Hidayatullah.com– Tokoh Muslim Turki Fethullah Gulen wafat dalam usia 83 tahun di Amerika Serikat, menurut laporan media Turki dan akun media sosial dari gerakan yang dekat dengannya.
Gulen, yang telah mengasingkan diri di AS selama bertahun-tahun, meninggal setelah dirawat di sebuah rumah sakit di Pennsylvania, kata laporan tersebut seperti dilansir BBC Senin (21/10/2024).
Terkadang digambarkan sebagai orang paling berkuasa kedua di Turki, Gulen adalah pemimpin spiritual Gulen Movement atau Hizmet, komunitas Islam yang kuat dengan pengikut di pelosok Turki dan di seluruh dunia.
Gerakannya – yang dikenal di Turki sebagai Hizmet atau “pelayanan” – dimulai dengan membuat sekolah, kemudian membuka lembaga pendidikan di seluruh Turki dan menyebar di seluruh dunia.
Gulen merasa bahwa kaum muda di Turki telah kehilangan arah dan pendidikan merupakan respons terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Lewat sekolah-sekolahnya dia mempromosikan Islam toleran yang menekankan altruisme, kesederhanaan, dan kerja keras.
Gulen dulunya merupakan penyokong Recep Tayyip Erdogan, bahkan bisa dikatakan Erdogan tersangkat namanya karena kedekatannya dengan Fetullah Gulen dan Hizmet, yang lebih dulu populer di kalangan masyarakat Turki.
Namun pada 2013, Erdogan bersumpah akan menutup ratusan sekolah Hizmet dan menyingkirkan dari lembaga-lembaga pemerintahan para pendukung Gulen (Gulenis), yang disebutnya sebagai “negara di dalam negara”.
Ketika kasus-kasus korupsi di lingkungan pemerintahan diusut, yang di antaranya ada yang menyinggung nama anak Erdogan dan para sekutunya, anggota-anggota kepolisian pro-Gulen dituduh melakukan penggerebekan terhadap sekutu-sekutu politik Erdogan.
Perseteruan kubu Gulen dan Erdogan memanas hingga pemerintah Ankara pimpinan Erdogan secara resmi menyatakan Hizmet sebagai organisasi teroris pada Mei 2016.
Dua bulan kemudian, sebuah faksi di Angkatan Darat Turki berusaha menggulingkan Erdogan, konon katanya untuk melindungi demokrasi dari Presiden Turki itu yang dianggap semakin arogan dan otoritarian. Percobaan kudeta itu gagal karena tidak ada pihak lain yang mendukungnya.
Pemerintah Ankara menuding Gulen sebagai otak kudeta. Ribuan orang ditangkap karena dituduh terlibat percobaan kudeta itu.
Menyusul peristiwa itu sejumlah tokoh politisi Turki yang dulu dikenal sekutu dekat Erdogan, seperti mantan presiden Abdullah Gul dan mantan menteri luar negeri Ahmet Davutoglu, semakin menjauh dari pemimpin partai AKP itu.
Fethullah Gulen senantiasa membantah bahwa dirinya mengetahui perihal kudeta tersebut.
Sebagian kalangan menduga kudeta itu memang sengaja “dirancang gagal” supaya bisa dijadikan alasan bagi kubu Erdogan untuk menyingkirkan rival-rival politiknya, terutama kalangan Gulenis.*
Sumber Klik disini