Hidayatullah.com–Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim berjanji pemerintah Malaysia yang dipimpinnya tidak akan terjebak ke dalam ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat terkait konflik teritorial di Laut China Selatan.
Dalam wawancara dengan South China Morning Post yang dimuat hari Sabtu (15/6/2024) Anwar mengatakan bahwa dia bertekad untuk mendahulukan kepentingan Malaysia sambil menjalin hubungan bisnis dengan China.
Sikap Anwar itu tentunya berisiko akan mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat, yang getol memberikan hukuman kepada siapa saja yang bermesraan dengan China.
“Jika mereka (AS) mempunyai bukti kuat yang menunjukkan bahwa perusahaan atau negara mana pun melakukan kejahatan, maka baiklah. Mereka harus menyodorkan bukti,” kata Anwar.
“Namun jika tidak, kami tidak akan tunduk pada tekanan semacam itu. Sekarang bukan lagi zamannya neokolonialisme atau kolonial. Kami adalah sebuah negara independen,” kata Anwar.
Tahun ini Malaysia merayakan 50 tahun jalinan diplomatik dengan China.
Menurut Anwar, qajar apabila Malaysia bermaksud menjalin kerj sama dengan China, yang disebutnya “mau mengakomodasi dan menyimak” apa keinginan dan kekhawatiran Malaysia, termasuk perihal percepatan pembangunan ekonomi digital Malaysia, energi terbarukan dan kecerdasan buatan.
“Mereka (China) sejauh ini yang paling reseptif dan mereka bekerja sama dengan baik, dan mereka jujur dan tidak menunjukkan kesombongan,” puji Anwar.
“Itulah kenapa kami tampak lebih dekat ke China,” imbuhnya. “Pertukaran antar menteri, antar pemimpin partai, antara mahasiswa dan peneliti, adalah karena Tiongkok menunjukkan sikap menyambut baik ajakan Malaysia,”
Namun, ia mengakui bahwa Malaysia di masa lampau dibebani dengan kesepakatan-kesepakatan dengan Tiongkok yang “berat sebelah”. Anwar lebih menyalahkan hal itu ke “pemerintahan buruk” pendahulunya dan menganggapnya bukan kesalahan China.
Anwar optimis perekonomian China yamg melambat belakangan ini akan bangkit kembali dalam waktu dekat, tidak hanya karena negera itu merupakan negara besar seperti halnya Amerika Serikat, tetapi juga disebabkan kesungguhan dan kemampuan para pemimpinnya.
“Mereka mengetahui apa prioritas mereka. Dan yang menarik bagi saya, bahkan meskipun mereka tidak menerapkan demokrasi Barat, mereka banyak mendengarkan dan mereka menyesuaikan diri dengan cepat,” kata Anwar.
Menyinggung soal perebutan Laut China Selatan, Anwar memegaskan bahwa Barat “memiliki obeswsi dan tendensi untuk membesar-besarkan masalah”.
“Apakah kami memiliki masalah dengan China? Ya. Apakah kami pernah mengalami bentrokan atau masalah serius? Tidak.”
Dia menyerukan supaya masalah Laut China Selatan – terutama antara China dan Filipina – diselesaikan lewat perundingan bilateral dan pembicaraan dengan organisasi kerja sama regional Association of Southeast Asian Nations (Asean), daripada melibatkan pihak ketiga.
Berbicara soal Taiwan, Anwar mengatakan para pemimpin China daratan “tahu bagaimana menghadapi situasi”.
Bagi Malaysia, Anwar mengatakan pihaknya mengakui kebijakan satu Tiongkok dan ketegangan yang ada antara Taiwan dan China seharusnya diselesaikan secara damai dan damai.
“Saya pikir isu ini pun terlalu dibesar-besarkan… kita harus memperingatkan mitra-mitra lain, termasuk AS, agar tidak dianggap provokatif, karena masalah ini akan selalu berdampak pada kita,” tegas Anwar.*
Sumber Klik disini