<img width="1200" height="800" src="https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?fit=1200%2C800&ssl=1" class="attachment-full size-full wp-post-image" alt="" decoding="async" srcset="https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?w=1200&ssl=1 1200w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?resize=300%2C200&ssl=1 300w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?resize=1024%2C683&ssl=1 1024w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?resize=768%2C512&ssl=1 768w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?resize=750%2C500&ssl=1 750w, https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?resize=1140%2C760&ssl=1 1140w" sizes="(max-width: 1200px) 100vw, 1200px" data-attachment-id="471864" data-permalink="https://www.arrahmah.id/petugas-kesehatan-gaza-derita-kesehatan-mental-di-tengah-perang/petugas-medis-gaza/" data-orig-file="https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?fit=1200%2C800&ssl=1" data-orig-size="1200,800" data-comments-opened="1" data-image-meta="{"aperture":"0","credit":"","camera":"","caption":"","created_timestamp":"0","copyright":"","focal_length":"0","iso":"0","shutter_speed":"0","title":"","orientation":"0"}" data-image-title="petugas medis gaza" data-image-description="" data-image-caption="
Staf medis Palestina beristirahat di luar Rumah Sakit Shifa saat mereka terus menyelamatkan nyawa warga Palestina di tengah serangan ‘Israel’ di Kota Gaza pada 13 Mei 2021. [Mustafa Hassona – Anadolu Agency]
” data-medium-file=”https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?fit=300%2C200&ssl=1″ data-large-file=”https://i0.wp.com/www.arrahmah.id/wp/images/stories/2024/05/petugas-medis-gaza.jpg?fit=1024%2C683&ssl=1″ />
GAZA (Arrahmah.id) – Petugas kesehatan di Gaza harus menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam memberikan bantuan medis kepada ribuan orang, lapor Médecins Sans Frontières (MSF).
Menurut staf kesehatan mental Médecins Sans Frontières (MSF), dampak bekerja dalam kondisi ekstrem seperti itu akan meninggalkan bekas luka selama bertahun-tahun yang akan datang.
Laporan tersebut mengatakan beberapa petugas kesehatan di Jalur Gaza, Palestina, mengatakan mereka terus-menerus hidup dalam ketakutan, stres dan kecemasan saat mereka terus merawat pasien.
Para pekerja tersebut menggambarkan bahwa mereka berulang kali menerima banyak korban dengan anggota tubuh yang remuk dan luka bakar akibat ledakan dan harus melakukan amputasi tanpa obat pereda nyeri atau anestesi yang memadai, tambah laporan tersebut.
“Staf medis di Gaza bekerja di bawah tekanan psikologis yang mendalam,” kata psikiater MSF, Dr Audrey McMahon, yang baru saja kembali dari Palestina.
“Sering kali, karena pengeboman atau karena ketidakamanan, staf medis harus meninggalkan pasiennya. Banyak dari mereka yang merasa bersalah karena tidak mampu berbuat lebih banyak,” kata McMahon. (zarahamala/arrahmah.id)
Sumber Klik disini