Tokoh Hamas Ungkap Peran AS dalam Operasi Darat Israel ke Gaza

Share

Jakarta (SI Online) – Tokoh gerakan perlawanan Islam Hamas, Khaled Misy’al, mengatakan, operasi darat Israel yang diantisipasi di Gaza akan mengarah pada tahap yang berbahaya. Dia juga mengungkap peran aktif Amerika Serikat (AS) dalam pertempuran tersebut.

Misy’al menyampaikan hal itu dalam pertemuan virtual dengan sekelompok anak muda pada Kamis (26/10) di mana dia menyinggung perkiraan serangan Israel terhadap Jalur Gaza setelah diluncurkannya Operasi Badai Al-Aqsa oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.

“AS secara aktif berpartisipasi dalam perencanaan, pengelolaan dan kontribusi khusus dalam pertempuran untuk melakukan operasi darat atau manuver guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan kerugian sekecil mungkin, karena Israel tidak dapat menanggung kerugian serupa seperti yang terjadi pada 7 Oktober,” kata Meshal.

Dia mengungkapkan bahwa Washington menempuh tiga jalur:

“Yang pertama adalah menghindari operasi darat. Israel telah lama diberi kesempatan untuk menyerang Gaza dari udara karena Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa dia ingin model Mosul yang diterapkan, bukan Fallujah (di Irak). Hal ini disebabkan oleh biaya yang lebih rendah dan kehancuran menyeluruh yang berpotensi menyebabkan pengibaran bendera putih.”

“Jalur kedua adalah intervensi AS melalui pengiriman ahli militer. Mereka mengirimkan jenderal, Divisi Delta, yang terkenal dengan keahliannya dalam melepaskan sandera, amunisi modern untuk menembus jauh ke bawah tanah dan senjata gas saraf untuk digunakan melumpuhkan para pejuang di terowongan,” ujar dia.

“Jalur ketiga akan dilakukan setelah jalur pertama dan kedua selesai. Ini adalah rencana taktis untuk menyerang dari laut di utara Gaza, atau dalam bentuk sabuk, atau melakukan invasi komprehensif. Ada beberapa upaya untuk menguji denyut nadi di timur Khan Yunis dalam dua hari terakhir.”

Mantan Kepala Biro Politik Hamas itu memperingatkan, “pertempuran darat akan terjadi dan mereka merencanakannya secara komprehensif untuk mengurangi kerugian dan mencegah serangan kedua” setelah serangan pertama pada 7 Oktober.

Dia mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin “Netanyahu tidak dapat menghentikan perang tanpa kemenangan. Jika tidak, situasinya akan membalasnya dalam bentuk krisis internal, karena dia sudah menghadapi tuduhan korupsi.”

“Meski ada mobilisasi militer, belum ada kemenangan. Saat ini ada negosiasi untuk membebaskan lebih banyak tawanan bersamaan dengan pembukaan penyeberangan dan mengurangi kemarahan politik dan media,” tukas dia. []

Sumber Klik disini

Table of contents

Read more

Local News