Oleh:
Berlianka Adinda Listiani
SAYA merupakan salah seorang mahasiswa aktif semester 3 dari salah satu Universitas Negeri di Indonesia. sebagai mahasiswa semester 3, saya melihat dan merasakan sendiri bagaimana kehidupan di kampus dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari dinamika dan ekspektasi sosial yang kompleks, tuntutan akademik yang tinggi, pesaing karir yang luas, saling adu gaya hidup, hingga ketidakpastian masa depan. Hal-hal tersebut terkadang berkecimpung didalam diri dan memberikan tekanan sehingga menyebabkan stres dan kecemasan yang tinggi.
Pada era modern seperti saat ini, kesehatan mental mahasiswa menjadi isu yang semakin mendapat perhatian. Bahkan sudah banyak orang, khususnya mahasiswa yang tidak kuat dengan berbagai tantangan dan permasalahan hidupnya tersebut hingga berniat untuk mengakhiri hidup (bunuh diri). Langkah tersebut tentunya sangat tidak dibenarkan, karena tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam Islam, bunuh diri adalah tindakan yang sangat dilarang dan dianggap sebagai dosa besar. Al-Qur’an dengan tegas melarang tindakan ini, seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa’ ayat 29: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”. Tindakan bunuh diri tidak hanya bertentangan dengan prinsip-prinsip dalam Islam, tetapi juga menunjukkan bahwa seseorang kehilangan ketawakalan dan kepercayaan kepada Allah saat menghadapi ujian hidup.
Selain itu, peran teknologi dalam kehidupan sehari-hari mungkin juga berbahaya. bisa menjadi pedang bermata dua. Di sisi lain, teknologi membantu komunikasi dan akses informasi yang lebih baik. Sebaliknya, pengaruh teknologi terutama media sosial, sering membuat perbandingan yang tidak adil. Mahasiswa dapat merasa tertekan melihat kehidupan sempurna teman-teman mereka di media sosial, yang biasanya hanya menampilkan hal-hal baik, sehingga timbul perasaan bahwa Anda tidak cukup baik atau dibandingkan dengan orang lain sehingga minder, yang dapat menyebabkan rasa kurang percaya diri (insecure) dan lebih rentan terhadap depresi.
Tekanan dari media sosial, persaingan karir, dan perubahan nilai-nilai masyarakat tersebut adalah beberapa tantangan kesehatan mental baru yang muncul di era kontemporer. Prinsip-prinsip Islam dapat berfungsi sebagai panduan yang kuat dalam menghadapi situasi seperti ini. Islam mengajarkan agar tidak terlalu tertarik pada hal-hal duniawi dan mengingat bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Oleh karena itu, mereka tidak mudah terjebak dalam kegembiraan berlebihan atau kecemasan yang terkait dengan kehidupan modern.
Sehingga dari segala permasalah – permasalahan tersebut, salah satu cara yang paling kompleks untuk mencegah dan mengatasinya adalah dengan memperkuat keimanan, baik dalam jiwa, hati, maupun pikiran. Spiritualitas Islam dapat menjadi salah satu pilar penting dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa dalam situasi yang berat bagi mahasiswa. Saya percaya bahwa dengan melakukan praktik spiritual yang mendalam, kita dapat menemukan ketenangan dan kekuatan yang diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul di era modern ini.
Hal yang membuat spiritualitas Islam sangat penting dalam menghadapi stres dan segala permasalahan adalah karena Islam menyediakan landasan moral dan etika yang kuat. sehingga dengan menjaga keimanan maka juga akan menjaga keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Orang yang mempelajari dan memahami ajaran Islam cenderung memiliki pandangan hidup yang lebih positif dan lebih baik dalam mengelola stres. Solusi yang tepat untuk mahasiswa untuk menemukan ketenangan batin dalam menghadapi berbagai tantangan akademik maupun permasalahan internal yaitu dapat dilakukan melalui praktik aktivitas ibadah seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an ataupun hal poitif lainnya.
Dengan adanya Iman, maka juga akan mendorong sikap tawakal atau berserah diri kepada Allah. Mahasiswa harus mempunyai mindset untuk tidak hanya bergantung pada upaya mereka sendiri, tetapi juga menyerahkan hasil usaha mereka kepada Allah. Perspective ini dapat membantu mahasiswa mengurangi beban mental yang berat, karena mereka menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka. Dengan tawakkal maka kita akan merasa lebih dekat dengan Allah SWT dan akan lebih merasa sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala tantangan kehidupan. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Melakukan ibadah sesuai ketentuan Islam, seperti shalat dan dzikir, juga dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk merenung dan menenangkan pikiran. Meluangkan waktu untuk beribadah juga dapat membantu merelaksasi pikiran saat sibuk dengan tugas kuliah. Saat kita melakukan shalat, kita tidak hanya melakukan doa, tetapi juga mengalihkan perhatian kita dari masalah yang sedang kita hadapi. Untuk mengembalikan semangat dan energi kita, kita harus menemukan waktu untuk tenang.
Selain itu, adanya solidaritas antar teman yang positif serta komunitas Islam juga dapat membantu menjaga kesehatan mental mahasiswa. Karena kebanyakan mahasiswa berasal dari luar pulau atau bahkan luar negara, hal tersebut juga bisa membuat mereka merasa sendiri dan kesepian ataupun takut bersosialisasi dengan hal yang jauh dari kampung halaman mereka, sehingga mereka cenderung mengurung diri, hal tersebut dapat memicu terjadinya stress. Solusi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan cara, mahasiswa dapat membangun jaringan dukungan sosial yang kuat melalui kegiatan keagamaan seperti pengajian dan sholat berjamaah. Islam juga mendorong pentingnya hubungan sosial yang kuat dan saling mendukung di antara sesama Muslim.
Seperti dalam hadis, Rasulullah SAW menyebutkan, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasa kebersamaan ini dapat membantu mahasiswa menghindari kesepian dan atau merasa sendirian, terutama di lingkungan baru. Dalam menghadapi berbagai tantangan, dukungan dari teman sebaya dan komunitas dapat memberikan motivasi dan dorongan.
Namun, juga perlu diingat bahwa spiritualitas bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah kesehatan mental. Selain itu, mahasiswa juga harus diberi pengetahuan tentang cara mengatasi stres, dan cara mendapatkan layanan kesehatan mental profesional.
Menggunakan kombinasi spiritualitas dan pendekatan psikologis yang saling berkesinambungan maka akan dapat memberikan dukungan yang lebih luas kepada mahasiswa.
Jadi, iman dan tawakal saling terkait erat karena tawakal adalah bentuk pengamalan Iman dalam kehidupan sehari-hari. Iman adalah keyakinan bahwa Allah adalah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, sedangkan tawakal adalah berserah diri kepada Allah setelah melakukan upaya terbaik, dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Keduanya membantu seorang Muslim menjadi lebih tenang, sabar, dan optimis dalam hidup mereka, bahkan ketika mereka menghadapi berbagai cobaan dan tantangan. Dengan begitu, keimanan dan spiritualitas Islam sangat membantu menjaga kesehatan mental mahasiswa di zaman sekarang.
Mahasiswa dapat menemukan ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi berbagai tekanan yang ada melalui praktik ibadah, sikap tawakal, dan dukungan komunitas. Kita dapat memadukan dunia akademik yang sulit dengan spiritualitas Islam yang meningkat.*
Sumber Klik disini