Tag:

amalan

Pentingnya Seorang Muslim Takut kepada Azab Allah SWT

PERASAAN takut kepada Allah SWT adalah intisari kesempurnaan agama. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa segala kebijaksanaan adalah perasaan takut kepada Allah SWT.Dalam kitabnya Fadhail Al-‘Amal, Syekh Maulana Muhammad Zakarriya Al-Kandahlawi, menceritakan bahwa Sayyidin Ibnu Umar RA sering menangis karena takut kepada Allah SWT. “Demikian seringnya ia menangis sehingga matanya menjadi buta,” katanya.BACA JUGA: Kisah Malaikat Seribu TanganSuatu ketika ada seseorang yang memperhatikannya. Ia berkata kepada orang itu. “Tampaknya engkau heran melihat aku menangis?”Ia melanjutkan, sungguh, matahari pun menangis karena takut kepada Allah SWT.” Dalam riwayat lain ia berkata “Bulan pun menangis karena takut kepada Allah SWT.”Ketika seorang sahabat muda sedang membaca Alquran surat Ar-Rahman ayat 37 lewatlah Rasulullah SAW. Ketika bacaan pemuda tadi sampai ayat yang berbunyi. “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah nawar seperti kilapan minyak.”“Ya Allah, bagaimana keadaanku bila langit telah terbelah kiamat? Sungguh malang nasibku.”Lalu, Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Tangisanmu telah menyebabkan para malaikat ikut menangis.”Seorang sahabat dari golongan Anshar setelah menunaikan sholat tahajudnya lalu duduk sambil menangis tersedu-sedu dan ia berkata, “Aku memohon perlindungan kepada Allah SWT dari api neraka jahanam.” Rasulullah SAW bersabda, “Hari itu kamu telah membuat para malaikat menangis.”BACA JUGA: Saudaraku, Waspada Malaikat Maut MengintaimuSeorang sahabat yang bernama Sayyidina Abdullah bin Rawahah RA menangis sedih. Ketika terlihat istrinya, lalu istrinya langsung ikut menangis. Sayyidina Abdullah Bin Rawahah katanya, “Mengapa kamu menangis?” Jawab istrinya, ” Saya menangis karena engkau menangis.”Sayyidina Abdullah bin Rawahah berkata, “Aku menangis karena membayangkan jika nanti aku harus menyeberangi neraka jahanam melalui shirat. Aku tidak tahu apakah aku akan selamat atau tertinggal di sana.” []

Di Atas Sedekahmu, Masih Ada Sedekah Orang Lain

Satu kali di hari Jumat pagi, seorang lelaki membeli 2 bungkus opak mentah. Ia memberikan uang 40.000 kepada aki penjual opak. Sementara 1 bungkus opak hanya 5 ribu saja. Perasaan si lelaki senang bukan kepalang, bisa sedekah di Jumat pagi.Siangnya, ketika shalat Jumat, si lelaki mendengar dari marbot masjid, ada dua orang yang sedekah Jumat. Yang pertama, nominalnya 2 juta. Yang berikutnya 4 juta. Sedekahnya ke masjid. MasyaAllah, sedekah si lelaki tadi pagi, sungguh jauh sekali bedanya.Besoknya Sabtu, tepat jam 10.00 pagi, seseorang mengirim pesan WA pada istri sang lelaki: “Saya baru transfer 9,5 juta sebagai sedekah, untuk bayar UKT putri Ustadz + Ustadzah, ya… Semoga bermanfaat, dunia akhirat…”Istri sang lelaki bingung. Si lelaki apalagi. Setelah ucapan terima kasih “Jzklhu khair” dan doa diam-diam, si lelaki jadi mikir:1- Jangan pernah menghitung amalmu.2- Di atas amalanmu, masih banyak lagi amalan orang lain yang jauh lebih tinggi lagi nilainya.3- Jangan pernah niatkan bertransaksi dengan manusia. Bertransaksi-lah dengan Ia, Yang Maha Kaya.4- Kebaikan apapun yang kamu lakukan, akan selalu kembali padamu. Entah bentuknya apa. m5- MasyaAllah. []@saadsaefullah

2 Amalan yang Paling Banyak Membuat Manusia Masuk Surga

MANUSIA yang percaya adanya akhirat, pasti menginginkan surga yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang tiada ujungnya. Namun banyak yang tidak tahu amalan apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga. Ada dua amalan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, yaitu takwa dan akhlak yang baik. Khususnya untuk amalan akhlak yang baik, banyak orang yang sulit melakukannya. Meski sering duduk di majelis ilmu, dengan tampilan yang sangat islami, banyak orang yang belum berakhlak baik karena beberapa perilakunya sehari-hari. Seperti tidak murah senyum, tidak santun, tidak lemah lembut, dan tidak amanah. Inilah yang salah. BACA JUGA: Kalimat Kunci Surga Padahal, dengan rajinnya menuntut ilmu seharusnya semakin terbimbing pada akhlak yang baik. Karena takwa dan akhlak baik itulah yang mengantarkan pada surga. Dari Abu Hurairah, ia berkata, سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ » “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). Dalam hadits Abu Dzar disebutkan, اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Ikutilah kejelekan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan kejelekan tersebut dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987 dan Ahmad 5/153. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). Ibnu Rajab mengatakan bahwa berakhlak yang baik termasuk bagian dari takwa. Akhlak disebutkan secara bersendirian karena ingin ditunjukkan pentingnya akhlak. Sebab banyak yang menyangka bahwa takwa hanyalah menunaikan hak Allah tanpa memperhatikan hak sesama. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 454). BACA JUGA: Lelaki Ahli Surga dan 100 Bidadari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan akhlak yang baik sebagai tanda kesempurnaan iman. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud no. 4682 dan Ibnu Majah no. 1162. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Allahu A’lam. [] SUMBER: RUMAYSHO

Khutbah Jumat: Keutamaan dan Amalan di Bulan Zulhijah

Sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, Allah selalu menyediakan hari-hari yang diliputi keutamaan, termasuk pada bulan Zulhijah Khutbah Pertama إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Di hari-hari itu, Allah SWT melipatgandakan pahala yang sebanyak-banyaknya. Hari-hari itu akan segera kita masuki. Yaitu sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijah. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : ما العَمَلُ في أيَّامٍ أفْضَلَ منها في هذِه؟ قالوا: ولَا الجِهَادُ؟ قَالَ: ولَا الجِهَادُ، إلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بنَفْسِهِ ومَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بشيء “Tidak ada hari di mana amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allah dibandingkan sepuluh hari ini maksudnya sepuluh Zulhijah.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, meski pun jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Meski pun berjihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya dan tidak kembali sama sekali.” (HR. Bukhari) Keberkahan di sepuluh hari pertama Zulhijah ini meliputi beragam amal. Bisa berupa amal yang wajib, amal sunah, berbuat baik kepada sesama, dan macam-macam ibadah lainnya yang disyariatkan dalam Islam. Kaum Muslimin Hafidzakumullah Di bulan Zulhijah terhampar waktu-waktu agung yang teramat sayang jika kita tidak mengamalkannya. Beberapa di antaranya adalah, Pertama, hari Arafah. Inilah hari yang menjadi puncak ibadah haji bagi mereka yang tengah melaksanakannya. Bagi kita yang tidak melaksanakan haji, disunahkan untuk berpuasa di hari ini, sebagaimana sabda Rasulullah SAW ketika ditanya tentang keutamaan puasa Arafah, beliau menjawab : يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ “(Puasa Arafah) menggugurkan dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim) Selain itu, yang kedua keutamaan dari Zulhijah adalah di dalamnya ada hari menyembelih hewan kurban. Hari itu bertepatan dengan hari kesepuluh. Berkurban dengan menyembelih hewan kurban tertentu merupakan ajaran yang berlangsung sejak lama, sudah ada sejak era Nabi Ibrahim AS, sang kekasih Allah SWT. Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW dianjurkan untuk melaksanakannya. Hewan-hewan yang dikurbankan itu dipersembahkan kepada Allah SWT sebagai bentuk penghambaan kita yang tulus kepada-Nya. Berbeda dengan pengurbanan di masa-masa kekufuran yang berkurban untuk berhala-berhala atau dewa-dewa yang dijadikan sebagai sesembahan. Dengan berkurban kita menghilangkan penyakit-penyakit dunia dalam diri seperti rakus dan kikir, kemudian kita berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Ibadah kurban ini memiliki kaitan ibadah yang luas. Selain sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT, ia juga memiliki keterkaitan yang erat dengan berbuat baik kepada sesama. Ada hablun minallaaah dan hablun minan naas di dalamnya. Jemaah Salat Jumat Keutamaan yang ketiga bahwa di sepuluh hari pertama bulan Zulhijah berkumpul induk seluruh ibadah yang diamalkan oleh setiap orang beriman. Meliputi ibadah salat, puasa, sedekah, dan haji. Empat ibadah ini semuanya berkumpul di sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Salat, ada salat lima waktu dan salat sunah yang kita jalani, lebih-lebih di sepuluh hari pertama Zulhijah. Demikian pula dengan puasa, sejak hari pertama atau setidaknya berpuasa Tarwiyah dan Arafah. Berikutnya adalah sedekah dalam bentuk menyembelih hewan kurban. Dan puncaknya adalah ibadah haji bagi yang sedang menjalaninya. Oleh karena itu, memasuki bulan Zulhijah, mari kita sambut dengan sambutan yang hangat, sambutan berupa hal-hal yang mulia. Kita awali dari yang pertama, bertobat kepada Allah SWT, melepaskan diri dari berbagai bentuk maksiat dan semua perbuatan dosa. Kita manfaatkan kesempatan emas ini dengan memohon ampun kepada Allah SWT sebanyak-banyaknya dan benar-benar berkomitmen untuk meninggalkan perbuatan yang melanggar ajaran agama. Rasulullah SAW bersabda : إنَّ اللهَ تَعَالَى يَغَارُ، وَغَيْرَة اللهِ، أنْ يَأْتِيَ المَرْءُ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ “Allah itu punya cemburu dan cemburunya Allah bila seorang hamba-Nya melakukan apa yang diharamkan Allah kepadanya.” (HR. Bukhari-Muslim) Kedua, kita gaungkan takbir (ucapan Allahu Akbar), tahmid (alhamdulillah), tahlil (Laa ilaaha illallaah). Allah SWT berfirman : وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ “Dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan.” (QS. al-Hajj : 28). Sebagian ahli tafsir menafsirkan ‘hari-hari yang ditentukan’ sebagai sepuluh hari pertama Zulhijah. Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT Ketiga, kita songsong Zulhijah dan kita manfaatkan sebagai momentum untuk memperbanyak amal saleh. Ada banyak amal kebaikan yang bisa ditunaikan seperti : salat-salat sunah, bersedekah, membaca Alquran, berjihad, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Amal saleh lainnya yang perlu kita laksanakan seperti berbakti kepada orang tua, menyebarkan salam, menolong saudara-saudara kita yang membutuhkan seperti di Gaza, Tepi Barat, dan Palestina secara umum. Begitu juga menjaga lisan, menjaga kemaluan, berbuat baik kepada tetangga, mengunjungi orang sakit, dan lain sebagainya. Demikianlah sejumlah keutamaan dan amalan bulan Zulhijah khususnya sepuluh hari pertamanya. Semoga kita bisa mengamalkan dengan ikhlas dan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن

5 Hal yang Dilakukan Rasulullah SAW di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Hidayatullah.com – Sebagian umat Islam pasti sudah mengetahui bahwa sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sangatlah istimewa. Inilah malam-malam yang dihabiskan oleh Nabi Muhammad SAW untuk beribadah. Di antara malam-malam ini adalah Lailatul Qadar – malam yang lebih diberkahi dari seribu bulan. Beliau akan mengerahkan dirinya dalam ibadah selama sepuluh malam ini lebih banyak daripada malam-malam lainnya dalam setahun. Selain fokus beribadah, Rasulullah SAW pada 10 malam terakhir ini juga melakukan berbagai perbuatan baik. Hal itu dijelaskan dalam dua Hadits yang diriwayatkan Aisyah, istri Rasulullah SAW. “Selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, Nabi akan mengencangkan ikat pinggangnya dan menghabiskan malam itu dengan beribadah. Beliau juga membangunkan keluarganya.” (HR. Al Bukhari) “Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah membaca seluruh Al-Quran dalam satu malam, atau menghabiskan sepanjang malam dalam shalat hingga pagi, atau menghabiskan satu bulan penuh dalam puasa – kecuali di bulan Ramadhan.” (Ibnu Majah) Namun, ibadah juga bukan satu-satunya yang Rasulullah SAW lakukan pada 10 malam terakhir. Rasulullah juga menghabiskan waktu untuk makan malam, makan sahur, dan kegiatan serupa lainnya. Kami telah rangkumkan 5 hal yang Rasulullah SAW lakukan di 10 malam terakhir Ramadhan.Membangunkan KeluargaSelama sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, Nabi Muhammad akan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah di malam hari… Menurut hadits yang diriwayatkan Aisyah di atas, kita mengetahui bahwa bahwa Nabi Muhammad biasa membangunkan keluarganya selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Memang, beliau biasa membangunkan istri-istrinya untuk shalat sepanjang tahun, tetapi itu agar mereka dapat shalat pada sebagian kecil malam. Kita mengetahui hal ini, karena Ummu Salamah, istri Nabi, menceritakan bahwa Nabi membangunkannya pada suatu malam dan berkata: “Maha Suci Allah. Apa yang telah diturunkan berupa cobaan pada malam ini? Apa yang telah diturunkan berupa harta, sehingga para penghuni kamar tidur terbangun? Ya Tuhan! Berpakaianlah kalian di dunia dengan telanjang di akhirat.” (HR. Al Bukhari)Mengerahkan Seluruh Kemampuan dalam BeribadahDalam hadits lain yang diriwayatkan Aisyah, Rasulullah SAW mengerahkan semua kemampuannya untuk beribadah di 10 malam terakhir Ramadhan. “Nabi mengerahkan dirinya dalam beribadah selama sepuluh malam terakhir lebih banyak daripada waktu-waktu lainnya sepanjang tahun.” (Muslim) Imam Al-Syafi’i pun menyatakan “Adalah sunnah bagi seseorang untuk mengerahkan upaya yang lebih besar dalam beribadah selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.” Ketika Aisyah mengatakan kepada kita bahwa Nabi Muhammad akan “mengencangkan ikat pinggangnya”, dia berbicara secara kiasan. Ungkapan tersebut berarti untuk mengabdikan diri sepenuhnya dan sepenuh hati pada tugas yang ada.Mencari Lailatul QadarSalah satu keistimewaan terbesar dari sepuluh malam ini adalah salah satunya adalah Lailatul Qadar. Ini adalah malam teragung dalam setahun – lebih baik dari seribu bulan. Ini berarti bahwa seorang Muslim dapat memperoleh lebih banyak pahala pada malam Lailatul Qadar daripada jika – di luar malam istimewa ini – ia beribadah kepada Tuhannya selama delapan puluh empat tahun berturut-turut. Ini adalah salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada umat Islam. Imam Ibrahim Al-Nakha’i berkata: “Amalan yang dilakukan pada malam ini lebih baik daripada amalan yang dilakukan secara konsisten selama seribu bulan.” Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda: “Barangsiapa yang menghabiskan Lailatul Qadar dengan berdoa, beriman kepada Allah (SWT) dan mengharapkan pahala-Nya, maka akan diampuni semua dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim) “Beriman kepada Allah”, dalam hadits ini, tidak hanya berarti percaya kepada Allah SWT, tetapi juga percaya kepada pahala yang dijanjikan kepada kita karena melaksanakan shalat pada malam ini.Lailatul Qadar jatuh pada salah satu malam ganjil. Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil selama sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kemungkinan besar ini adalah salah satu dari tujuh malam ganjil terakhir. Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Carilah di sepuluh malam terakhir. Jika salah satu dari kalian merasa lemah atau tidak mampu melakukannya, maka setidaknya dia harus mencoba pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim). Kandidat yang paling mungkin untuk Lailatul Qadar adalah malam ke-27 Ramadhan. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Ubay bin Ka`ab: “Aku bersumpah demi Allah bahwa aku tahu malam apa itu. Itu adalah malam di mana Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk beribadah. Itu adalah malam pada malam tanggal 27 Ramadhan. Tandanya adalah matahari akan terbit pada pagi hari itu dalam keadaan putih tanpa memancarkan sinarnya.” (H.R. Muslim). Seorang Muslim perlu berusaha mencari malam yang istimewa ini dengan menghabiskan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan melakukan berbagai ibadah. Termasuk di antaranya adalah berdzikir, membaca Al-Quran, dan memohon ampunan Allah. Ketika Nabi bersabda: “Carilah pada sepuluh malam terakhir”, beliau tidak bermaksud bahwa kita harus secara harfiah “mencari” tanda-tanda dan indikasi yang membedakan Lailatul Qadar dengan malam-malam lainnya. Hal-hal yang membedakan malam ini dengan malam-malam lainnya adalah bagian dari yang gaib. Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Quran) pada suatu malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami hendak memberi peringatan pada malam itu, dan pada malam itu dijelaskan segala sesuatu yang ghaib.” (Ad-Dukhan: 3-4) Allah berfirman dalam Al-Quran: “Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turunlah para malaikat dan Ruh dengan seizin Tuhannya dengan membawa berbagai macam ketetapan. (Malam itu) adalah malam yang penuh ketenangan sampai terbit fajar.” (Al-Qadr: 3-5) Ini adalah cara-cara yang membuat Lailatul Qadar menjadi istimewa. Semua itu bukanlah sesuatu yang dapat kita lihat dengan mata kepala. Tidak ada seorang pun setelah Nabi yang dapat melihat para malaikat.I’tikafMelakukan I’tikaf di masjid adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Aisyah memberitahu kita: Nabi biasa berdiam diri di masjid selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Istri-istrinya terus melakukan kebiasaan ini setelah beliau wafat. (HR. Bukhari dan Muslim)Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Praktik i’tikaf adalah tindakan yang sangat dianjurkan. I’tikaf didefinisikan sebagai berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan untuk beribadah. Tujuan dari i’tikaf adalah untuk mencurahkan hati seseorang secara eksklusif kepada Allah. Dan orang yang melakukan i’tikaf menjaga niat ini dalam pikirannya dan mencari berkah Allah. Dia tidak boleh melupakan alasan mengapa dia melakukan i’tikaf ini. Orang yang melakukan i’tikaf tidak boleh keluar dari masjid kecuali untuk hal-hal yang sangat penting (seperti ke kamar mandi). Selama berada di masjid, ia harus menyibukkan diri dengan mengingat Allah. Dia harus memastikan untuk melakukan zikir pagi dan petang dan zikir yang disyariatkan untuk shalat lima waktu. Dia harus melakukan semua salat sunnah. Dia harus membaca Al-Quran sebanyak yang dia bisa. Dia harus menghabiskan lebih sedikit waktu untuk makan dan tidur sesedikit mungkin. Dia harus menghindari pembicaraan yang tidak perlu. Namun, ia harus terlibat dalam menasihati sesama Muslim dan memerintahkan mereka kepada kebenaran dan kesabaran.Menjadi DermawanDianjurkan bagi kita untuk menjadi lebih dermawan selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tanpa menjadi boros atau pamer dalam memberi. Ibnu `Abbas meriwayatkan hal itu: “Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan di antara semua orang dalam melakukan kebaikan, dan beliau paling dermawan selama bulan Ramadhan. Jibril biasa bertemu dengan beliau setiap tahun selama bulan Ramadhan, sehingga Nabi dapat membacakan Al-Quran kepadanya. Setiap kali Jibril bertemu dengan beliau, ia menjadi lebih dermawan daripada angin yang bermanfaat.” (HR. Al Bukhari dan Muslim) Imam Nawawi menyatakan: “Kedermawanan dan tangan terbuka sangat dianjurkan di bulan Ramadan, terutama selama sepuluh malam terakhir. Dengan demikian, kita meniru teladan Rasulullah saw. dan juga para pendahulu kita yang saleh. Bulan ini adalah bulan yang mulia, dan perbuatan baik yang dilakukan di bulan ini lebih diberkahi daripada di bulan-bulan lainnya. Selain itu, pada bulan ini, orang-orang disibukkan dengan puasa dan ibadah, dan hal ini melalaikan mereka dari mata pencaharian mereka, sehingga mereka mungkin membutuhkan bantuan selama waktu ini.”

Inilah Amalan Ringan Berpahala Besar Saat Berpuasa Menurut Syaikh Ali Jum’ah

Hidayatullah.com – Bulan suci Ramadhan menjadi masa yang sangat istimewa bagi umat Islam. Berbagai keutamaan ada dalam bulan suci ini, mulai dari dilipatgandakannya pahala, dibelenggunya setan, dibukanya pintu surga hingga malam yang dinilai lebih baik dari seribu bulan. Umat Islam pada bulan puasa berupaya untuk mengumpulkan pundi-pundi pahala dengan melakukan berbagai amalan sunnah dan memperbanyak amal kebaikan seperti sholat tahajud, mengkhatamkan Al-Quran, hingga bersedekah. Namun, bagaimana mereka yang tak mampu melakukan semua itu lantaran tidak memiliki waktu atau disibukkan dengan berbagai masalah kehidupan? Syaikh Ali Jum’ah, ulama yang pernah menjadi Mufti Agung Mesir, mengungkapkan satu amalan yang ringan dan mudah dilakukan tetapi berpahala besar saat dilakukan di bulan Ramadhan. Amalan tersebut disampaikan Syaikh Ali Jum’ah menjawab sebuah pertanyaan seorang pria. Pria tersebut merasa sedih karena setelah memiliki anak ia tak lagi dapat melakukan ibadah sunnah yang sebelumnya rutin ia lakukan setiap Ramadhan dan hanya bisa melakukan ibadah wajib saja. Menurut Syaikh Ali Jum’ah, mendidik anak juga merupakan ibadah dan berpahala besar. Lantas amalan apa yang secara khusus dapat dilakukan saat berpuasa? Dzikir, jawab Syaikh Ali Jum’ah. “Allah telah mengajarkan kita dzikir. Dan mengajarkan kita sepuluh kalimat baik yang perlu kita perbanyak,” kata Syaikh Ali Jum’ah dalam video yang dilihat Hidayatullah.com. Kalimat atau dzikir tersebut adalah “Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaha Illa Allah, Allahu Akbar, Laa Haula wala Quwata ilaa billah.” Kelima kalimat ini merupakan al-bâqiyat ash-shâlihât yang disebutkan dalam Surat Al-Kahfi ayat ke-46. الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh (al-bâqiyat ash-shâlihât) adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”Dakwah Media BCA - Green.notice-box-green { border: 2px solid #28a745; /* Green border color */ background-color: #d4edda; /* Light green background color */ padding: 15px; margin: 20px; border-radius: 8px; font-family: inherit; /* Use the theme font from WordPress */ text-align: center; /* Center the text */ }Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/Selain itu, Syaikh Ali Jumah juga menyebut ada 2 kalimat yang ringan di lisan (diucapkan) namun berpahala besar yakni “Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil adzim.” Sementara sisanya yakni “Astagfirullah, Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Hasbunallah wa ni’mal wakil, Tawakaltu ‘ala Allah, serta sholawat dan salam pada Rasulullah SAW.” Inilah sepuluh kalimat baik yang mudah bagi lisan, ringan bagi manusia namun berat di timbangan amal (mizan) menurut Syaikh Ali Jum’ah.*