Tag:
Internasional
Salam-online.com
Ogah Nakba Terulang, Warga Gaza: Kami tak Akan Pergi dari Sini, Masa’ Depan Kami tidak Ditentukan Orang Lain
Dua anak laki-laki mengibarkan bendera Palestina pada hari yang sama ketika pejuang Hamas menyerahkan seorang tawanan “Israel”-Amerika kepada tim Palang Merah di Kota Gaza, 1 Februari 2025 (Omar al-Qattaa/AFP)
SALAM-ONLINE.COM: Ketika seluruh dunia berdebat mengenai apakah rencana Presiden AS Donald Trump untuk “mengambil alih” Jalur Gaza akan benar-benar terwujud atau tidak, warga Palestina di Gaza melalui media sosial pekan ini memberikan tanggapan yang intinya mereka tidak akan meninggalkan rumah mereka.
Pada konferensi pers bersama Perdana Menteri penjajah, Benjamin Netanyahu, Selasa (4/2/2025), Trump mengatakan bahwa AS sedang mempertimbangkan untuk mengambil alih Gaza di masa mendatang dan mengusir warga Palestina dari tanah air mereka.
“AS akan mengambil alih Jalur Gaza. Kami akan memilikinya (Gaza) dan bertanggung jawab untuk membersihkan semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut,” oceh Trump.
Trump terus mengoceh bahwa “semua orang” yang diajak bicara “menyukai gagasan Amerika Serikat memiliki sebidang tanah (tanah Gaza)”.
Dia mengatakan bahwa warga Palestina di Gaza bisa pergi ke suatu tempat yang “baik, segar, indah”, tanpa menyebutkan prospek untuk kembali. Dia meminta Yordania dan Mesir untuk menerima warga Palestina yang diusir secara paksa, serta negara-negara lain yang tidak disebutkan namanya.
Yordania dan Mesir sejauh ini menolak gagasan menerima warga Palestina. Sementara Hamas dan Otoritas Palestina, serta negara-negara kuat di kawasan seperti Turki mengutuk rencana pengusiran warga Gaza itu.
Pernyataan Trump tersebut mendapat reaksi keras di AS dan dari berbagai pemimpin di komunitas internasional.
Bagi warga Palestina di Gaza, rencana yang diusulkan Trump tidak mengubah niat mereka untuk tetap tinggal di tanah air mereka sendiri.
‘Hidup atau mati di sini’
“Saya berasal dari Gaza, ayah dan kakek saya berasal dari sini. Jadi mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan, dan kami akan tetap teguh di tanah kami,” kata warga Gaza, Ahmed Halasa, dalam sebuah wawancara yang diposting oleh Middle East Eye, Rabu (5/2/2025). “Kami hanya punya satu pilihan: “Hidup atau mati di sinii.”
Warga Gaza lainnya, Ahmed al-Minawi, juga menyuarakan sentimen serupa.
“Kami kembali meskipun terjadi kerusakan besar dan kekurangan infrastruktur, air dan kebutuhan dasar. Kami kembali karena kami dengan tegas menolak pengungsian,” ucap Al-Minawi.
Penyair Palestina dari Gaza, Mosab Abu Toha, melalui akun X-nya menanggapi berita tersebut. “Kami tidak ingin hidup saja! Kami ingin tinggal di tanah air kami!” serunya.
Aya Massri dari Palestina berbagi pesan di X dengan gambar kopi paginya di Gaza. Ia mengatakan, tanah itu milik masyarakat adat.
Jurnalis Palestina Motasem Dalloul memvideokan pesan untuk Trump dan Netanyahu di depan reruntuhan rumahnya di Gaza.
“Saya akan membangun kembali rumah saya dengan tangan saya. Dan setiap warga Gaza akan melakukan hal yang sama seperti saya. Kami tidak akan pernah meninggalkan rumah kami. Kami akan tetap di sini sampai kami mati”.
Penulis dan analis politik Dr Fayez Abu Shamala juga memvideokan pesan yang ditujukan kepada Trump. “Kami mengatakan kepada Trump bahwa kami tidak akan meninggalkan tanah Gaza, dan kami tidak akan mengulangi Nakba (pengusiran warga Palestina pada 15 Mei 1948 yang juga disebut sebagai Hari Bencana Bangsa Palestina yang terjadi selama perang Arab-Israel)–bahkan jika kami tinggal di tenda-tenda di atas reruntuhan,” katanya.
Jurnalis Palestina Abubaker Abed mengungkapkan rasa kecewanya karena masa depannya “ditentukan oleh orang lain”.
Dalam postingan lain di X, Abed menyerukan persatuan dalam perjuangan Palestina untuk memperlambat momentum rencana Trump.
“Kita membutuhkan persatuan saat ini. Diaspora dan khususnya Tepi Barat tidak bisa tinggal diam. Kita harus menentang rencana ini. Kita kuat bersama dengan masyarakat bebas di dunia. Kita berakar di sini dan kita tidak akan pergi.” (S)Berita Lainnya
Salam-online.com
Ide Kacau Relokasinya Ditolak, Trump Malah Nekat Mau Ambil Alih Gaza
Donald Trump dan Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Selasa (4/2/2025), dua sosok kacau yang ingin merampok tanah Gaza, Palestina
SALAM-ONLINE.COM: Presiden Donald Trump mengatakan “AS akan mengambil alih Jalur Gaza.” Trump menyatakan itu tak lama setelah dia menyarankan memindahkan kembali (relokasi) secara permanen warga Palestina ke luar Gaza.
“AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan tugasnya,” katanya saat konferensi pers dengan Perdana Menteri penjajah, Benjamin Netanyahu, Selasa (4/2/2025), seperti dilansir Anadolu, Rabu (5/2).
“Kami akan memilikinya (Gaza) dan bertanggung jawab untuk menghancurkan semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut, meratakan lokasi tersebut, menyingkirkan bangunan yang hancur, meratakannya, menciptakan pembangunan ekonomi yang akan menyediakan lapangan kerja dan perumahan dalam jumlah tak terbatas bagi masyarakat di wilayah tersebut,” kata Trump.
Ketika ditanya apakah AS akan mengirim pasukan ke Jalur Gaza, dia menjawab: “Jika perlu, kami akan melakukannya.”
AS, kata Trump akan mengambil alih (Gaza) itu. dan akan mengembangkannya, menciptakan ribuan lapangan kerja. “ini akan menjadi sesuatu yang sangat dibanggakan oleh seluruh Timur Tengah,” ocehnya.
Trump melanjutkan ocehannya bahwa dia melihat AS memiliki “kepemilikan jangka panjang” atas Jalur Gaza.
“Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang akan membawa stabilitas besar di wilayah Timur Tengah, dan mungkin seluruh Timur Tengah…dan ini bukan keputusan yang diambil dengan mudah. Semua orang yang saya ajak bicara menyukai gagasan Amerika Serikat untuk memiliki tanah (Gaza) tersebut,” katanya.
Trump menyatakan bahwa dia telah mempelajari hal ini dengan sangat cermat selama berbulan-bulan dan melihatnya dari berbagai sudut pandang. Menurutnya, Gaza adalah tempat yang sangat berbahaya, dan hanya akan menjadi lebih buruk. Gagasan ini — yang saya bicarakan dari tingkat kepemimpinan tertinggi — mendapat pujian yang luar biasa.
“Jika Amerika Serikat dapat membantu mewujudkan stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah, kami akan melakukannya,” kata Trump.
Ketika ditanya apakah hal ini berarti dia tidak mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina, Trump mengatakan: “Hal ini tidak berarti apa-apa, mengenai dua negara atau satu negara atau negara lainnya. Ini berarti bahwa kami ingin memberikan kesempatan hidup kepada masyarakat.”
“Mereka tidak pernah mempunyai kesempatan hidup karena Jalur Gaza telah menjadi neraka bagi orang-orang yang tinggal di sana,” tambahnya.
Menanggapi pertanyaan tentang siapa yang akan tinggal di Gaza jika warga Palestina pergi, Trump menjawab: “Rakyat dunia.”
“Saya pikir Anda akan menjadikannya sebuah tempat internasional yang luar biasa. Saya pikir potensi di Jalur Gaza luar biasa,” katanya.
“Saya pikir seluruh dunia, perwakilan dari seluruh dunia akan hadir di sana, dan mereka akan tinggal di sana…. Warga Palestina akan tinggal di sana. Banyak orang akan tinggal di sana.”
Trump menambahkan bahwa Jalur Gaza akan menjadi “Riviera Timur Tengah”.“Kita mempunyai peluang untuk melakukan sesuatu yang fenomenal.”
Netanyahu dalam jumpa pers itu mengatakan: “Seperti yang kita diskusikan, Tuan Presiden, untuk mengamankan masa depan kita dan membawa perdamaian di kawasan kita, kita harus menyelesaikan tugas ini.”
Dia menambahkan “Israel” harus memastikan bahwa “Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.”
Sebelumnya, saat bertemu dengan Netanyahu di Ruang Oval, Trump mengatakan menurutnya Yordania dan Mesir akan menerima warga Palestina dari Gaza,. Dia menyebut wilayah Gaza adalah tempat pembongkaran dan tidak dapat dihuni.
Usulan nekat dan kontroversial Trump itu mendapat kecaman luas. Banyak yang menyebutnya sebagai “pembersihan etnis/genosida dan “kejahatan perang” sebagaimana dilakukan oleh Zionis penjajah di Gaza.
Sebelumnya Yordania dan Mesir, serta negara-negara regional dan Eropa lainnya seperti Inggris, Prancis, dan Jerman, menolak keras usulan kacau relokasi Trump atas warga Gaza, sebagaimana Hamas dan rakyat Gaza sendiri. Apalagi kalau keinginan Trump itu adalah “mengambil alih” Gaza yang bukan haknya. Itu sama saja dengan merampok tanah Palestina seperti yang dilakukan “Israel”. (mus)Berita Lainnya
Hidayatullah.com
Saudi Tak Akan Jalin Diplomatik dengan Penjajah, tanpa Negara Palestina
Hidayatullah.com—Kementerian Luar Negeri Arab Saudi pada Rabu menegaskan bahwa negaranya tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan ‘Israel’ selama masih melanggar hak-hak rakyat Palestina dan tanpa terbentuknya negara Palestina.“Posisi Kerajaan Arab Saudi atas berdirinya Negara Palestina teguh dan tidak berubah…Arab Saudi..tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa mencapai tujuan tersebut,” demikian isi pernyataan Kemenlu Saudi ituKementerian tersebut juga menekankan bahwa Arab Saudi menolak tegas tindakan apapun yang melanggar hak-hak sah rakyat Palestina, termasuk kebijakan penjajah ‘Israel’, aneksasi wilayah Palestina atau upaya paksa menggantikan warga Palestina.“Posisi Arab Saudi bukan subjek untuk tawar -menawar dan telah dikomunikasikan kepada pemerintah Amerika Serikat sebelumnya,” tambah pernyataan itu.Pada Selasa, Presiden Donald Trump mengatakan Jalur Gaza adalah “situs pembongkaran” dan berkata bahwa rakyat Palestina tidak memiliki alternatif selain meninggalkan tempat itu.Trump juga menambahkan bahwa Washington tidak akan membiayai proses pemukiman kembali, dan mencatat bahwa negara-negara Timur Tengah yang memiliki dana yang diperlukan dapat membiayai upaya ini.*/ant
Salam-online.com
Presiden Al-Sharaa Ingin Ubah Hubungan Suriah dengan Turki Menjadi Kemitraan Strategis
Presiden Suriah Ahmad Hussain Al-Sharaa dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
SALAM-ONLINE.COM: Presiden Suriah Ahmad Hussain Al-Sharaa menyatakan keinginannya untuk mengubah hubungan dengan Türki menjadi kemitraan strategis.
Dalam konferensi pers bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ibu Kota Türki, Ankara, Selasa (4/2/2025) Al-Sharaa menyoroti pentingnya memperdalam kemitraan antara kedua negara.
“Kami menegaskan transformasi hubungan kami dengan Türki menjadi kemitraan strategis yang mendalam di semua bidang,” katanya, seperti dilansir Kantor Berita Anadolu, Selasa (4/2).
Dia mengatakan bahwa fase mendatang akan fokus pada meningkatkan pertukaran perdagangan dan investasi bersama, khususnya dalam proyek rekonstruksi infrastruktur, yang bertujuan untuk memulihkan ekonomi (Suriah) dan mendukung masa depan yang lebih baik bagi kedua negara.
Al-Sharaa juga mengundang Presiden Erdogan untuk mengunjungi Suriah sedini mungkin.
“Kami mengapresiasi Yang Mulia Presiden Recep Tayyip Erdogan atas komitmen dan upaya kuatnya dalam membina kerja sama guna memastikan keberhasilan fase transisi, membawa keamanan dan stabilitas di kawasan,” kata Al-Sharaa.
Ia juga menegaskan bahwa revolusi Suriah dan keterlibatan Turki dalam revolusi tersebut—meskipun menghadapi tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin dan rakyat Turki—namun telah memperkuat hubungan bilateral (kedua negara).
“Dukungan berkelanjutan Turki tetap terlihat melalui upaya berkelanjutannya untuk memastikan keberhasilan kepemimpinan Suriah saat ini baik secara politik maupun ekonomi sambil menjaga kemerdekaan, persatuan, kedaulatan dan integritas wilayah Suriah,” tegas al-Sharaa.
Al-Sharaa, yang memimpin perjuangan revolusi Suriah untuk menggulingkan rezim Basyar Assad, dinyatakan sebagai presiden pekan lalu.
Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember 2024, mengakhiri rezim Partai Baath, yang berkuasa sejak 1963. (Ibnu)Berita Lainnya
Salam-online.com
Kunjungan ‘Bersejarah’ Presiden Suriah Al-Sharaa ke Turki, Erdogan: Menuju ‘Persahabatan dan Kerja Sama Abadi’
Presiden Erdogan (kanan) dan Presiden Transisi Suriah Ahmad Hussain Al-Sharaa
SALAM-ONLINE.COM: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (4/2/2025) menggambarkan kunjungan Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa ke Ankara sebagai langkah “bersejarah” menuju awal periode “persahabatan dan kerja sama abadi” antara kedua negara.
Berbicara pada konferensi pers bersama dengan Al-Sharaa seperti dikutip Anadolu, Selasa (4/2), Erdogan menekankan komitmen Türki terhadap integritas dan persatuan wilayah Suriah.
Dia menegaskan kembali dukungan Türki yang tak tergoyahkan terhadap Suriah. “Kami tidak pernah meninggalkan saudara dan saudari kami di Suriah di masa-masa tersulit mereka, dan kami akan terus mendukung mereka di periode baru ini.”
Erdogan melihat kunjungan Al-Sharaa mempunyai sejarah yang penting.“Saya melihat kunjungan hari ini sebagai awal dari era baru persahabatan dan kerja sama abadi. Semua institusi kami telah bekerja tanpa kenal lelah untuk membangun kembali hubungan kami ke tingkat yang strategis,” kata Erdogan.
Ia menyatakan keyakinannya terhadap kemampuan Suriah untuk membangun kembali negaranya. “Kami yakin saudara dan saudari kami di Suriah, yang menginspirasi kawasan ini dengan ketahanan mereka, akan membangun kembali negara mereka,” ujarnya.
Türki siap membantu membangun kembali kota-kota Suriah yang hancur, kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa ia yakin percepatan pemulihan ekonomi akan mendorong kembalinya pengungsi Suriah secara sukarela.
Memperkuat hubungan bilateral
Kedua pemimpin membahas langkah-langkah bersama untuk membangun keamanan dan stabilitas ekonomi.
Presiden Turki Erdogan dan Presiden transisi Suriah Ahmad Hussain Al-Sharaa memulai pembicaraan di Ankara
Erdogan menyoroti kemajuan dalam hubungan multidimensi, termasuk perdagangan, penerbangan sipil, energi, kesehatan dan pendidikan.
“Selain bantuan kemanusiaan untuk wilayah Suriah yang hancur, kami juga siap mendukung pembangunan kembali infrastruktur penting. Ketika pemulihan ekonomi Suriah mendapatkan momentumnya, maka pengembalian sukarela juga akan mendapatkan daya tarik. Di sisi lain, serangkaian sanksi internasional terhadap Suriah menjadi hambatan bagi upaya pemulihan ekonomi dan infrastruktur. Upaya Türki untuk mencabut sanksi yang ditujukan untuk rezim Assad telah memberikan fleksibilitas. Namun, kami akan terus mengupayakan pencabutan sanksi ini hingga pekerjaan selesai,” kata Erdogan.
Dia juga menyerukan dukungan finansial dan moral dari dunia Arab dan Islam untuk pemerintahan baru dan rakyat Suriah, dan menggambarkannya sebagai hal yang “penting”.
Memerangi Terorisme
Erdogan menjanjikan dukungan Türki dalam perjuangan Suriah melawan kelompok teror, termasuk Daesh (ISIS) dan PKK.
“Baik itu Daesh atau PKK, saya telah menegaskan kembali dukungan kami kepada Suriah dalam memerangi terorisme di kamp-kamp yang terletak di timur laut Suriah kepadanya (Al-Sharaa). Saya ingin menyampaikan kepuasan saya atas kemauan kuat saudara saya Ahmad Al-Sharaa dalam memerangi terorisme,” lanjut Erdogan.
“Dengan bertindak dalam solidaritas dengan Suriah, saya yakin kita akan sepenuhnya menciptakan iklim perdamaian dan keamanan di kawasan kita bersama, bebas dari terorisme,” katanya.
Al-Sharaa, yang memimpin revolusi Suriah untuk menggulingkan rezim Basyar Assad di Suriah, dinyatakan sebagai presiden pekan lalu.
Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember 2024, mengakhiri rezim Partai Baath, yang berkuasa sejak 1963. (Ibnu)Berita Lainnya
Suaraislam.id
Hamas: Israel Hambat Bantuan dan Upaya Rekonstruksi Gaza
Kota Gaza (SI Online) – Kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas, menyebut Zionis Israel menghambat pelaksanaan kesepakatan bantuan dan rekonstruksi di Gaza.“Israel terus menunda pelaksanaan proses bantuan dan rekonstruksi yang telah disepakati dalam perjanjian gencatan senjata, serta tidak sepenuhnya memenuhi komitmennya terhadap bantuan kemanusiaan,” kata Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, dalam sebuah pernyataan tanpa merinci lebih lanjut.“Meski sektor kesehatan mengalami kehancuran besar, pendudukan (Israel) belum mengizinkan upaya pemulihan atau masuknya pasokan medis penting,” tambahnya, dikutip dari Anadolu Agency, Senin (03/02/2025).“Pengiriman bahan bakar masih jauh di bawah jumlah yang ditetapkan dalam kesepakatan, dan pasokan yang mencapai Gaza utara sangat minim,” ujarnya melanjutkan.Qassem juga menyatakan bahwa “alat berat yang disebutkan dalam kesepakatan belum diizinkan masuk, sehingga menyulitkan evakuasi jenazah para syuhada dan menghambat pemulihan jenazah sandera yang akan ditukar, terutama pada akhir fase ini.”Hamas mendesak para mediator, yaitu Qatar dan Mesir, serta penjamin gencatan senjata, untuk “memaksa Israel agar segera mengizinkan masuknya bantuan yang telah disepakati, termasuk tenda, bahan bakar, pasokan makanan, dan alat berat, serta memastikan penghentian semua pelanggaran lainnya.”Sebelumnya pada hari yang sama, Kepala Kantor Media Gaza, Salama Marouf, menyatakan bahwa Gaza kini menjadi “zona bencana kemanusiaan” yang tidak memiliki “kebutuhan dasar untuk bertahan hidup dan menjaga martabat manusia.” []Sumber: Anadolu
Salam-online.com
Serangan Zionis Penjajah di Gaza Hancurkan 79% Masjid dan 3 Gereja
Banyak Masjid yang hancur selama serangan “Israel” di Gaza
SALAM-ONLINE.COM: Zionis “Israel” di Jalur Gaza telah menghancurkan 79% Masjid dan tiga gereja, demikian disampaikan oleh juru bicara Kementerian Wakaf, Ikrami Al-Mudallal, di wilayah tersebut kepada Anadolu, Ahad (2/2/2025).
Ikrami Al-Mudallal mengatakan pasukan penjajah juga telah membunuh 255 Ulama dan Imam yang berafiliasi kepada kementerian dan menahan 26 lainnya.
“Penargetan Masjid dan tempat ibadah oleh pasukan penjajah jelas merupakan pelanggaran terhadap semua kesucian, hukum internasional, dan hukum hak asasi manusia,” katanya.
Tentara “Israel” uga menargetkan 32 dari 60 kuburan di Gaza, menghancurkan 14 kuburan dan merusak sebagian 18 kuburan, tambah Al-Mudallal.
Situs bersejarah hancur
Selama berabad-abad, Gaza telah menjadi pintu gerbang antara Asia dan Afrika, rumah bagi beragam sejarah peradaban, budaya dan agama.
Sejak Zionis penjajah melancarkan serangannya pada 7 Oktober 2023, banyak Masjid, kuil dan gereja bersejarah di daerah kantong tersebut hancur menjadi puing-puing.
Di antaranya adalah Masjid Agung Omari, masjid terbesar dan tertua di Gaza. Menara Masjid berusia 1.400 tahun itu hancur, dan sebagian bangunannya rusak parah.
Masjid lain yang rusak dalam serangan itu termasuk Masjid Sayed al-Hashim dan Masjid Katib al-Wilaya.
Gereja pun menjadi sasaran. Gereja Saint Porphyrius, gereja tertua di Gaza dan tertua ketiga di dunia, mengalami kerusakan. Begitu pula Gereja Keluarga Kudus.
Gereja Baptis Ahli, yang terletak di dalam Rumah Sakit Baptis Al-Ahli, juga terkena serangan. Serangan pasukan penjajah terhadap rumah sakit dan gereja pada 17 Oktober telah menewaskan sekitar 500 orang.
Perang yang sedang berlangsung, kesepakatan gencatan senjata
Pada 19 Januari 2025 perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan penjajah mulai berlaku. Awalnya ditetapkan selama 42 hari, kemudian negosiasi dilanjutkan ke tahap berikutnya. Perjanjian tersebut dimediasi oleh Mesir dan Qatar, dengan dukungan AS.
Sejak 7 Oktober 2023 perang genosida “Israel” di Gaza telah membunuh lebih dari 47.400 warga Palestina — kebanyakan wanita dan anak-anak – dan melukai lebih dari 111.000 orang. Dan lebih dari 11.000 orang masih hilang.
Perang tersebut telah memicu salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern, dengan kehancuran yang meluas dan kelaparan yang merenggut banyak nyawa, terutama di kalangan anak-anak dan orang lanjut usia.
Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri penjajah, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
“Israel” juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilakukannya di wilayah kantong tersebut. (mus)Berita Lainnya
Salam-online.com
Zionis Penjajah Larang Beberapa Nama untuk Bekerja di Perbatasan Rafah
Sejumlah relawan dari berbagai organisasi kemanusiaan, Jumat (31/1/2025) menyerukan yel-yel di depan pintu perbatasan Rafah agar pintu perbatasan tersebut dibuka sehingga bisa mengirim bantuan
SALAM-ONLINE.COM: Perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza akan Kembali dibuka setelah ditutup selama berbulan-bulan.
Sejumlah sumber mengungkapkan rincian tentang bagaimana pengawasan akan dilakukan setelah dibukanya kembali jalur penting bagi penduduk Gaza ini.
Sumber Al Arabiya melaporkan bahwa Zionis penjajah telah melarang beberapa nama bekerja di perbatasan karena dugaan hubungan mereka dengan Hamas.
Ia juga menambahkan bahwa peralatan logistik dan keamanan akan tiba di Rafah untuk lebih mengamankan dan memantau penyeberangan.
Tim keamanan telah melakukan pemeriksaan dan penyisiran di perlintasan tersebut, sebagai persiapan pembukaan pada Jumat (31/1/2025) guna mengevakuasi sejumlah korban luka. Namun pada Sabtu akan dibuka penuh.
Sumber tersebut mengungkapkan bahwa “Israel” (penjajah) menyetujui daftar 50 warga Palestina untuk bekerja di penyeberangan Rafah. Pihak penjajah menyetujui daftar orang-orang terluka yang akan meninggalkan perbatasan, dan menambahkan bahwa keluarnya mereka yang terluka akan dilakukan dengan persetujuan Uni Eropa dan Mesir.
Sebelumnya, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaya Kallas, mengumumkan bahwa blok tersebut telah melanjutkan misi sipilnya untuk memantau perbatasan antara Gaza dan Mesir, yang merupakan titik penyeberangan utama bagi daerah kantong Palestina itu. “Misi sipil Uni Eropa dikerahkan pada Jumat (31/1) di perbatasan Rafah atas permintaan Palestina dan “Israel”.
Misi sipil Eropa ini akan mendukung staf Palestina di perbatasan. Hal ini memungkinkan mereka yang membutuhkan perawatan medis dipindahkan keluar dari Gaza,” cuitnya di platform X pl
Sementara itu, pejabat Palestina dan Hamas menjelaskan bahwa penyeberangan sekarang akan dikelola oleh anggota Otoritas Palestina dan pengamat Eropa.Patut dicatat bahwa misi sipil yang berafiliasi dengan Uni Eropa telah memantau penyeberangan Rafah pada tahun 2005 sebelum menangguhkan misinya pada bulan Juni 2007 setelah Hamas menguasai Gaza. (ah)
Sumber: Al ArabiyaBerita Lainnya