidup setelah SMA: kerja atau nganggur.Mereka nggak percaya bisa kuliah secara kuliah mahal. Mereka ga yakin mereka bisa punya usaha sendiri karena ga punya modal.BACA JUGA: Blok Blok BlokPun begitu, ada aja 1 atau 2 anak yang nggak sudi dikalahkan oleh perhitungan dangkal manusia. Anak-anak yang menolak menjadi orang kalah sebelum tarung. Alhasil mereka rela nongkrong lama-lama di kantor, sharing, sama-sama belajar.And you know what, anak-anak yang sedikit ini, saya suka kaget sendiri, campur senang, jika tiba-tiba datang mengabarkan, “Pak, saya di Jerman”, “Pak, aku dapat beasiswa di Jepang.. ” Atau tiba-tiba kucluk-kucluk datang ke rumah ngasih amplop atau kantong plastik merek alfa, “Ini buat anak-anak Bapak yaa.. ”BACA JUGA:  Apa Hubungan Baca Al-Quran dan Pekerjaanmu?Uh itu, rasanya, ngeliat mereka menjadi dokter, guru, polisi, insyinyur dan lainnya, saya ikut bangga dan bahagia, karena saya tahu banget, mereka berasal dari keluarga biasa aja cenderung miskin.Mereka adalah anak-anak yang menolak kalah dalam hidup. Mereka yang percaya akan keajaiban dalam kehidupan. []

Ibadah Itu …

IBADAH itu …Ibadah itu, kayaknya, musti deh perhatiin waktu dan tempat tertentu…Misalnya,Udah tau datang ke masjid beberapa menit setelah adzan, eh malah shalat sunnah dulu, di barisan paling depan lagi… Pan, yang mau qomat jadinya ga tegaan. Sementara, jamaah lain, udah pada terus ngeliatin….Ibadah itu, kayaknya, musti deh perhatiin waktu dan tempat tertentu…Namanya juga shalat berjamaah, banyak orang dan kepentingan, baiknya pilih-pilih surat setelah Al-Fatihah itu yang pertengahan. Saya pernah shalat Ashar di sebuah masjid, imamnya rakaat pertama kira-kira sepuluh menit … Rakat kedua sampe keempatnya emang ga selama itu, tapi itu menjadi shalat Ashar pertama yang diinget terus. Berkesan.Ibadah itu, kayaknya, musti deh perhatiin waktu dan tempat tertentu…Sering banget, orang yang masbuq, malah sampe tiga rakaat, lamaaa banget nyelesaian shalatnya, sementara posisi dia di tempat yang ga mungkin dilewatin orang, atau malah itu jalan satu-satunya keluar dari masjid.Selama apa sih? Ya, lama aja pokoknya hehehe…BACA JUGA:  Blok Blok BlokIbadah itu, sekali lagi, kayaknya, musti deh perhatiin waktu dan tempat tertentu…Sering nemuin sebelahan shalat jamaah, jarak kakinya lebaaar banget, dan saat sujud, itu sikut sampe sakit kena lengan bagian atas, sampe musti kebuka luas gitu yah ….BACA JUGA: Ke Kajian Selfie Dulu?Emang tuntunannya seperti itu yah? Ah kamu mah nguji doang pake nanya segala… Nggak juga sih. Julid mungkin iya, fixed. Atau ilmunya masih cetek beud.Tapi…Permudahlah. Jangan mempersulit. []

Berapa Banyak Utang Anda?

BERAPA besar utang Anda? Jika di bawah 5 atau 10 juta, seberapa pun menderitanya hidup Anda, segera selesaikan. Jika jumlahnya ratusan juga, dan apalagi berhubungan dengan bank, itu, Anda sendiri yang lebih tahu menghadapinya.Dalam hidup, wajar adanya kita berutang. Pada keluarga. Atau sahabat. Saya juga begitu. Saya punya beberapa karib kalau sedang saya sedang dalam kesempitan, saya terbiasa mengirim WA ke salah satu darinya, “Bro, pinjemin gua duit sekian ya…”Nah, ayo kita bicara utang-utang “kecil”. Yang jumlahnya tadi itu, di bawah 5 atau 10 juta. Biasanya, kebanyakan dari kita entah menganggap enteng soal utang-utang kecil ini, atau bagaimana, cenderung mengabaikan pentingnya bersegera membayar utang-utang ini. Mungkin, pikirnya, pemasukan tak seberapa, jika dipakai bayar utang yang ini, maka bisa jadi, keluarga ga makan, dan atau anak ga bisa jajan dan sebagainya. Padahal, saya jamin insyaAllah, ga akan kejadian begitu.Baiklah, coba hitung berapa lama sudah utang Anda yang jumlahnya di bawah 5 juta itu? 1 tahun, 2 tahun, atau hanya tiga bulan? Nah, coba kalkulasikan dengan berapa rezeki yang masuk ke kantong kita selama itu? Saya yakin, jumlah utang itu, hanya sepersekian kecil saja. Misalnya saja, utang 2 juta. Kebutuhan keluarga sebulan 3,5 juta. Keluarga ya bisa makan. Namun utang belum terbayar. Nah, coba pola pikirnya disimpan pada, “Saya dahulukan utang saya.” Dan lihat apa yang terjadi…. (Yang terjadi ya duit kita habis karena bayar utang hehehe).Maksud saya, cobalah untuk tidak berpikir dengan logika biasa yang penuh perhitungan. Dalam kehidupan kita sesungguhnya, rezeki kita sering kali tidak bisa ditakar dengan hitung-hitungan matematis. Mungkin saja, dengan menyegerakan membayar utang, pintu rezeki kita semakin dimudahkan oleh Allah SWT dan juga diberi rezeki dari arah yang tak terduga-duga.BACA JUGA:  Ke Kajian Selfie Dulu?Satu lagi yang patut diingat, utang-utang kecil ini (masih yang di bawah 5 juta maksud saya), selalu berhubungan erat dengan janji. “Saya pinjem sekian ya, saya lunasin bulan depan.” Seseorang dipegang karena janjinya. Penuhilah janji kita soal utang kita pada orang lain.Ketika saya hendak melunasi utang, dan berasa berat, karena memikirkan ada kebutuhan yang terpangkas di bulan ini, maka saya selalu berpikir, “Dia saja pas mau meminjamkan uangnya, begitu memudahkan. Mengapa aku yang harus menunaikan kewajiban, berat begini?”Percayalah, sekali kita berutang dan meleset menepati janji kita untuk melunasinya, bukan hanya pada dia orang yang memberikan bantuan pada kita, kita akan kehilangan kepercayaan. Tapi juga pada orang-orang di sekeliling kita. Ibaratnya, utang yang sedikit itu mengaburkan kredibilitas kita sebagai seorang lelaki, sebagai seorang manusia, dan sebagai seorang Muslim.BACA JUGA:  Merasa SepertiTerakhir, teruslah berdoa agar kita dihindarkan dan atau dimudahkan dalam membayar utang kita. Kita mungkin kadang lupa berdoa untuk bisa melunasi utang, padahal utang membelit kita. Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, ““Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari beban hutang dan kesewenang-wenangan orang lain.” Allahu alam. []@saadsaefullah

Ke Kajian Selfie Dulu?

SEKITAR awal tahun lalu, seseorang ngajak saja ke kajian yang baru dia gagas bersama kawan-kawannya. Malam Kamis. Nggak bisa lah saya. Sudah lebih dari 20 tahun, saya punya jadwal hadir ke kajian setiap pekan. Ya di malam Kamis. Saya tolak.Sepekan kemudian, 2 orang karib ke rumah. Mereka berkata, “Pak B berkata sama kita-kita kalau antum itu gimana sih, nggak mau hadir ke kajian. Ilmu antum udah banyak mungkin yah…”Hah, saya mengernyit, nggak mengerti.Oh jadi, si Pak B itu, yang ngajak saya ke kajian yang digagas oleh dia sama teman-temannya mungkin nggak ngerti, nggak paham, atau nggak tahu soal prioritas.Atau dia nggak percaya sama saya, alias nyangka saya bohong kalau di malam Kamis itu saya udah ada jadwal rutin kajian, nyaris separuh hidup saya. Saya jadi heran, kok gitu ya, masa teman ga percaya sama temannya, dan temannya bohong, teman macam apa saya ini?Saya sih cuma tertawa aja kemudian sambil garuk-garuk kepala. Masa setiap kali ke kajian, saya musti foto dan unggah di medsos, “Cheeeseee…. Selfie dulu!” sebagai bukti sih?BACA JUGA: Pep dan Zlatan IbrahimovicTerus saya bilang, “Itu bukan urusan saya dia mau ngomong apa. Itu urusan dia sama dirinya sendiri hehehee….”Saya denger-denger, bukannya kepo, karena 2 orang yang datang ke saya itu juga bilang kalau mereka udah ga pernah hadir lagi, kajian yang dia gagas sekarang udah ga jalan lagi. Sementara saya, Allah masih mengizinkan, sampai saat ini, masih diberikan jalan dan kemudahan duduk di majelis ilmu menyimak kajian pada Ustadz. Alhamdulillah.BACA JUGA:  UltahPS.1. Baik sangka terus sama temanmu.2. Kalau temanmu nggak ikut satu kebaikan, jangan nyangka dia nggak melakukan kebaikan lain.3. Kalau kamu seorang teman, kamu akan selalu memberikan pengertian akan udzur temanmu. Itu nomor satu. []@saadsaefullah11