SUKU Quraisy terkuat dan paling dihormati oleh seluruh kabilah di Jazirah Arab. Suku Quraisy memiliki jaringan perdagangan yang luas dan kuat dengan Habasyah, Romawi, Persia, dan para penguasa di sekitarnya. Mereka yang berhaji dijamu makan, minum dan tempat tinggal selama berhaji oleh suku Quraisy, terutama Bani Hasyim. Quraisy dimuliakan karena menjadi pelayan bagi manusia yang beribadah di Kabah.
Pedagang dari luar Mekah dizalimi oleh salah satu penduduk Mekah. Para pemuka Quraisy segera membuat perjanjian Hilf al-Fudul. Yaitu, sebuah persekutuan para pemuka di Mekah, termasuk Muhammad muda, yang terjadi pada abad ke-7 sebelum masa kenabian. Persekutuan ini diadakan untuk menjaga ketertiban dan keadilan dalam perdagangan, yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk Mekah. Quraisy dimuliakan karena tak ada perampasan hak dalam perniagaan.
Tak ada yang berani mengusik Mekah dan suku Quraisy. Jauh sebelum peristiwa Ashabul Ukhdud, atau ratusan tahun sebelum Rasulullah saw lahir, penguasa Yaman Raja Tubba’, As’ad Abu Karb al-Himyari, bermaksud menyerbu Mekah karena ingin merampas kekayaan yang ada di Mekah, namun dilarang oleh para Ahlul Kitab, karena bila dilakukan maka yang hancur bukan Mekahnya tetapi pasukannya sendiri. Akhirnya, berdasarkan mimpi, sang raja memasang Kiswah untuk Kabah. Quraisy dimuliakan karena tempat dimana mereka tinggal.
Saat penobatan raja Yaman, Saif bin Z Yazin al-Himyari, sebagai wakil kisra Persia di Yaman, dia mengundang khusus suku Quraisy. Quraisy memandatkan Abdul Muthalib untuk menjadi duta Quraisy. Di pertemuan ini sang raja melakukan pembicaraan rahasia dengan Abdul Muthalib tentang Nabi akhir zaman dari keturunannya. Dia pun berjanji mengerahkan kekuasaannya untuk membela sang Nabi tersebut. Quraisy dimuliakan karena akan lahir Nabi terakhir dari rahim mereka.
BACA JUGA: Shalat Pembuka Kemenangan
Puncak penghormatan seluruh suku di Jazirah Arab terhadap Quraisy adalah saat kekalahan raja Abrahah dari Yaman yang menyerbu secara besar-besaran dengan pasukan gajah ke Mekah untuk menghancurkan Kabah. Peristiwa ini sangat mahsyur di Jazirah Arab, sehingga disebut tahun gajah. Sejak itu, perhitungan waktu peristiwa oleh bangsa Arab dihitung dari sebelum atau sesudah tahun gajah.
Saat Rasulullah ﷺ wafat. Sebelum jasad Rasulullah saw dikuburkan. Kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Saidah. Mereka bermaksud mengangkat pemimpin dari kalangan Anshar sebagai pengganti Rasulullah ﷺ dalam mengelola kehidupan mereka. Terjadi tarik ulur, siapakah yang pantas menggantikannya? Kaum Muhajirin atau Anshar? Mereka saling membanggakan kontribusinya. Apa solusinya?
BACA JUGA: Agen Rahasia Nabi Musa di Lingkaran Kekuasaan Firaun
Anshar dan Muhajirin memiliki perannya masing-masing, namun siapakah yang paling mulia dan menjadi pemimpin sejak bangsa Arab ini ada? Umar bin Khatab mengungkapkan kemuliaan suku Quraisy di antara seluruh suku di Jazirah Arab. Maka akhirnya disepakati bahwa pengganti Rasulullah ﷺ dari Muhajirin yang kebanyakan dari Quraisy. Kemulian suku Quraisy karena sejarahnya, ini diabadikan dalam Al-Qur’an. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: [email protected], dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.
Sumber Klik disini