Hidayatullah.com– Dua pria mengaku bersalah dibayar untuk membunuh seorang pria Sikh yang dibebaskan dari dakwaan pemboman pesawat Air India rute Montreal-Mumbai tahun 1985. Manun, kedua terdakwa bungkam tidak mau menyebutkan siapa pihak yang membayar dan menyuruh mereka.
Menurut pernyataan fakta yang dirilis hari Senin (21/10/2024) oleh pengadilan di British Columbia, Kanada, Tanner Fox dan Jose Lopez mengaku telah menembak mati Ripudaman Singh Malik pada 2022. Namun, keduanya tetap bungkam tidak mengungkap siapa yang menyewa dan membayar mereka untuk melakukan pembunuhan tersebut.
Malik merupakan tersangka utama dalam kasus serangan terhadap penerbangan 182 Air India, yang meledak di atas perairan Irlandia dan menewaskan 329 orang. Namun, dia dan seorang pria lain, Ajaib Singh Bagri, dibebaskan dari dakwaan setelah hakim menilai para saksi yang diajukan pihak jaksa tidak dapat diandalkan.
Malik ditembak mati pada 2022 di luar tempat usaha impor pakaian miliknya di Surrey, British Columbia, Kanada.
Menurut pernyataan fakta tersebut, Fox dan Lopez melepaskan tujuh tembakan ke arah mobil Tesla warna merah kepunyaan Malik.
“Tembakan mengenai Malik dari sisi kiri, dan dia tewas saat duduk di kursi pengemudi,” bunyi pernyataan itu. Polisi kemudian mengamankan dua pistol yang digunakan dalam pembunuhan tersebut, berikut masker penutup wajah dan sarung tangan. Polisi juga menemukan uang tunai sebanyak C$16.485.
Beberapa saat setelah Fox dan Jose mengaku bersalah atas dakwaan pembunuhan tingkat dua, keduanya saling bertukar pukulan di ruang sidang British Columbia.
Lopez berlari ke arah Tanner dan mulai melepaskan tinju ke tubuh Lopez, menurut laporan jurnalis Vancouver Sun seperti dilansir The Guardian Selasa (22/10/2024).
Keduanya saling pukul di depan publik dan keluarga Malik. Kedua pria itu kemudian diborgol oleh polisi. Tanner dan Lopez akan dihadirkan kembali di pengadilan pada tanggal 31 Oktober untuk mendengarkan vonis hukuman.
Sebanyak 280 warga Kanada tewas dalam pemboman pesawat Air India tersebut. Sebanyak 86 korban merupakan anak-anak. Bom kedua yang menarget sebuah pesawat lain yang meledak di Bandara Narita, Tokyo, menewaskan dua petugas bagasi.
Pihak kejaksaan yang menangani kasus tersebut kala itu berargumen bahwa pemboman pesawat Air India direncanakan oleh para ekstremis Sikh di British Columbia sebagai tindakan balasa terhadap tentara India yang menyerbu Kuil Emas di Amritsar, tempat paling suci penganut Sikhisme, pada tahun 1984 yang menewaskan ratusan peziarah Sikh.
Setelah Malik dan Ajaib Singh Bagri dibebaskan dari dakwaa pada 2005, Malik gagal dalam gugatannya terhadap pemerintah untuk meminta ganti rugi senilai C$9,2 juta. Dia menuduh pihak kejaksaan sebenarnya sadar tidak memiliki bukti yang cukup, tetapi memaksakan diri untuk menjerat dirinya sebagai terdakwa karena takut dengan tekanan publik.
Hanya satu orang yang dijatuhi hukuman dalam kasus pemboman pesawat Air India tersebut. Inderjit Singh Reyat diganjar hukuman 30 tahun penjara karena berbohong dalam dua persidangan, termasuk dalam persidangan Malik, dan karena membantu merakit bom di rumahnya di Vancouver Island. Dia dikeluarkan dari penjara pada 2016.
Otoritas Kanada meyakini Talwinder Singh Parmar merupakan otak dari pemboman pesawat Air India. Dia ditembak dan dibunuh oleh polisi India pada 1992.Setelah dibebaskan pengadilan, Malik menjadi pemimpin koperasi kredit dan jaringan sekolah Khalsa.
Malik merupakan pendukung vokal gerakan separatis Khalistan, yang bertujuan mendirikan sebuah wilayah Sikh merdeka di Punjab, tetapi semangatnya itu luntur setelah namanya dicoret dari daftar hitam India. Pada tahun 2022 dia mengunjungi India dan memuji perlakuan PM Narendra Modi terhadap kaum Sikh. Media India menduga perubahan sikap Malik itu yang menyebabkan nyawanya melayang.
Pembunuhan Malik terjadi di saat dirinya terlibat pertarungan hukum dengan tokoh Sikh Hardeep Singh Nijjar soal penggunaan percetakan komersial untuk mencetak naskah-naskah relijius Sikh. Nijjar dibunuh satu tahun kemudian dalam insiden penembakan yang diyakini aparat Kanada berkaitan dengan pemerintah India.
Pekan lalu, Kepolisian Kanada menuding para diplomat India bekerja sama dengan geng kriminal terkenal India untuk menarget orang-orang Sikh melalui serangkaian aksi pembakaran, pemerasan, penembakan dan sedikitnya dua pembunuhan.
Awal tahun ini, Kepolisian Kanada mengontak putra Malik sebagai “tanggung jawab untuk memberikan peringatan”, karena khawatir akan keselamatan dirinya.*
Sumber Klik disini