Ajaran Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, tidak ada toleransi dalam hal perundungan (bullying), termasuk dalam pertandingan sepakbola
Oleh: Farid Taufiqurrahman
Hidayatullah.com | BELAKANGAN ini sepak bola Indonesia diberi kesempatan untuk mengikuti kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Event yang diadakan oleh Asian Football Confederation (AFC) ini merupakan penjaringan untuk Piala Dunia FIFA 2026 yang akan diadakan di Amerika Serikat.
Skuad Garuda Indonseia di bawah asuhan Shin Tae Yong menempati kategori 5 tim terproduktif di kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Sebagai warga Indonesia ikut bangga atas pencapaian Skuad Garuda Indonesia.
Indonesia sendiri telah lama menanti momen ini setelah sekitar 38 tahun lalu tepatnya pada 1986 lolos ke putaran kedua. Kehadiran momen bersejarah ini tentunya akan di dimanfaaatkan sebaik-baiknya oleh Skuad Garuda ditambah lagi banyaknya pemain keturunan Indonesia yang berada di luar negeri turut membela tanah air.
Dengan begitu semestinya hasil di lapangan sesuai dengan apa yang telah dilakukan selama sesi latihan. Skuad Garuda selalu tampil memukau dalam “Grup Neraka” penamaan itu disematkan karena Skuad Garuda berada dalam grup yang beranggotakan negara-negara yang telah maju sepakbola nya hingga ke kancah internasional.
Hal ini dibuktikan pada pertandingan melawan Jepang, Australia, dan Bahrain Skuad Garuda mampu mengimbangi ketiga tim tersebut.
Namun pada Pertandingan Indonesia vs Bahrain tempo hari mencuri perhatian publik, wabil khusus para pendukung Skuad Garuda. Wasit utama dalam laga ini mengundang kontroversi, tentunya berdasarkan naluri pendukung dan diperkuat dengan tindak laku wasit beserta keputusannya yang cenderung berpihak pada Bahrain.
Tidak cukup sampai situ, tambahan waktu 6 menit yang diberikannya melebihi batas bahkan sampai muncul asumsi bahwa wasit menunda meniup peluit sampai Bahrain mencetak gol kedua.
Akibat keputusan kontroversi yang dikeluarkan wasit inilah memicu pendukung Skuad Garuda emosi, dan melakukan ujaran kebencian terhadap wasit tersebut.
Sepak bola dan perundungan di media sosial
Media sosial menjadi wadah pendukung Skuad Garuda mengutarakan kebenciannya. Meskipun melalui media sosial tindakan ini tetap dikategorikan perundungan(Bullying), karena terdapat unsur mempermalukan, menghina dll.
Akun media sosial pribadi milik wasit tak luput ikut diserang oleh netizen Indonesia dengan melaporkan akun tersebut dengan berbagai alasan. Sampai ada suatu akun yang mengupload dengan merendahkan wasit tersebut dalam bentuk meme, komentar vidio, dan banyak lainnya.
Media sosial menjadi wadah pendukung Skuad Garuda mengutarakan kebenciannya. Meskipun melalui media sosial tindakan ini tetap dikategorikan perundungan, karena terdapat unsur mempermalukan disana.
Akun media sosial pribadi milik Wasit Ahmed Al Kaf –usai keputusannya yang kontroversial saat memimpin pertandingan Bahrain vs Indonesia—ikut diserang oleh netizen Indonesia dengan melaporkan akun tersebut dengan berbagai alasan.
Sampai ada suatu akun yang mengupload dengan merendahkan wasit tersebut dalam bentuk meme, komentar vidio, dan banyak lainnya.
Al-Quran mengingatkan;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Surat al-Hujurat: 11).
Terdapat tiga unsur perundungan dalam ayat ini; Pertama يَسْخَرْ bermakna membicarakan keburukan orang lain untuk menertawakannya, dalam berbagai bentuk baik secara langsung, lisan, maupun isyarat. Kedua, تَلْمِزُوٓا bermaknamencela atau mengejek. Ketiga, تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ bermakan memberi gelar ejekan.
Ketiga poin ini jika dijauhi dalam kehidupan insyaallah akan terhindar dari tindakan perundungan, tidak hanya itu perlu juga mengetahui dampak bagi korban perundungan.
Jauh sebelum media sosial datang, unsur-unsur perundungan telah Allah sampaikan dalam Al-Quran. Pesan yang dapat ditarik dari Al-Quran Surat al-Hujurat: 11 ini adalah ajaran Islam terutama dalam mengatasi perundunganharus diterapkan dalam kehidupan.
Al-Quran, perundungan dan keadilan
Berdasarkan perihal ini Al-Quran menyoroti bahwa setiap manusia harus berlomba dalam hal kebaikan. Tertuang dalam QS: Al-Baqarah: 148 dan Al-Maidah: 48.
Walaupun kedua ayat tersebut berbeda konteks pembahasan, dapat ditarik esensi dari kalimat فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ tidak batasi dalam hal peribadatan saja tetapi mencakup konteks yang sangat luas.
Dalam Tafsir HAMKA tertulis; “Sebab itu berlomba-lombalah kamu pada serba kebaikan” begitulah salah satu poin yang tertuang dalam tafsir al-Azhar. (Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Jilid 1).
Dalam kasus-kasus seperti in, bahkan Al-Quran telah meng-higlight kepada seluruh pemimpin dan manusia untuk bertindak adil.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)
Melihat kasus ini relevan dengan pendapat Syekh Mutawali Sya’rawi “sikap adil ini berlaku bagi setiap individu, bahkan dalam menentukan keputusan hukum untuk hal-hal yang terlihat sepele kapanpun dan dimana pun.”
Ayat di atas sangat relevan untuk dijadikan pegangan oleh para pemimpin dalam menetapkan keputusan”. (Muhammad Mutawalli Al-Sya’rawi, Tafsir Al-Sya’rawi, Jilid 2).
Pesan-peran Al-Quran di atas, termasuk dalam Surat Al-Hujurat 11 menuntut semua manusia tidak memandang agama dianutnya, hal ini menandakan bahwa ajaran Islam itu Rahmatan lil ‘alamin. Tidak ada toleransi dalam hal perundunganini mengingat dampak dari perundunganini sendiri sangat berpengaruh bagi psikis korban.*
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Sumber Klik disini